Konflik Bersenjata Armenia-Azerbaijan Makin Parah, Putin Turun Tangan

14 September 2022 10:02 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tentara dan petugas pemadam kebakaran mencari korban di daerah pemukiman yang terkena tembakan roket oleh pasukan Armenia, di Gyanga, Azerbaijan, Sabtu (17/10). Foto: Aziz Karimov/AP Photo
zoom-in-whitePerbesar
Tentara dan petugas pemadam kebakaran mencari korban di daerah pemukiman yang terkena tembakan roket oleh pasukan Armenia, di Gyanga, Azerbaijan, Sabtu (17/10). Foto: Aziz Karimov/AP Photo
ADVERTISEMENT
Pertempuran berdarah di wilayah sengketa Nagorno-Karabakh pada Selasa (13/9) menewaskan sedikitnya 49 tentara Armenia dan 50 di pihak Azerbaijan.
ADVERTISEMENT
Ini adalah bentrokan paling mematikan sejak konflik 2020 lalu. Eskalasi konflik mendorong Presiden Rusia Vladimir Putin untuk kembali menjadi penengah.
Putin meminta kedua pihak yang berselisih untuk mengontrol diri, seraya berjanji dirinya akan melakukan segala upaya yang ia bisa untuk membantu meredakan bentrokan antara Armenia dan Azerbaijan. Pernyataan Putin disampaikan oleh juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, dalam sebuah konferensi pers.
“Sulit untuk melebih-lebihkan peran Rusia, dan peran Putin secara pribadi dalam memediasi antara kedua negara,” kata Peskov, seperti dikutip dari Reuters.
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov. Foto: SHAMIL ZHUMATOV/POOL/AFP
“Presiden melakukan segala upaya untuk berkontribusi pada de-eskalasi ketegangan di perbatasan. Upaya ini terus berlanjut,” imbuhnya.
Armenia dan Azerbaijan adalah dua negara bertetangga serta pecahan Uni Soviet yang kerap berseteru atas sengketa wilayah perbatasan Nagorno-Karabakh. Nagorno-Karabakh secara internasional diakui bagian dari Azerbaijan. Namun, sebagian besar penduduknya adalah etnis Armenia.
ADVERTISEMENT
Penduduk etnis Armenia di Nagorno-Karabakh lalu mendirikan pemerintahan tersendiri, yang didukung penuh oleh Armenia. Pada 2020 Azerbaijan berhasil mengendalikan sebagian besar wilayah Nagorno-Karabakh usai melewati pertempuran sengit melawan Armenia.
Konflik bersenjata selama enam minggu pada 2020 lalu berakhir setelah Rusia menjadi perantara perdamaian.
Keluarga berduka saat prosesi pemakaman korban yang terbunuh ketika sebuah roket menghantam di kota Ganja, Azerbaijan Sabtu (17/10). Foto: Umit Bektas/REUTERS
Setelah itu, pemimpin kedua negara berulang kali bertemu. Sayangnya perjanjian agar perdamaian tercipta dan terjaga di Nagorno-Karabakh belum terwujud sampai sekarang.
Menurut Armenia, pasukan Azerbaijan telah menyerang kota-kota di dekat perbatasan, termasuk Jermuk, Goris, dan Kapan.
Tindakan itu memicu pihak Yerevan untuk meluncurkan serangan balik sebagai tanggapan. Baku mengatakan, unit-unit sabotase Armenia telah berusaha untuk menambang posisi Azerbaijan dan memulai penembakan.
Gencatan senjata sempat terjadi, namun tidak berlangsung lama. Kurang dari satu jam, serangan kembali terjadi. Baku menuding pasukan Yerevan menembakkan serangan berjenis berat yang secara langsung melanggar gencatan senjata pada hari itu juga.
ADVERTISEMENT