Kisah Prasasti Pucangan yang Dibawa Thomas Raffles ke India

8 November 2022 13:31 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi prasasti. Foto: ZAID AL-OBEIDI/AFP
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi prasasti. Foto: ZAID AL-OBEIDI/AFP
ADVERTISEMENT
Prasasti Pucangan peninggalan Maharaja Airlangga yang dibuat pada tahun 1041 kini berada di Indian Museum di Kolkata, India. Prasasti Pucangan diduga ditemukan kali pertama di Gunung Penanggungan, Jawa Timur.
ADVERTISEMENT
Prasasti Pucangan kemudian dibawa ke oleh penguasa Inggris di Batavia saat itu, yakni Letnan Gubernur Hindia Inggris Thomas Stamford Raffles untuk diserahkan ke atasannya Gubernur Jenderal India Lord Minto pada tahun 1812.
"Prasasti yang pada masa pendudukan Inggris di Nusantara dikirimkan ke India. Kemudian diserahkan ke Gubernur Jenderal India Lord Minto. Saat ini prasasti Pucangan masih ada di India," ujar Duta Besar RI untuk India Ina Hagniningtyas Krisnamurthi dalam Forum Diskusi Denpasar pada 14 September lalu.
Prasasti Pucangan saat itu dibawa Raffles bersama dengan Prasasti Sangguran ke India. Dua prasasti ini kemudian disimpan di kediaman Lord Minto.
"Dua prasasti penting yang ternyata memang ada hubungannya dengan keluarga mantan Gubernur Jenderal Inggris di India, yaitu Lord Minto. Ada dua prasasti, yang dua-duanya dibawa oleh Thomas Raffles sebagai seorang Letnan Gubernur pendudukan Inggris di Indonesia waktu itu. Kemudian membawa dua prasasti ini untuk disimpan di rumah kediaman Lord Minto sebagai Gubernur Jenderal Inggris di India," ujar Anggota DPR RI Muhammad Farhan dalam kesempatan yang sama.
ADVERTISEMENT
Setelah Inggris ke luar dari India, Prasasti Pucangan ditaruh di Indian Museum Kolkata. Prasasti ini kemudian tidak terurus dengan baik, termasuk terkena hujan dan matahari langsung, hingga beberapa bagiannya rusak.
Sementara, Prasasti Sangguran dibawa oleh keluarga Lord Minto saat ia kembali ke kampung halamannya di Skotlandia, Inggris.
Deskripsi Prasasti Pucangan dipresentasikan oleh Ketua Perkumpulan Ahli Epigrafi Indonesia (PAEI) Ninny Susanti Tejowasono saat diskusi Repatriasi Prasasti Pucangan dari India, Rabu (14/9/2022). Foto: Youtube/Rerie Lestari Moerdijat
Kini, pemerintah sedang dalam proses repatriasi atau pemulangan kembali Prasasti Pucangan dari India ke tempat asalnya di Indonesia. Direktur Jenderal (Dirjen) Kebudayaan Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) Hilmar Farid menyebut, pihaknya masih memproses repatriasi itu.
"Dalam pertemuan dengan Joint Secretary Kementerian Kebudayaan India Ibu Lily Pandeya, dalam pembicaraan itu kita menyinggung pernah ada kesepakatan untuk repatriasi, dan saya nyatakan itu juga tidak ada keberatan dari pihak India untuk melakukan repatriasi," kata Hilmar.
ADVERTISEMENT
Hilmar menjelaskan terdapat kesepakatan antara Indonesia dan India untuk melakukan penelitian bersama terkait Prasasti Pucangan. Pihaknya merencanakan mengirim peneliti dari Indonesia untuk mencari tahu keaslian dan asal usul prasasti tersebut.
"Ada dua area penelitian: yang pertama terkait keaslian. Penelitian kedua adalah asal usul, jadi soal proses bagaimana prasasti itu ditemukan, di mana disimpan, bagaimana pindah dari Indonesia 200 tahun lalu, kemudian bagaimana sampai sekarang di Indian Museum Kolkata," ujar Hilmar.
"Penelitian-penelitian ini akan menjadi dasar rekomendasi selanjutnya. Kalau pengembalian tentu kita juga mesti melihat sistem hukum di India seperti apa. Kalau dalam pertemuan terakhir dengan India kita masih berpikir (repatriasi dilakukan) Januari 2023," sambungnya.
Direktur Jenderal Kebudayaan, Hilmar Farid. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Ketua Perkumpulan Ahli Epigrafi Indonesia (PAEI) Ninny Susanti Tejowasono menjelaskan, Prasasti Pucangan setinggi 1,24 meter ini terdiri dari dua bagian, yakni berbahasa Sansekerta yang ditulis pada tahun 959 Saka atau 1037 Masehi, dan berbahasa Jawa Kuno tahun 963 Saka atau 1041 Masehi.
ADVERTISEMENT
Prasasti yang berbahasa Sansekerta terdiri dari 34 baris kalimat. Isinya mulai dari pujian terhadap dewa, pengenalan Raja Airlangga, hingga penjelasan keberhasilan kepemimpinan Airlangga.
Sementara, prasasti yang berbahasa Jawa Kuno terdiri dari 46 baris kalimat yang berisi tentang kebijakan dan keberhasilan Raja Airlangga.
Deskripsi Prasasti Pucangan dipresentasikan oleh Ketua Perkumpulan Ahli Epigrafi Indonesia (PAEI) Ninny Susanti Tejowasono saat diskusi Repatriasi Prasasti Pucangan dari India, Rabu (14/9/2022). Foto: Youtube/Rerie Lestari Moerdijat
Deskripsi Prasasti Pucangan dipresentasikan oleh Ketua Perkumpulan Ahli Epigrafi Indonesia (PAEI) Ninny Susanti Tejowasono saat diskusi Repatriasi Prasasti Pucangan dari India, Rabu (14/9/2022). Foto: Youtube/Rerie Lestari Moerdijat