LAB-45: Potensi Pertahanan RI Tinggi, tapi Kurang di Ekonomi dan Teknologi

4 Oktober 2021 18:50 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Defile Alutsista TNI saat HUT Ke-74 TNI di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta TImur, Sabtu (5/10/2019). Foto: Helmi Afandi/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Defile Alutsista TNI saat HUT Ke-74 TNI di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta TImur, Sabtu (5/10/2019). Foto: Helmi Afandi/kumparan
ADVERTISEMENT
Analis LAB 45 Andi Widjajanto menyebut, negara di dunia terus mengembangkan pertahanannya, termasuk Indonesia. Saat ini Indonesia terus memperkuat pertahanan.
ADVERTISEMENT
Menurut dia, pertahanan Indonesia cukup baik dibandingkan dengan negara-negara di Asia Tenggara lainnya.
"Sebagian besar negara berambisi mengembangkan industri pertahanan, khususnya Amerika Serikat, China dan Rusia. Negara-negara yang memiliki tenaga kerja/output industri yang tinggi adalah China dan Jepang. Sebaliknya, Myanmar adalah negara dengan tenaga kerja/output industri yang paling kecil," kata Andi dalam keterangannya, Senin (4/10).
Indonesia dan Dinamika Persenjataan-Alutsista Global. Foto: Dok. LAB45
"Myanmar dan Pakistan memiliki angka peserta edukasi tersier yang terendah. Temuan sebaliknya terjadi pada Jepang, Australia dan Turki. Posisi Indonesia tergolong cukup baik pada semua indikator potensi pertahanan dibandingkan dengan negara-negara Asia Tenggara," sambungnya.
Defile Alutsista TNI saat HUT Ke-74 TNI di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta TImur, Sabtu (5/10/2019). Foto: Helmi Afandi/kumparan
Namun, untuk ekonomi pertahanan, Indonesia, lanjut dia, masih tergolong rendah. Berbeda dengan beberapa negara lainnya yang mengeluarkan anggaran sangat tinggi di bidang pertahanan.
Indonesia dan Dinamika Persenjataan-Alutsista Global. Foto: Dok. LAB45
"Negara-negara dengan persentase anggaran/belanja pertahanan per PDB terbesar adalah Israel, Amerika Serikat, dan Arab Saudi. Pola sebaliknya ditemukan pada Afrika Selatan dan Filipina. Amerika Serikat dan Israel merupakan negara yang paling tinggi anggaran risetnya di bidang pertahanan. Kecuali Singapura, negara-negara Asia Tenggara cenderung tidak memprioritaskan anggaran untuk tujuan tersebut," ujarnya.
ADVERTISEMENT
"Angka Indonesia tergolong rendah pada semua indikator terkait ekonomi pertahanan," kata dia.
Indonesia dan Dinamika Persenjataan-Alutsista Global. Foto: Dok. LAB45
Andi juga mengatakan, untuk di bidang teknologi berbasis pertahanan Indonesia masih rendah atau di bawa rata-rata..
"Pola yang berbeda ditemukan pada Rusia. Negara dengan proporsi teknologi militer baru tertinggi adalah Kanada dan Belanda. Sebaliknya, Iran dan Vietnam menjadi operator militer dengan proporsi alutsista berteknologi lawas paling banyak. Indonesia berada di bawah rata-rata untuk indikator-indikator teknologi pertahanan," ungkapnya.