news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Korsel Anggap Pertemuan Kim Jong-un-Trump Tak Gagal, Ini Alasannya

6 Maret 2019 16:42 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un (kiri) dan Presiden Amerika Serikat Donald Trump (kanan) di Hotel Metropole, Hanoi, Vietnam. Foto: REUTERS/Leah Millis
zoom-in-whitePerbesar
Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un (kiri) dan Presiden Amerika Serikat Donald Trump (kanan) di Hotel Metropole, Hanoi, Vietnam. Foto: REUTERS/Leah Millis
ADVERTISEMENT
Pemerintah Korea Selatan menolak menyebut pertemuan Presien Amerika Serikat Donald Trump dan Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un gagal. Menurut Korsel, ada secercah keberhasilan yang diperlihatkan dalam pertemuan di Hanoi, Vietnam, tersebut.
ADVERTISEMENT
Duta Besar Korea Selatan untuk Indonesia Kim Chang-beom mengatakan pemerintahnya memandang optimistis pertemuan tersebut. Kendati, kopi darat Kim Jong-un dan Trump di Hanoi berlangsung lebih cepat karena tidak membuahkan kesepakatan.
"Saya tidak ingin menyebutnya kegagalan atau istilah dramatis lainnya," kata Chang-beom dalam pertemuan dengan wartawan di Jakarta, Rabu (6/3).
Dubes Korsel untuk Indonesia, Chang Beom-kim. Foto: Facebook/Chang Beom Kim
Chang-beom mengatakan setidaknya ada tiga sisi positif dari pertemuan tersebut yang diperlihatkan oleh Trump dan Kim. Pertama, Trump dan Kim memperlihatkan sikap yang bersahabat walau pertemuan itu kandas tanpa hasil.
Hal ini tersurat dan tersirat dari pernyataan Presiden Trump dan Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo. Sikap para pemimpin ini membuka pintu bagi pertemuan berikutnya.
"AS dan Korut tidak menyalahkan satu sama lain, walau tidak menghasilkan kesepakatan bersama. Mereka mencoba menunjukkan pertemuan itu produktif," kata Chang-beom.
ADVERTISEMENT
"Setidaknya mereka membiarkan pintu tetap terbuka untuk negosiasi dan konsultasi lebih lanjut," kata Chang-beom.
Kedua, Korsel memandang positif pertemuan itu karena AS dan Korut kini lebih transparan soal apa yang menghambat pembicaraan mereka. Transparansi ini tidak diperlihatkan pada kopi darat pertama Trump dan Kim Juni tahun lalu di Singapura.
"Kita melihat lebih banyak transparansi soal celah yang memisahkan Korut dan AS terutama soal denuklirisasi dan juga pencabutan sanksi," kata Chang-beom.
Menurut Chang-beom dalam pertemuan di Singapura tidak ada identifikasi dengan jelas apa yang menjadi permasalahan kedua negara. Di Hanoi, usai pertemuan dengan Kim, Trump mengatakan AS menolak mencabut sanksi penuh Korut yang belum melaksanakan denuklirisasi.
Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un (kiri) dan Presiden Amerika Serikat Donald Trump (kanan) di Hotel Metropole, Hanoi, Vietnam. Foto: REUTERS/Leah Millis
Ketiga, Korsel gembira karena AS memperlihatkan niat untuk pembentukan kantor penghubung di Korea Utara.
ADVERTISEMENT
"AS memberi gagasan yang akan berujung pada pembentukan kantor penghubung di Korea Utara dan juga memperlihatkan gelagat normalisasi hubungan," kata Chang-beom lagi.
Menurut Chang-beom, perjalanan masih panjang untuk menyelesaikan konflik di Semenanjung Korea. Baik Korsel dan AS hingga saat ini masih berperang dengan Korut setelah Perang Korea berakhir dengan gencatan senjata pada 1953.
"Ada dua pertemuan (Singapura dan Hanoi). Kami tidak berharap dua pertemuan ini akan menyelesaikan seluruh permasalahan selama 65 tahun setelah perang," kata Chang-beom.