Komisi X Setuju Pendidikan Militer Mahasiswa: Mungkin Aspek Fisik Hanya 30%
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Ketua Komisi X DPR Syaiful Huda menyambut baik rencana pendidikan militer bagi mahasiswa. Menurutnya, saat ini pendidikan militer menjadi kebutuhan strategis untuk menangkal cara pandang ideologi transnasional dan radikalisme .
"Saya merasa hari-hari ini ini menjadi kebutuhan strategis karena apa, karena menanamkan cinta tanah air itu menjadi kebutuhan hari ini. Menanamkan nasionalisme itu menjadi kebutuhan, biasanya disebut Habbul Wathan Minal Iman, jadi cinta tanah air bagian dari iman," kata Syaiful saat dihubungi, Selasa (19/8).
"Tradisi ini tidak ada di negara lain, mencintai negaranya melebihi segalanya gitu. Ini bagian dari cara menangkal cara pandang ideologi transnasional dan menangkal ideologi radikalisme, baik atas nama agama maupun atas nama nilai yang lain," sambung dia.
Dia pun berharap nantinya Kemenhan dan Kemendikbud dapat menyusun konten terkait pendidikan militer yang lebih fokus terhadap pengetahuan cinta tanah air. Apalagi, kata dia, pendidikan militer sesuai dengan UU Nomor 23 tahun 2019 tentang Pengelolaan Sumber Daya Nasional tentang Pertahanan Negara.
ADVERTISEMENT
"Saya mendukung karena ini juga termasuk amanat dari UU 23 tahun 2019. Karena ini semangatnya menanamkan nasionalisme dan cinta tanah air, saya kira konten komcad ini aspeknya lebih didorong dominan pada aspek kognitif ya, pengetahuan dan doktrin mungkin sisanya 30 persen baru aspek fisik kemiliteran," ucap dia.
Politikus PKB itu pun mengatakan pendidikan militer bagi mahasiswa jangan diartikan sebagai persiapan negara menghadapi perang. Namun, Syaiful menuturkan melalui pendidikan militer dapat menghasilkan generasi penerus yang mencintai tanah air.
"Saya kira ini bagian dari menanamkan nilai-nilai atau ideologi nasionalisme cinta tanah air pada anak-anak milenial kita. Itu urgen banget di saat kita sekarang sedang menghadapi paham atau ideologi radikalisme transnasional dan seterusnya," kata dia.
ADVERTISEMENT
"Jadi jangan dibayangkan lalu ada saya kira tidak begitu, logikanya jangan dibayangkan kita mau perang bukan begitu. Saya enggak membayangkan 50 tahun ke depan ada perang, karena pasti perangnya bentuknya tidak fisik," tandas Syaiful.