Kisah Marience, Kepala Sekolah Dasar di Maluku yang Terapkan Sekolah Ramah Anak

4 Juli 2020 16:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
com-Berkat perjuangan Ibu An, SDN 9 Masohi menerapkan disiplin positif dan pembelajaran aktif yang berpusat pada murid. Foto: Dok. Kemendikbud
zoom-in-whitePerbesar
com-Berkat perjuangan Ibu An, SDN 9 Masohi menerapkan disiplin positif dan pembelajaran aktif yang berpusat pada murid. Foto: Dok. Kemendikbud
Guru memiliki peran penting dalam meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia. Sebuah penilaian yang didasarkan pada sistem pendidikan, Programme for International Student Assessment (PISA), menyebut Indonesia selalu menempati urutan rendah dalam tiga bidang yakni matematika, sains, dan literasi.
Melihat hal tersebut, Kemendikbud meluncurkan Merdeka Belajar Episode 5: Guru Penggerak pada Jumat (03/07). Program ini dirancang dengan menitikberatkan pada kualitas pelatihan dan pendampingan.
Tujuannya agar peningkatan kompetensi guru dan kepala sekolah mampu menciptakan ekosistem pendidikan yang berdaya, dan berkomitmen dalam meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar murid.
"Banyak sekali guru penggerak yang sudah bergerak —tapi tidak terlihat oleh pemerintah. Karenanya, Guru Penggerak dapat menjadi platform untuk mendukung para guru yang ingin melakukan perubahan besar." kata Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Nadiem Makarim.
com-Kemendikbud meluncurkan Merdeka Belajar Episode 5: Guru Penggerak pada Jumat (03/07) secara daring. Program ini dirancang dengan menitikberatkan pada kualitas pelatihan dan pendampingan. Foto: Dok. Kemendikbud
Dalam peluncuran program Guru Penggerak ini, turut hadir dua kepala sekolah yang telah berhasil mencetak para siswa unggul di daerahnya. Mariance Wila Dida, misalnya. Sebagai kepala sekolah SD Negeri 9 Masohi, Maluku Tengah, kepala sekolah yang kerap disapa Ibu An ini telah menerapkan sekolah ramah anak guna mendukung program Guru Penggerak.
Saat pertama kali SD Negeri 9 Masohi dilegalkan sebagai sekolah ramah anak oleh Dinas Pendidikan Maluku Utama, Ibu An menghadapi tantangan yang sangat besar —terutama dari para guru.
Dari banyaknya guru yang mengajar di SD Negeri 9 Masohi, hanya tiga orang yang bersedia untuk mengikuti pelatihan sekolah ramah anak. Belum lagi saat tahap dua pelatihan, ada guru yang tidak mau melanjutkannya.
Namun, Ibu An tidak menyerah. Ia terus membangun hubungan dan koordinasi yang baik dengan mengedukasi manfaat yang akan didapat dari penerapan sekolah ramah anak.
"Saya akhirnya berinisiatif membuat surat tugas kepada para guru untuk mengikuti pelatihan tersebut. Saya juga terus berkoordinasi dengan kepala dinas setempat dan mendatangkan fasilitator untuk mereka. Saya optimis sekolah ramah anak bisa diterapkan di SD Negeri 9 Masohi," jelas Ibu An.
com-Di SDN 9 Masohi, murid bisa merasa nyaman dan aman di lingkungan sekolah karena perilaku guru yang menunjukkan kasih sayang dan saling menghormati. Foto: Dok. Kemendikbud
Berkat repetisi dan komunikasi yang konsisten, Ibu An berhasil membuat sekolah yang dipimpinnya mendukung pembelajaran aktif yang berpusat pada murid. Dampaknya pun dirasakan oleh dirinya, para guru, juga siswa.
"Saya belajar berbagai karakter anak dan bagaimana cara untuk memahami mereka. Para guru belajar bahwa setiap anak memiliki keistimewaan masing-masing. Murid bisa merasa nyaman dan aman di lingkungan sekolah karena perilaku guru yang menunjukkan kasih sayang dan saling menghormati," ucap Ibu An.
Setelah sukses memimpin sekolahnya untuk bertransformasi sebagai sekolah ramah anak, Ibu An adalah Penggerak Komunitas Sekolah Ramah Anak di Maluku Tengah yang mendampingi sekolah-sekolah di Masohi untuk melahirkan lebih banyak sekolah ramah anak.
Meski awalnya skeptis bahwa murid bisa menjadi disiplin tanpa dipukul, lewat sekolah ramah anak Ibu An menyadari bahwa murid bisa menyelesaikan konflik dengan saling membantu dan tanpa kekerasan. Hingga akhirnya, sekolah ramah anak dapat mendukung para siswanya untuk mandiri dalam belajar.