Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri memberikan orasi politiknya di acara kongres PDIP V di Bali, Kamis (8/8). Menariknya, pidato Mega didominasi canda mirip stand up comedy, sisanya tetap membahas sikap politik.
ADVERTISEMENT
Mega banyak bicara seputar curahan hatinya sebagai ketua umum. Bahasanya ceplas-ceplos, sangat apa adanya, serta jauh dari kesan formal. Membuat banyak pendengarnya tertawa lepas. Termasuk, sejumlah ketua umum parpol koalisi yang tampak ikut senyum-senyum kala menyimak pidato Mega.
kumparan mencatat, Megawati menghabiskan waktu selama 1 jam 33 menit 54 detik untuk menyelesaikan pidatonya. Durasi itu tak jauh berbeda dengan stand up yang kerap dibawakan sejumlah komikus tanah air. Salah satunya Pandji Pragiwaksono saat melakukan tur dunia.
Layaknya Pandji, Mega juga tampak lancar melakukan sejumlah teknik stand up comedy. Mulai dari roasting, act out, one liner, hingga impersonate.
Nah, seperti apa teknik stand up yang dilancarkan Mega di Bali? Simak selengkapnya dalam analisis kumparan berikut ini:
ADVERTISEMENT
Roasting
Dalam dunia stand up, roasting adalah teknik meledek seseorang. Dan tak sekadar meledek, tetapi juga tetap berdasarkan fakta. Mega rupanya tahu tentang teknik itu. Ia menggunakan teknik tersebut untuk me-roasting Ketum Gerindra Prabowo Subianto yang turut hadir dalam kongres.
“Waktu itu Prabowo kan katanya dipindahkan poskonya. Memang terus terang dipindahkan ke posko Jawa Tengah. Saya udah mikir nih. Hemm, gue datengin juga nih si Bowo. Sorry. Iya dong jengkel, udah tahu itu tempatnya banteng,” kata Mega.
“Situ sih (Prabowo) bikin-bikin capek saya,” tambahnya.
Ucapan Mega itu pun diikuti gelak tawa peserta yang hadir. Prabowo sebagai sosok yang di-roasting oleh Mega pun tampak senyum-senyum. Bahkan, ia tiba-tiba berdiri dan memberikan salam hormatnya kepada Mega.
ADVERTISEMENT
Pernyataan Mega itu mengingatkan pada strategi politik Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Sandi pada Pilpres 2019 lalu.
Kala itu, BPN memutuskan untuk memindahkan posko pemenangan ke Solo, Jawa Tengah. Padahal, Jawa Tengah merupakan basis suara PDIP. Terbukti pada rekapitulasi suara Pilpres 2019, Jokowi memperoleh 77,26 persen suara di kota itu.
Impersonate
Impersonate adalah teknik menirukan sikap dan gaya bicara orang lain. Teknik itu dilakukan Mega kala menyindir Jokowi soal kebijakan dalam memilih menteri. Menurut Mega, Jokowi harus lebih banyak memasukkan menteri di kabinet 2019-2024 dari unsur PDIP. Hal itu dia sampaikan dengan menirukan gaya bicara Jokowi.
“Jangan nanti: ‘Ibu Mega, saya kira karena PDIP sudah banyak kemenangan, sudah ada yg di DPR, nanti saya kasih (menteri) cuma empat, ya’. Ah emoh. Tidak mau, tidak mau, tidak mau. Orang yang enggak dapat aja minta,” kata Mega.
ADVERTISEMENT
Konteks pernyataan Mega itu merujuk pada kondisi politik pascapilpres. Sekarang ini, Jokowi memang tengah memikirkan komposisi kabinet 2019-2024. Sejumlah partai pendukung sudah ada yang terang-terangan meminta jatah menteri.
Bahkan, Partai Gerindra yang notabene mengusung Prabowo juga diprediksi akan masuk ke dalam kabinet. Yang artinya, Jokowi harus meramu komposisi kabinet yang dapat menyenangkan semua partai pendukungnya.
Act Out
Act Out merupakan teknik stand up yang berfokus pada gerakan. Jadi, bukan kata-kata yang membuat penonton tertawa, melainkan gerakan yang mengiringi kata-kata tersebut. Mega melakukan hal itu masih dalam konteks membicarakan jatah menteri di kabinet Jokowi. Aksi Mega itu pun berbuah gelak tawa dari pada tamu undangan.
“Bapak Presiden, saya meminta dengan hormat bahwa PDIP akan masuk ke dalam kabinet dengan jumlah menteri yang harus terbanyak (sambil mengacungkan dua jempol dan menganggukan kepala sambil senyum-senyum). Itu baru namanya pukulan (sambil menunjukkan lengan kanan yang seolah-olah ingin memukul),” kata Mega.
ADVERTISEMENT
One Liner
One Liner adalah teknik mengeluarkan bit singkat yang biasanya terdiri dari satu hingga tiga kalimat. Teknik tersebut digunakan Mega kala menyinggung soal dirinya yang tak diangkat menjadi Presiden RI meski partainya menang di Pemilu 1999.
“Katanya partai pemenang yang jadi Presiden RI, eh gue dipotong,” kata Mega
“Saya cuma ngomong sama bapak gue di atas; Biarin, Pak, enggak apa-apa. Kesabaran revolusioner,” lanjutnya tertawa.
Pernyataan Mega itu juga erat kaitannya dengan revisi UU MD3 (MPR, DPR, DPRD) 2014 yang tak menguntungkan partainya. Kala itu, pasal 84 dalam UU tersebut menyatakan bahwa calon ketua DPR dan keempat wakilnya harus diajukan gabungan fraksi dan dipilih anggota DPR masa bakti 2014-2019 dalam sidang paripurna. Padahal di aturan sebelumnya parpol dengan suara terbanyak yang menempati posisi ketua DPR.
ADVERTISEMENT
Konsekuensinya, PDIP sebagai parpol dengan raihan suara terbanyak pada tahun 2014 tak otomatis memperoleh jatah Ketua DPR. Lain dari itu, sidang paripurna justru memutuskan bahwa kursi Ketua DPR diisi oleh Golkar.
Saat Megawati menyampaikan pesan tersebut, peserta yang hadir langsung tertawa lepas. Ketua Umum Golkar Airlangga Hatarto pun tampak senyum-senyum mendengar penuturan Mega.