Laut Mati Kian Surut, Petani Yordania Frustrasi Akibat Kelangkaan Air

22 April 2022 17:02 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Lanskap Laut Mati dari Ketinggian Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Lanskap Laut Mati dari Ketinggian Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Para petani di Yordania Selatan tak sempat merayakan peringatan Hari Bumi yang jatuh pada Jumat (22/4) ini. Mereka terlalu sibuk meredam konsekuensi perubahan iklim yang kian mengerikan; sebuah upaya yang sia-sia.
ADVERTISEMENT
Laut Mati, sebuah danau garam yang terletak di antara Yordania, Palestina, dan Israel telah surut sekitar 20 meter selama dua dekade terakhir. Danau ini merupakan sumber air untuk pertanian Yordania.
Setiap tahunnya, permukaan Laut Mati turun sekitar 1 meter. Akibatnya terjadi kelangkaan air di beberapa area Yordania, yang diikuti dengan kemunculan sinkhole atau lubang pembuangan yang disebabkan oleh runtuhnya lapisan permukaan. Lubang-lubang ini sungguh besar dan terjadi dengan tiba-tiba.
Contoh lubang pembuangan yang ditemukan oleh petani di ladang tanaman di Santa Maria Zacatepec, Puebla, Meksiko. Foto: Agencia Es Imagen/via REUTERS
Populasi Yordania belakangan ini terus meningkat akibat masuknya arus pengungsi dari negara-negara tetangga. Hal ini pun diikuti dengan naiknya kebutuhan air dan produk pertanian.
Bagi petani Yordania, naiknya permintaan pasar justru membuat mereka kian frustrasi. Karena dengan menurunnya suplai air, mereka kesulitan untuk memenuhi permintaan ini.
ADVERTISEMENT
Di Ghor Haditha, Yordania selatan, para petani kesulitan mencari tanah untuk bercucuk tanam, akibat lubang pembuangan yang terus bermunculan. Seorang manajer pertanian di Ghor Haditha, Amina al-Huaima, mengaku hal ini sangat menyulitkan pekerjaannya.
“Jam kerjanya panjang dan kami tidak dibayar banyak. Diperlukan kerja keras, terutama karena risiko hilangnya tanah semakin tinggi,” ungkap al-Huaima, dikutip dari Al Jazeera.
Amman,Yordania. Foto: Muhammad Hamed/REUTERS
Dulu, banyak orang yang tinggal di Ghor Haditha. Namun akibat perubahan iklim, kebanyakan dari mereka memilih untuk pindah ke daerah lain.
“Lahan kami sebelumnya lebih besar, kini tidak seperti sebelumnya karena bumi benar-benar menghilang di bawah kaki kita,” kata seorang petani, Muhammad al-Habashna.
Al-Habashna, yang telah bekerja di daerah itu sejak awal 1990-an, frustrasi dengan kurangnya bantuan yang diterima petani.
ADVERTISEMENT
“Tanah kami hancur. Kami mencoba mencari solusi tetapi tidak menemukannya. Tidak ada yang membantu, bahkan kementerian lingkungan tidak membantu kami,” tuturnya.
Surutnya Laut Mati telah memperburuk hidup orang-orang Yordan, terutama petani di Ghor Haditha karena ladang dan tanaman mereka sangatlah bergantung pada danau ini.
Berdasarkan data PBB, Yordania adalah negara dengan kelangkaan air terparah kedua di dunia. Pertumbuhan penduduk, tantangan industri dan pertanian, serta perubahan iklim menyebabkan negara ini menghadapi dampak serius karena permintaan akan air melonjak.
Ditulis oleh: Airin Sukono