Mahasiswa Kritisi Pendidikan Militer untuk Tangkal Radikalisme

19 Agustus 2020 7:30 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pasukan TNI saat operasi pembebasan sandera Foto: Yusran Uccang/Antara Foto
zoom-in-whitePerbesar
Pasukan TNI saat operasi pembebasan sandera Foto: Yusran Uccang/Antara Foto
ADVERTISEMENT
Pendidikan militer mahasiswa masih dirancang Kemenhan dan Kemendikbud. Tujuan pendidikan selama 1 semester dengan bobot 3 SKS itu untuk menangkap radikalisme dan masuknya kelompok intoleran.
ADVERTISEMENT
Tak hanya itu saja, nantinya para mahasiswa yang ikut pendidikan militer bisa menjadi komponen perwira cadangan.
Tapi rupanya niatan pendidikan militer mahasiswa itu menuai kritik dari kalangan mahasiswa.
"Menurut kami perlu ditinjau dan dikritisi lagi rencana ini dalam arti apakah pendidikan militer ini adalah satu-satunya solusi untuk menangkal paham radikalisme dan intoleransi? Apalagi dalam kondisi seperti pandemi sekarang di mana mekanisme pembelajaran belum diperbolehkan untuk melalui tatap muka secara penuh," kata Koordinator Eksternal BEM UPN Yogya, Maulana Syahida, Rabu (18/8).
Maulana menyampaikan, apabila harus dilakukan pendidikan militer perlu dikaji lagi mengenai efektivitas teknisnya apakah daring atau luring.
"Perlu diperhatikan juga mengenai pendidikan militer ini apakah dimasukkan ke dalam mata kuliah dengan beban sekian SKS atau menjadi pendidikan full 1 semester dengan mempertimbangkan masa studi mahasiswa," jelas dia.
ADVERTISEMENT
Maulana menyampaikan, di kampus UPN Yogyakarta sudah ada mata kuliah Bela Negara yang dibebankan 2 SKS dan wajib diambil oleh seluruh mahasiswa.
"Mungkin ada baiknya dipertimbangkan untuk optimalisasi pendidikan Bela Negara di setiap kampus, toh memiliki beberapa aspek tujuan yang sama yakni menangkal radikalisme," tutup dia.