Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Maaf dari Para Korban untuk Pelaku Kasus Tutut Beracun
13 Juni 2018 13:04 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:08 WIB
ADVERTISEMENT
Mulanya, sebanyak 55 warga Kampung Sawah, Kelurahan Tanah Baru, Kota Bogor, Jawa Barat, dikabarkan keracunan makanan setelah mengonsumsi tutut atau olahan sejenis keong pada Sabtu (26/5).
ADVERTISEMENT
Hingga Selasa (29/5), korban keracunan terus bertambah mencapai 108 orang dan dirawat di sejumlah fasilitas kesehatan. Bahkan Dinas Kesehatan Kota Bogor menetapkan kasus keracunan tutut ini sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) . Namun kini, lebih dari 90 warga korban keracunan sudah dibolehkan pulang.
Setelah ditelusuri, tutut beracun tersebut dibuat oleh warga Kampung Sawah RW 07 berinisial Y yang dititipkan ke warung-warung dekat rumahnya. Karenanya, Polresta Bogor menetapkan Y si pembuat tutut, S pemilik warung, dan J penjaga warung, sebagai tersangka atas kasus KLB tersebut.
Enung warga RT 01 Kampung Sawah, Tanah Baru, Bogor, menyebut kedua anaknya yang berusia 18 dan 4 tahun menjadi korban tutut beracun. Mereka menyantap tutut bikinan Y ketika berbuka puasa.
ADVERTISEMENT
"Anak saya yang besar itu parah sampai rawat inap di puskesmas sehari. Untungnya yang kecil enggak terlalu parah saya bawa ke dokter anak saja," ujar Enung saat ditemui kumparan pada Kamis (31/5).
Pada Sabtu (26/5) dini hari Alfa, anak pertama Enung, sakit perut hingga muntah. Pagi harinya, Alfa langsung dilarikan ke Puskesmas dan menjalani rawat inap. Setelah dirasa membaik, Alfa dibawa pulang ke rumah pasa Sabtu malam. Namun begitu, Alfa masih mengalami diare selama tiga hari berturut-turut.
Enung mengaku, tutut merupakan hidangan wajib dan sudah menjadi tradisi di keluarganya. Ia biasa menyantap tutut bikinan Y selama bulan Ramadhan, atau menjadi hidangan ketika berkumpul bersama keluarga.
Perempuan berusia 43 tahun itu menyebut mengenal Y si penjual tutut, dan sudah menjadi langganan selama bertahun-tahun.
ADVERTISEMENT
"Y jualan tutut kan enggak cuma setahun, sudah lebih dari 7 tahun dia jualan tutut. Saya makan tapi enggak kenapa-kenapa, cuma sekali ini aja," ujar Enung.
Meski keluarganya menjadi korban tutut beracun olahan Y, Enung mengaku memaafkan pelaku karena menganggap kejadian ini adalah musibah yang tidak disengaja.
"Ya, namanya juga musibah tidak ada yang tahu. Biasanya juga enggak papa. Saya memaafkan, tidak ada dendam," lanjut Enung.
Gunadi, Ketua RT 04, RW 07, Kampung Sawah, Bogor menyebut kekeluargaan warga di RW 07 erat dan rukun. Bahkan, setelah peristiwa keracunan itu, warga masih berbesar hati dan mau memaafkan pelaku.
"Kekeluargaan di kampung kami begitu erat. Dan hari Sabtu nanti, kami akan melakukan mediasi di masjid mempertemukan keluarga pelaku dengan 108 korban. Sama-sama memaafkan dan berlapang dada, bahwa peristiwa ini adalah musibah bukan disengaja," ujar Gunadi saat ditemui di kediamannya.
Mediasi tersebut diharapkan bisa meringankan hukuman pelaku. Hal ini dilakukan warga mengingat dalam kesehariannya pelaku dikenal baik sekaligus menjadi tulang punggung keluarga. Dia harus menghidupi tiga anaknya yang sebentar lagi masuk SMK dan SMP.
ADVERTISEMENT
"Kasihan juga, kan ibu Y itu tulang punggung keluarga. Suaminya ngrombak buruh bangunan. Kalau ibu Y tidak mencari uang, kasihan anak-anak. Ini kan juga musibah," lanjut Gunadi.
Mediasi berjalan lancar dan tertib. Acara tersebut dihadiri oleh keluarga pelaku, Lurah, Camat dan 108 korban keracunan. Hasil dari mediasi, warga bersedia menandatangani surat pernyataan memaafkan keluarga pelaku atas kasus keracunan tutut.
Hasil mediasi tersebut nantinya akan diserahkan kepada pihak berwajib sebagai alat untuk meringankan hukuman Y.
Ikuti terus perkembangan informasi tutut dalam topik khusus Tutut Beracun .