news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

KPAI Sesalkan Ritual Maut di Jember Libatkan Anak: Pemda Awasi, Bisa Terulang

15 Februari 2022 11:53 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Evakuasi korban tenggelam saat menggelar ritual bernuansa klenik di pantai selatan Kabupaten Jember. Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Evakuasi korban tenggelam saat menggelar ritual bernuansa klenik di pantai selatan Kabupaten Jember. Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
Kadivwasmonev Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Jasra Putra menyayangkan ritual tolak bala yang dilakukan salah satu kelompok di pantai selatan, Jember, Jawa Timur pada Minggu (13/2) dini hari kemarin turut melibatkan anak-anak. Bahkan, ada anak yang menjadi korban tewas.
ADVERTISEMENT
Jasra menyesalkan terjadinya hal tersebut, mengingat ada seorang korban anak yaitu P berusia 13 tahun yang harus meregang nyawa akibat ritual itu. Ia mengutuk keras tindakan para orang tua yang justru melibatkan anaknya dalam ritual yang dapat membahayakan keselamatan mereka.
"KPAI menghaturkan bela sungkawa, dan menyesali ritual tolak bala yang diikuti anak anak dengan mengancam jiwa 3 anak. Tidak seharusnya anak berada di bawah bahaya, apalagi hanya alasan sebuah ritual dengan masuk ke pantai yang memiliki ombak, yang sewaktu-waktu dapat menggulung anak," ujar Jasra melalui keterangan tertulisnya, Selasa (15/2).
"Karena anak-anak belum matang memahami sebab akibat, masih mengikuti keinginan orang dewasa," sambungnya.
Terkait ritual tolak di Jember, Jasra meminta Pemerintah Daerah untuk mengawasinya. Permintaan itu disampaikannya karena menurut informasi yang berkembang ritual ini telah dilakukan sejak lama. Sehingga, hal serupa berpotensi akan terulang kembali di lain waktu.
ADVERTISEMENT
"Pemerintahan setempat diharapkan ikut mengawasi, ritual-ritual yang melibatkan anak anak. Apalagi ritual ini dikabarkan sudah lama. Artinya ada kemungkinan ritual ini telah dilaksanakan berulang. Artinya yang mereka lakukan bisa terancam pidana jika mengancam keselamatan, apalagi jiwa anak," ungkap Jasra.
Evakuasi korban tenggelam saat menggelar ritual bernuansa klenik di pantai selatan Kabupaten Jember. Foto: Dok. Istimewa
Padahal, Jasra menegaskan imbauan untuk tidak melibatkan anak dalam seluruh kegiatan berbahaya telah berulangkali disampaikan KPAI. Tetapi, imbauan itu dianggap sebagai angin lalu.
Dan fakta di lapangan membuktikan anak-anak kerap kali diikutsertakan dalam berbagai kegiatan yang diikuti orang tuanya.
"Hal ini juga sering KPAI Ingatkan, diberbagai ajang yang melibatkan anak anak, seperti ketika anak anak berada dalam lautan massa, aksi demontrasi, lingkungan kawasan limbah industri, wilayah pertambangan dan sekarang ritual tolak bala," tegas Jasra.
ADVERTISEMENT
Tak hanya itu, jelang tahun politik 2024 mendatang, imbauan tersebut diminta untuk lebih dipahami oleh para orang tua. Ia berharap tak ada lagi pelibatan anak-anak dalam agenda atau kegiatan yang justru berpotensi membahayakan bagi mereka.
"Saya juga mengimbau, di tahun politik ini, bisa menahan diri untuk tidak melibatkan anak anak. Belajar dari pelibatan anak-anak di masa lalu, karena bisa menjadi peristiwa trauma dan sangat kelam untuk anak anak, karena kondisi sewaktu waktu yang tidak bisa di kontrol," kata Jasra.
"Apalagi sampai meninggal, seperti ritual ini. Tentu sesuatu yang sangat disayangkan, karena sangat bisa di cegah kita semua," tutupnya.
Sebelumnya, kelompok ritual Tunggal Jati Nusantara pimpinan dari Nurhasan, warga asal Desa Dukuhmencek, Kecamatan Sukorambi, Kabupaten Jember, menuai sorotan. Sebab, kelompok klenik itu membuat ritual berendam di pantai selatan di Jember, yang kemudian berujung 11 orang tewas karena tersapu ombak laut.
ADVERTISEMENT