Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0

ADVERTISEMENT
Komjen Idham Azis memberikan pandangannya terkait paham radikalisme yang terjadi di Indonesia. Ia memastikan radikalisme yang selama ini menimbulkan keresahan di masyarakat, tak terkait dengan agama tertentu.
ADVERTISEMENT
Hal tersebut ia sampaikan dalam fit and proper test di depan anggota Komisi III DPR. Masalah radikalisme itu menjadi pertanyaan anggota Komisi III dari Fraksi PKS, Aboe Bakar Alhabsyi.
Aboe Bakar mengatakan, pemerintah jangan terlalu cepat menilai suatu aksi sebagai radikalisme. Ia juga yakin, Idham memiliki penilaian khusus tentang radikalisme yang selama ini diidentikkan dengan agama Islam.
"Ini saya pikir penting, supaya nanti berkesan Allahuakbar, teroris. Takbir, teroris. Ngaji dibilang radikalisme, pegang Alquran dibilang radikalisme. Pandangan Bapak tentang radikalisme ini apa Pak?" tanya Aboe Bakar kepada Idham.
Idham menjawab, seluruh pihak harus menjalin komunikasi antara umat Islam dengan yang lainnya, untuk menghindari kesalahpahaman dan prasangka.
"Kita harus membangun komunikasi ke umat islam dengan umat yang lain. Kepada para ulama habib dan santri. Begitu juga ke kalangan lain," kata Idham.
Idham juga memastikan, radikalisme tak dekat dengan agama Islam. Karena ia yakin, yang menciptakan keresahan akibat radikalisme di Indonesia merupakan oknum yang tak terkait dengan agama atau kepercayaan tertentu.
ADVERTISEMENT
"Saya juga garisbawahi, radikalisme tidak dekat dengan Islam. Tidak bisa radikalisme itu dikaitkan dengan simbol. Kita bisa jelaskan kalau ada yang bersalah itu juga oknum," tegas Idham.
"Tidak bisa bilang radikalisme lalu kita membawa simbol agama. Kita mesti sampaikan, kita penegakan hukum juga terhadap oknum, bukan agama," sambung Idham.