KLB Hepatitis Akut pada Anak, Pahami Klasifikasi Kasus Infeksinya

7 Mei 2022 14:32 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi anak sakit. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi anak sakit. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
WHO telah menetapkan Kejadian Luar Biasa (KLB) pada kasus hepatitis akut yang menyerang anak-anak di Eropa, Amerika, dan Asia yang belum diketahui penyebabnya sejak 15 April.
ADVERTISEMENT
Di Indonesia, sudah tiga pasien anak yang dirawat di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta meninggal akibat dugaan hepatitis akut yang belum diketahui penyebabnya pada April lalu.
Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara, Prof Tjandra Yoga Aditama, menjelaskan WHO sudah membagi kasus hepatitis akut yang kini terjadi menjadi 3 kelompok definisi kasus, ditambah 1 catatan.
Prof Tjandra mengatakan, klasifikasi pertama adalah kasus terkonfirmasi (confirmed) yang secara jelas disebutkan belum ada definisinya.
"Ini terjadi karena memang sampai sekarang dunia belum tahu pasti apa penyebab hepatitis yang sekarang ini, masih perlu penelitian setidaknya dalam 5 aspek," jelas guru besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) ini.
Prof Tjandra Yoga Aditama. Foto: Dok. Pribadi
5 aspek yang masih diperlukan penelitian itu, menurut Prof Tjandar, adalah:
ADVERTISEMENT
Ilustrasi virus Hepatitis B. Foto: vitstudio/Shutterstock
Kemudian, klasifikasi kedua pada kasus hepatitis akut berat adalah “probable”.
"Yaitu pasien yang menunjukkan gejala penyakit hepatitis akut (tanpa adanya virus hepatitis A sampai E), dengan kadar serum transaminase >500 IU/L (AST atau ALT), yang berumur di bawah 16 tahun, terjadi sejak Oktober 2021," papar Prof Tjandra.
Lalu, kelompok definisi kasus ke tiga adalah “Epi-linked”, atau ada hubungan epidemiologis.
"Yang masuk dalam kelompok ini adalah seseorang yang menunjukkan gejala penyakit hepatitis akut (tanpa adanya virus hepatitis A sampai E),umur berapa saja, yang punya kontak erat/langsung (close contact) dengan kasus probable," jelasnya.
who logo Foto: frizal
Selain ke tiga klasifikasi di atas, menurut Prof Tjandra, WHO memberi catatan khusus. Yakni, jika pasien ada gejala dan keluhan sesuai hepatitis tetapi hasil laboratorium serologi untuk mendeteksi virus A sampai E, belum ada dan masih ditunggu, maka dapat disebut sebagai “pending classification”.
ADVERTISEMENT
"Jadi, kalau tiga kasus hepatitis akut berat kita yang meninggal dunia itu belum dilaporkan ada tidaknya hasil laboratorium virus hepatitisnya dari A sampai E, jadi sementara ini mungkin dapat dikelompokkan sebagai pending classification," terang Prof Tjandra.
"Begitu juga kalau ada laporan-laporan hepatitis akut berat pada anak di daerah lain di Indonesia," pungkasnya.

Meningkatkan Kewaspadaan Hepatitis Akut

Terkait kasus hepatitis akut yang hingga kini masih misterius, Kemenkes telah meminta masyarakat meningkatkan kewaspadaan. Kemenkes juga tengah berupaya untuk melakukan investigasi penyebab kejadian hepatitis akut ini melalui pemeriksaan panel virus secara lengkap.
Dinkes DKI Jakarta turut melakukan penyelidikan epidemiologi lebih lanjut.
“Selama masa investigasi, kami mengimbau masyarakat untuk berhati-hati dan tetap tenang. Lakukan tindakan pencegahan seperti mencuci tangan, memastikan makanan dalam keadaan matang dan bersih, tidak bergantian alat makan, menghindari kontak dengan orang sakit serta tetap melaksanakan protokol kesehatan,” kata jubir Kemenkes dr. Siti Nadia Tarmizi dalam keterangannya, Minggu (1/5).
Jubir vaksinasi perwakilan Kemenkes, dr. Siti Nadia Tarmizi. Foto: Kemkes RI
Kasus 3 pasien anak yang meninggal merupakan rujukan dari rumah sakit yang berada di Jakarta Timur dan Jakarta Barat. Gejala yang ditemukan pada pasien ini adalah mual, muntah, diare berat, demam, kuning, kejang, dan penurunan kesadaran.
ADVERTISEMENT
Kemenkes telah mengimbau orang tua jika anaknya memiliki gejala kuning, sakit perut, muntah-muntah dan diare mendadak, buang air kecil berwarna teh tua, buang air besar berwarna pucat, kejang, dan penurunan kesadaran, untuk segera memeriksakan ke fasilitas layanan kesehatan terdekat.