Kunjungan Utusan AS untuk LGBT Akan Timbulkan Kegaduhan Kelompok Pro Kontra

2 Desember 2022 18:43 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
 Lipsus Pasal LGBT. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Lipsus Pasal LGBT. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Muhammadiyah dengan tegas menolak kunjungan utusan Amerika Serikat untuk LGBT, Jessica Stern, ke Indonesia. Kunjungan tersebut hanya akan menimbulkan kegaduhan dan berpotensi memecah kelompok yang pro dan kontra.
ADVERTISEMENT
"Rencana kunjungan Jessica Stern ke Indonesia hanya akan menimbulkan masalah sosial, keagamaan, dan politik di Indonesia. Dalam situasi sekarang ini, kunjungi Jessica Stern sudah pasti akan menimbulkan kegaduhan dan potensi perpecahan kelompok yang pro dan kontra terhadap LGBT," ujar Sekjen PP muhammadiyah Abdul Mu'ti dalam keterangan tertulis, Jumat (2/11).
Ia menilai, apabila alasannya untuk membela HAM, maka ada masalah yang lebih penting untuk diurusi, seperti konflik di Palestina. Namun, Amerika Serikat hanya dia seribu bahasa.
Mu'ti kembali menekankan, LGBT bertentangan dengan ajaran agama Islam dan Pancasila, sementara mayoritas rakyat Indonesia beragama Islam.
Sekretaris Umum PP Muhammadiyah, Prof Abdul Mu'ti. Foto: Dok. Istimewa
"Sila pertama Pancasila Ketuhanan Yang Maha Esa tegas menunjukkan bahwa Indonesia adalah bangsa yang religius. Dalam konteks tersebut, Jessica Stern dan pemerintah AS hendaknya menghormati Indonesia sebagai negara yang berdaulat dengan tidak memaksakan nilai-nilai yang bertentangan dengan moral dan kepribadian luhur bangsa Indonesia," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Pemerintah Indonesia memiliki hubungan diplomatik dan bilateral yang baik dengan Amerika Serikat. Akan tetapi, demi kepentingan politik di dalam negeri terutama untuk menjaga persatuan bangsa, pemerintah melalui Kementerian Luar Negeri dapat menyampaikan keberatan dengan kehadiran Jessica Stern ke Indonesia.
"Dalam situasi di mana pemerintah Indonesia berusaha memulihkan ekonomi yang sulit akibat COVID-19 dan memasuki tahun politik 2024, bangsa Indonesia memerlukan situasi politik dalam negeri yang kondusif. Berbagai hal yang berpotensi menimbulkan polarisasi dan perpecahan di masyarakat harus dihindari," ucapnya.
Ilustrasi LGBT Foto: REUTERS/Marko Djurica
Selama ini pemerintah Indonesia menjalin kemitraan yang baik dengan Amerika Serikat, misalnya dalam masalah Myanmar dan Afghanistan. Ormas Islam mendukung sikap dan program pemerintah Indonesia dan Amerika Serikat untuk perlindungan dan pemberdayaan perempuan di Afghanistan.
ADVERTISEMENT
"Tetapi dalam hal LGBT umat Islam sudah jelas menolak. Pemerintah Amerika Serikat hendaknya memahami psikologi dan pandangan umat Islam Indonesia terhadap LGBT," kata Mu'ti.
"Jangan sampai hubungan dan kerja sama yang selama ini sudah terbangun antara masyarakat Indonesia dan Amerika Serikat dalam bidang pendidikan, kebudayaan, dan kemanusiaan yang terjalin dengan baik menjadi rusak akibat kunjungan Jessica Stern ke Indonesia," tutupnya.