Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0

ADVERTISEMENT
Meski corona mengguncang hampir seluruh sektor, tapi ada sisi positif yang dapat dilihat dari pandemi tersebut. Salah satunya adalah kualitas udara di Jakarta yang kian membaik selama wabah.
ADVERTISEMENT
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta Andono Warih mengatakan perbaikan kualitas udara ini terjadi seiring dengan kebijakan work from home (WFH) hingga pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
Mulai dari sekolah dan kerja di rumah, pembatasan jam operasional mudik, dan imbauan untuk tidak keluar rumah. Berbagai kebijakan ini akhirnya membuat aktivitas masyarakat yang banyak menghasilkan polutan berkurang.
"Dengan semakin berkurangnya aktivitas, akan semakin berkurang juga yang dikeluarkan sehingga kualitas udara akan semakin membaik," ujar Andono, Jumat (1/5).
Dia menjelaskan, sebelum penerapan WFH hingga PSBB, kualitas udara di Jakarta tergolong buruk. Namun, setelah PSBB berlaku, seluruh Stasiun Pemantau Kualitas Udara (SPKU) memenuhi baku mutu harian kualitas udara.
"Konsentrasi Maksimum PM2,5 saat Non-WFH dan sebelum PSBB (WFH) sekitar 0.02 persen-35,07 persen di 5 SPKU," jelasnya.
ADVERTISEMENT
"Konsentrasi Maksimum PM2,5 saat PSBB di seluruh SPKU memenuhi Baku Mutu Harian (<65ug/m3)," lanjutnya.
Meski begitu, dia menjelaskan, pencemaran udara tak hanya dipengaruhi oleh sumber polutan. Namun juga dipengaruhi oleh faktor alam seperti angin, suhu, kelembapan, curah hujan, dan kelembaban.
Jadi, dengan adanya faktor alam tersebut, meski sumber polusi telah berkurang, namun di saat tertentu bisa jadi kualitas udara memburuk.
***
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona
Yuk! bantu donasi atasi dampak corona