Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Kronologi Krisis Politik Korsel Berujung Penangkapan Presiden Yoon Suk-yeol
15 Januari 2025 11:11 WIB
·
waktu baca 4 menitADVERTISEMENT
Presiden Korsel Yoon Suk-yeol akhirnya ditangkap dan menjalani pemeriksaan di Kantor Investigasi Korupsi untuk Pejabat Tinggi (CIO) hari ini. Yoon akhirnya berhasil ditangkap setelah usaha penyidik sempat gagal karena dihalangi pasukan pengamanan presiden.
ADVERTISEMENT
Penangkapan Yoon ini buntut dari deklarasi darurat militer pada awal Desember 2024 lalu. Deklarasi darurat militer itu membawa Korsel ke dalam krisis politik yang telah berlangsung selama 6 minggu.
Berikut kronologi krisis politik Korsel selama 6 minggu terakhir:
Deklarasi darurat militer, 3 Desember 2024
Pada 3 Desember 2024, Yoon memutuskan tampil di hadapan publik untuk mendeklarasikan darurat militer. Dikutip AFP, Yoon mengatakan mengambil langkah darurat militer untuk melindungi negara dari “ancaman yang dilakukan pasukan komunis Korea Utara dan melenyapkan sentimen antinegara yang merampas kebebasan dan kebahagiaan rakyat”.
Setelah Yoon mendeklarasikan darurat militer, pasukan bersenjata menuju gedung parlemen, memanjat pagar, memecahkan jendela, dan mendarat dengan helikopter untuk menghentikan anggota parlemen yang berusaha membatalkan darurat militer.
Masyarakat juga melakukan aksi protes atas deklarasi darurat militer. Akhirnya, anggota parlemen memberi suara 190-0 untuk membatalkan darurat militer pada 4 Desember 2024 subuh.
ADVERTISEMENT
Pasukan bersenjata kemudian mundur dari gedung parlemen dan Yoon kembali muncul di televisi untuk membatalkan darurat militer.
Rencana pemakzulan Yoon, 4 Desember 2024
Partai oposisi pada 4 Desember 2024 berjanji untuk mendorong pemakzulan Yoon dan mengajukan mosi resmi. Mereka mengajukan pengaduan terpisah atas “pemberontakan” yang dilakukan Yoon, menteri pertahanan dan menteri dalam negeri, dan “tokoh militer dan kepolisian penting yang terlibat, di antaranya komandan darurat militer dan komandan polisi”.
Polisi kemudian mengungkapkan sedang menyelidiki Yoon dan yang lainnya atas tuduhan “pemberontakan”.
Yoon minta maaf, 7 Desember 2024
Pada 7 Desember 2024, Yoon kembali muncul ke publik dan meminta maaf atas apa yang disebutnya sebagai kecemasan dan ketidaknyamanan akibat darurat militer.
Belasan ribu massa anti Yoon berunjuk rasa di luar gedung parlemen, dan mosi pemakzulan ditolak beberapa jam kemudian dan Yoon tetap pada jabatannya.
ADVERTISEMENT
Yoon dicekal berpergian, 9 Desember 2024
Pada 8 Desember 2024, menteri pertahanan Kim Yong-hyun mengundurkan diri beberapa hari sebelumnya, ditahan atas perannya dalam deklarasi darurat militer. Menteri dalam negeri juga mengundurkan diri.
Partai oposisi utama mengatakan akan mencoba memakzulkan Yoon lagi pada 14 Desember 2024. Keesokan harinya, kementerian kehakiman mengumumkan telah mencekal Yoon berpergian ke luar negeri.
Pada 12 Desember, Yoon kembali membela tindakannya mendeklarasikan darurat militer, dan menyebut partai oposisi yang mendorong Korsel ke dalam “krisis nasional”.
Yoon dimakzulkan, 14 Desember 2024
Dari 300 anggota parlemen, 204 anggota sepakat untuk memakzulkan Yoon sementara 85 sisanya menolak mosi pemakzulan.
Yoon dibebastugaskan dari jabatannya, sementara Mahkamah Konstitusi Korsel memiliki waktu 6 bulan untuk mempertimbangkan putusan parlemen. Perdana Menteri Han Duck-soo ditunjuk menjadi penjabat presiden.
ADVERTISEMENT
Pemakzulan kedua, 27 Desember 2024
Anggota parlemen memakzulkan penjabat presiden Han Duck-soo. Partai oposisi menyebut, Han menolak menandatangani undang-undang khusus untuk menyelidiki Yoon.
Menteri keuangan Choi Sang-mok ditunjuk menjadi penjabat presiden.
Surat perintah penangkapan Yoon, 30 Desember 2024
Penyidik mengajukan surat perintah penangkapan Yoon setelah presiden yang dimakzulkan itu gagal melapor untuk diperiksa yang ketiga kalinya.
Ini merupakan percobaan pertama dalam sejarah Korsel untuk menangkap presiden sebelum prosedur pemakzulan selesai.
Pengadilan mengeluarkan surat perintah yang berlaku hingga 6 Januari 2025. Pengacara Yoon menyebut surat perintah itu “ilegal dan tidak sah”.
Yoon menentang, 1 Januari 2025
ADVERTISEMENT
Ratusan pendukung Yoon berkumpul di depan kediamannya menentang pemakzulan. Dalam sebuah pernyataan Yoon bersumpah akan berjuang bersama mereka “hingga akhir untuk melindungi negara ini”.
Usaha penangkapan pertama, 3 Januari 2025
Penyidik mencoba menangkap Yoon pada 3 Januari 2025, namun dihalangi oleh pasukan pengamanan presiden.
ADVERTISEMENT
Penyidik dipaksa mundur karena alasan keamanan karena kediaman Yoon dijaga oleh ratusan pasukan keamanan bergandengan tangan untuk menghalangi penyidik menangkap Yoon.
Sidang pemakzulan, 14 Januari
Pengadilan Konstitusi membuka sidang pemakzulan Yoon pada 14 Januari 2025. Namun, sidang pertama ditunda karena Yoon tidak hadir.
Akan ada 4 sidang lagi yang dijadwalkan hingga 4 Februari 2025
Yoon ditangkap, 15 Januari 2025
Pagi ini, penyidik kembali berusaha menangkap Yoon. Seperti usaha pertama, penyidik dihalangi oleh pasukan pengaman presiden, tim pengacara, dan pendukung Yoon.
Penyidik pun memakai tangga untuk masuk ke kompleks kediaman Yoon. Setelah bernegosiasi, penyidik mengatakan mereka telah melaksanakan surat perintah penangkapan dan Yoon dibawa ke kantor investigasi untuk diperiksa.
Dalam sebuah rekaman video, Yoon menyatakan memutuskan bekerja sama untuk “menghindari pertumpahan darah”.
ADVERTISEMENT
Live Update
Gedung Glodok Plaza yang terletak di Jalan Mangga Besar II Glodok Plaza, Kecamatan Tamansari, Jakarta Barat, terbakar, pada Rabu (15/1) malam. Kebakaran dilaporkan terjadi pada pukul 21.30 WIB. Api diduga bersumber dari lantai 7.
Updated 16 Januari 2025, 0:59 WIB
Aktifkan Notifikasi Breaking News Ini