Lestarikan Budaya, Pemkab Banyuwangi Gelar Festival Kuntulan Caruk

6 Oktober 2019 15:24 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tari Kuntulan dalam Festival Kuntulan Caruk di Gesibu Blambangan Banyuwangi, Sabtu, (5/10/2019). Foto: Dok. Pemkab Banyuwangi
zoom-in-whitePerbesar
Tari Kuntulan dalam Festival Kuntulan Caruk di Gesibu Blambangan Banyuwangi, Sabtu, (5/10/2019). Foto: Dok. Pemkab Banyuwangi
ADVERTISEMENT
Pemerintah Kabupaten Banyuwangi menggelar festival Kuntulan Caruk. Acara yang berlangsung pada Sabtu (5/10) malam, dibuka Wakil Bupati Banyuwangi Yusuf Widyatmoko dan disaksikan ribuan pecinta kesenian Kuntulan dari berbagai usia.
ADVERTISEMENT
Dijelaskan Yusuf, Kuntulan adalah seni budaya yang tumbuh subur di Banyuwangi, dan yang mendapat sentuhan nilai-nilai Islami. Kuntulan memadukan antara tarian dan musik hadrah. "Caruk" sendiri dalam Bahasa Osing berarti bertemu.
“Jadi festival Kuntulan Caruk adalah semacam lomba yang mempertemukan grup-grup Kuntulan se-Banyuwangi dalam sebuah pentas. Kami mengangkat festival ini, karena Kuntulan adalah salah satu budaya lokal yang telah membumi di Banyuwangi,” ujar Yusuf di di Gesibu Blambangan Banyuwangi.
Tari Kuntulan dalam Festival Kuntulan Caruk di Gesibu Blambangan Banyuwangi, Sabtu, (5/10/2019). Foto: Dok. Pemkab Banyuwangi
Dalam kesenian ini, para penari menampilkan tari Rodat sembari membawakan bait-bait pujian Islami. Kostum yang dikenakan penari terkesan santun, seperti memakai kerudung dan sarung tangan, hingga memakai kaos kaki yang menutupi seluruh aurat pada tubuh.
Tarian yang dibawakan para penarinya pun banyak memanfaatkan gerakan tangan dan kaki. Yang membuat istimewa Kuntulan, adalah iringan musik hadrah dari para penabuhnya. Mereka menabuh hadrah sebagai musik pengiring.
Suasana Festival Kuntulan Caruk di Gesibu Blambangan Banyuwangi, Sabtu, (5/10/2019). Foto: Dok. Pemkab Banyuwangi
Festival ini diikuti puluhan grup Kuntulan tingkat SLTA se-Banyuwangi. Secara bergantian, mereka tampil menyuguhkan atraksi terbaiknya.
ADVERTISEMENT
"Gebrakan hadrahnya membuat kami serasa bersemangat. Musiknya keren, kostumnya juga oke," kata Imam, wisatawan dari Surabaya yang turut menyaksikan atraksi tersebut.
Tari Kuntulan dalam Festival Kuntulan Caruk di Gesibu Blambangan Banyuwangi, Sabtu, (5/10/2019). Foto: Dok. Pemkab Banyuwangi
Secara terpisah, Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas menambahkan, sejak tahun lalu Festival Kuntulan Caruk telah masuk dalam agenda resmi Banyuwangi Festival (B-Fest). Ini sebagai upaya untuk terus merawat dan melestarikan tradisi Banyuwangi.
“Semoga ini bisa menjadi panggung bagi anak-anak muda untuk ambil bagian dalam pelestarian budaya lokal. Kami berharap agar anak-anak Banyuwangi tetap mencintai budaya daerahnya di tengah gempuran budaya asing yang kian kuat,” kata Anas.
Suasana Festival Kuntulan Caruk di Gesibu Blambangan Banyuwangi, Sabtu, (5/10/2019). Foto: Dok. Pemkab Banyuwangi
Selanjutnya, Anas juga menyampaikan, B-Fest telah masuk jajaran Top 45 inovasi pelayanan publik terbaik dari Kementerian Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, dari 3.156 program inovatif se-Indonesia yang masuk dalam penilaian.
ADVERTISEMENT
“Sebagai reward, kita akan diganjar Rp. 10 Miliar dari pemerintah pusat. Semoga ini bisa menjadi trigger bagi kita untuk terus melahirkan inovasi-inovasi hebat dengan merangkul budaya seni lokal kami,” pungkas Anas.
Tari Kuntulan dalam Festival Kuntulan Caruk di Gesibu Blambangan Banyuwangi, Sabtu, (5/10/2019). Foto: Dok. Pemkab Banyuwangi