Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
LAB-45: Potensi Pertahanan RI Tinggi, tapi Kurang di Ekonomi dan Teknologi
4 Oktober 2021 18:50 WIB
ยท
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Analis LAB 45 Andi Widjajanto menyebut, negara di dunia terus mengembangkan pertahanannya, termasuk Indonesia. Saat ini Indonesia terus memperkuat pertahanan.
ADVERTISEMENT
Menurut dia, pertahanan Indonesia cukup baik dibandingkan dengan negara-negara di Asia Tenggara lainnya.
"Sebagian besar negara berambisi mengembangkan industri pertahanan, khususnya Amerika Serikat, China dan Rusia. Negara-negara yang memiliki tenaga kerja/output industri yang tinggi adalah China dan Jepang. Sebaliknya, Myanmar adalah negara dengan tenaga kerja/output industri yang paling kecil," kata Andi dalam keterangannya, Senin (4/10).
"Myanmar dan Pakistan memiliki angka peserta edukasi tersier yang terendah. Temuan sebaliknya terjadi pada Jepang, Australia dan Turki. Posisi Indonesia tergolong cukup baik pada semua indikator potensi pertahanan dibandingkan dengan negara-negara Asia Tenggara," sambungnya.
Namun, untuk ekonomi pertahanan, Indonesia, lanjut dia, masih tergolong rendah. Berbeda dengan beberapa negara lainnya yang mengeluarkan anggaran sangat tinggi di bidang pertahanan.
"Negara-negara dengan persentase anggaran/belanja pertahanan per PDB terbesar adalah Israel, Amerika Serikat, dan Arab Saudi. Pola sebaliknya ditemukan pada Afrika Selatan dan Filipina. Amerika Serikat dan Israel merupakan negara yang paling tinggi anggaran risetnya di bidang pertahanan. Kecuali Singapura, negara-negara Asia Tenggara cenderung tidak memprioritaskan anggaran untuk tujuan tersebut," ujarnya.
ADVERTISEMENT
"Angka Indonesia tergolong rendah pada semua indikator terkait ekonomi pertahanan," kata dia.
Andi juga mengatakan, untuk di bidang teknologi berbasis pertahanan Indonesia masih rendah atau di bawa rata-rata..
"Pola yang berbeda ditemukan pada Rusia. Negara dengan proporsi teknologi militer baru tertinggi adalah Kanada dan Belanda. Sebaliknya, Iran dan Vietnam menjadi operator militer dengan proporsi alutsista berteknologi lawas paling banyak. Indonesia berada di bawah rata-rata untuk indikator-indikator teknologi pertahanan," ungkapnya.