Komisi I Bakal Panggil Panglima TNI, Minta Penjelasan Serangan KKB di Yahukimo

14 April 2025 18:58 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sejumlah petugas evakuasi korban di Bandar Udara Nop Goliat, Kecamatan Dekai, Kabupaten Yahukimo, Provinsi, Papua Pegunungan, Sabtu (12/4/2025). Foto: Humas Satgas Damai Cartenz/Antara Foto
zoom-in-whitePerbesar
Sejumlah petugas evakuasi korban di Bandar Udara Nop Goliat, Kecamatan Dekai, Kabupaten Yahukimo, Provinsi, Papua Pegunungan, Sabtu (12/4/2025). Foto: Humas Satgas Damai Cartenz/Antara Foto
ADVERTISEMENT
Komisi I DPR RI akan memanggil Panglima TNI Jenderal TNI Agus Subiyanto buntut serangan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Yahukimo, Papua Pegunungan. Serangan itu menewaskan belasan pendulang emas.
ADVERTISEMENT
Ketua Komisi I Utut Adianto pun menolak untuk memberikan komentar lebih lanjut mengenai peristiwa ini sampai mendengar langsung keterangan dari panglima.
"Jadi saya menahan diri untuk tidak berkomentar apa pun akan menambah dampak. Nah kita tunggu dulu sampai mereka kita undang," kata Utut saat ditemui di kompleks parlemen, Jakarta, Senin, (14/4).
Ketua Komisi I Utut Adianto di Istana Negara, Jakarta Pusat, Rabu (19/3/2025). Foto: Zamachsyari/kumparan
Saat ini DPR RI masih dalam masa reses, masa persidangan baru akan dimulai Kamis (17/4). Sehingga proses rapat dengan baru dimulai paling cepat Kamis pekan ini.
Meski begitu, Utut mengatakan kasus pembantaian ini tidak akan menjadi isu tunggal yang dibahas, melainkan juga terkait pembinaan terhadap TNI dari hulu hingga ke hilir.
"Pembinaan itu kan konsep dari hulu ke hilirnya. Ada unit prosesnya, ada aktor-aktor eksekutor," katanya.
ADVERTISEMENT
Sebanyak 13 pendulang emas tewas dibunuh KKB di Lokasi 22 dan Muara Kum di Kabupaten Yahukimo, Papua Pegunungan.
Para korban tewas ini mengalami luka di tubuhnya. Mulai dari bacokan, tembakan hingga akibat panah.
Kepala Operasi Damai Cartenz 2025, Brigjen Faizal Ramadhani, menjelaskan tragedi ini terjadi pada 6 hingga 7 April 2025. Pihaknya baru dapat memastikan kejadian itu benar adanya pada 9 April.