Lebih Murah dari Daging Sapi, Harga Beli Daging Celeng Rp 15.000/Kg

8 Juni 2017 16:00 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:16 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Daging Babi Hutan . (Foto: Balai Karantina Kementan)
zoom-in-whitePerbesar
Daging Babi Hutan . (Foto: Balai Karantina Kementan)
Penyelundupan daging babi hutan atau celeng asal Sumatera masih marak terjadi. Penyebabnya tidak lain karena masih adanya permintaan yang cukup besar di Pulau Jawa.
ADVERTISEMENT
Tingginya permintaan disebabkan karena harga jual daging celeng lebih murah dari daging sapi. Di tingkat pengepul, daging celeng dibanderol dengan harga Rp 10.000-15.000/kg.
"Itu murah, konon sih harganya masih beli di sana (Sumatera) Rp 10.000-15.000/kg," ungkap Kepala Badan Karantina Pertanian Kementerian Pertanian (Barantan) Banun Harpini saat jumpa media di kantornya, kawasan Pasar Minggu, Jakarta, (8/6).
Banun mengungkapkan dari kasus yang berhasil diungkap Barantan, daging celeng banyak berasal dari Jambi, Sumatera Barat, dan Sumatera Selatan. Daging celeng kemudian diselundupkan masuk ke Pulau Jawa melalui Pelabuhan Bakauheni yang kemudian sampai di Cilegon, Banten.
"Paling banyak Cilegon, itu kan paling banyak wilayah buruannya itu wilayah Jambi, Padang, Sumatera Selatan, ke Jawa dan dicegatnya di Cilegon," paparnya.
ADVERTISEMENT
Daging babi oplosan di Bogor (Foto: ANTARAFOTO/Yulius Satria Wijaya)
zoom-in-whitePerbesar
Daging babi oplosan di Bogor (Foto: ANTARAFOTO/Yulius Satria Wijaya)
Banun juga menegaskan mengkonsumsi daging celeng selundupan bisa berisiko terhadap kesehatan manusia. Pasalnya pengolahan daging celeng ilegal mulai dari kegiatan pemotongan sampai pengemasan tidak terekam jelas.
"Kan sangat murah karena barang itu diburu terus enggak ada sanitasi yang baik. Pokoknya enggak saja, berantakan juga kantong plastik," ucapnya.
Sementara itu, Banun juga meminta masyarakat agar lebih teliti membeli daging di pasar tradisional. Perhatikan baik-baik fisik daging. Jangan mudah tergoda dengan rayuan harga murah dari para pedagang.
"Itu kalau masyarakat yang enggak tahu bentuknya dan itu masih fresh biasanya enggak bisa tahu karena seratnya itu mirip semuanya, itu kalau masih fresh. Tapi kalau memang sudah agak lama jadi lain itu. Itu hasil buruan jadi tidak higienis," sebutnya.
ADVERTISEMENT