Koalisi Indonesia Bersatu Dinilai Prematur, Bisa Tak Langgeng hingga 2024

13 Mei 2022 18:59 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pertemuan Airlangga, Zulkifli Hasan, Suharso Monoarfa. Foto: Dok. DPP PAN
zoom-in-whitePerbesar
Pertemuan Airlangga, Zulkifli Hasan, Suharso Monoarfa. Foto: Dok. DPP PAN
ADVERTISEMENT
Meski Pilpres 2024 masih dua tahun lagi, namun sejumlah parpol sudah ancang-ancang menjajaki koalisi. Salah satunya, PAN, PPP, dan Golkar yang sepakat membentuk Koalisi Indonesia Bersatu.
ADVERTISEMENT
Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia, Yunarto Wijaya, menilai ketiga partai ini membentuk koalisi demi menaikkan nilai tawar mereka bagi kandidat capres. Menurut dia, PAN, PPP, dan Golkar tak punya pilihan lain jika ingin tetap eksis di tengah gempuran partai lain di 2024.
“Ini berawal dari kesadaran partai yang tidak punya cukup suara untuk memenuhi presidential threshold yang harus di angka 20% sehingga memutuskan koalisi prematur. Dengan 3 suara, partai ini mencapai angka 25,7%,” kata Yunarto pada Jumat (13/5).
Namun, Yunarto ragu koalisi ini akan langgeng sampai 2024. Ia menilai masing-masing partai masih berpeluang bergabung dengan koalisi partai lain dan mendukung capres lain.
Oleh karena itu, Yunarto menganggap koalisi antara PPP, PAN, Golkar hanya sebatas kesepakatan lisan guna meningkatkan nilai tawar partai di hadapan kandidat capres maupun partai lainnya. Bahkan, Yunarto memprediksi kemungkinan terjadinya perubahan skenario koalisi partai mendekati pendaftaran kandidat capres.
ADVERTISEMENT
“Jadi memang tujuannya untuk menaikkan bargaining position dalam kancah panggung pilpres 2024. Sehingga bisa menarik partai lain bergabung atau sosok yang punya elektabilitas tinggi tapi tidak mencukupi tiketnya atau bahkan tidak punya tiket sama sekali," ujarnya.
"Saya pesimistis koalisi ini bisa langgeng sampai 2024, karena kita tahu bisanya koalisi baru diumumkan masa injury time berdasarkan tawaran capresnya, tawaran menteri-menterinya,” imbuh dia.
Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia, Yunarto Wijaya. Foto: Muhammad Fadli Rizal/kumparan
“Saya hanya melihat ini sebagai sebuah kesepakatan lisan yang sangat rapuh dan bergantung pada dinamisasi politik ke depan. Biasanya menjelang masa pendaftaran, di situ perubahan besar sangat mungkin terjadi,” tambah Yunarto lagi.
Yunarto juga ragu pembentukan koalisi bakal menggenjot elektabilitas masing-masing partai. Sebab, belum ada pernyataan dari salah satu kandidat capres yang memiliki elektabilitas tinggi untuk bergabung dalam koalisi Indonesia Bersatu.
ADVERTISEMENT
“Menurut saya hampir tidak ada karena dampak elektoral itu biasanya terlihat apabila koalisinya memang sudah memiliki nama capres yang bisa dijadikan magnet elektoral. Saat ini kan tokoh yang bisa dijadikan magnet elektoral baru Ganjar, Prabowo dan Anies,” ujar Yunarto.
Lebih lanjut, Yunarto memprediksi, Koalisi Indonesia Bersatu masih berpeluang mengusung Airlangga sebagai capres jika koalisi ini langgeng hingga 2024. Sebab, dari dua nama lain, Suharso dan Zulkifli Hasan, Airlangga yang paling berpeluang.
“Kalau kita lihat kan baru Airlangga yang paling berpeluang dari 3 nama ini yang tanda kutip namanya disebut sebagai capres oleh pengurus daerah. Minimal pengurus daerah menyatakan diri akan menjadikan Airlangga capres," kata dia.
"Di sisi lain partai Golkar ini kan suaranya tertinggi dibandingkan PPP dan PAN. Tapi saya melihat Airlangga masih punya PR besar untuk menjadikan dirinya capres karena tingkat elektabilitasnya,” tutup Yunarto.
ADVERTISEMENT
=====
Reporter: Nova Sinambela
***
Ikuti program Master Class, 3 hari pelatihan intensif untuk para pelaku UMKM, gratis! Daftar Sekarang DI LINK INI