Mahfud MD: RI Tempuh Diplomasi Lunak soal Muslim Uighur

19 Desember 2019 12:42 WIB
comment
6
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menko Polhukam Mahfud MD Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Menko Polhukam Mahfud MD Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
ADVERTISEMENT
Menkopolhukam Mahfud MD angkat bicara terkait dugaan pelanggaran HAM terhadap Muslim Uighur di Xinjiang, China. Mahfud mengatakan, Indonesia terus berupaya menyelesaikan permasalahan tersebut lewat ‘diplomasi lunak’.
ADVERTISEMENT
"Itu Bu Menlu (Retno Marsudi) sudah melakukan langkah-langkah ya. Kita punya jalan diplomasi lunak sejak dulu,” kata Mahfud di Hotel Aryaduta, Jakarta Pusat, Kamis (19/12).
Mahfud menjelaskan diplomasi lunak yang dia maksud. Sesuai dengan namanya, dalam menyelesaikan permasalahan Uighur, Indonesia menempatkan diri sebagai penengah.
“Kita menjadi penengah dan mencari jalan yang baik, bukan konfrontatif gitu, ya. Oleh sebab itu, nanti Bu Menlu sudah bukan menyiapkan karena kasus lama, ya. Kita sudah sering," tutur Mahfud.
Menkopolhukam Mahfud MD memberi sambutan di Pembukaan Mukernas V PPP di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta. Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
Mahfud mengatakan, salah satu bentuk pendekatan diplomasi lunak tersebut adalah dengan mengirim sejumlah organisasi keagamaan untuk melihat langsung kondisi di Xinjiang.
"Kemudian dari kelompok masyarakat ada Majelis Ulama, Muhammadiyah, MUI, sudah ke sana, dan sebagainya,” tutur Mahfud.
ADVERTISEMENT
Mahfud menegaskan, Indonesia berkomitmen untuk ikut menyelesaikan permasalahan tersebut. Namun, menurut Mahfud, Indonesia juga harus lebih objektif dan mencari akar permasalahan di Uighur.
"Karena di China itu kawasan muslim kan banyak juga, bukan hanya Uighur, saya pernah ke Beijing. Pernah ke tempat lain aman-aman saja, tuh, tapi kalau di Uighur terjadi begitu, ada apa?" kata Mahfud.
“Kita harus mencoba lebih objektif melihat seluruh persoalan itu, dan untuk itulah maka nanti Ibu Menlu melalui diplomasi lunaknya, bebas aktifnya itu akan melakukan langkah-langkah yang baik untuk kebaikan umat manusia," lanjut Mahfud.
Sebagai catatan, laporan PBB dan media arus dunia menunjukkan China diduga telah melanggar HAM terhadap lebih dari satu juta warga Uighur.
ADVERTISEMENT
Mereka yang dituding terpapar radikalisme dan terorisme dimasukkan ke dalam kamp konsentrasi yang mereka sebut "sekolah vokasi". Dalam indoktrinasi itu, China diduga 'mencuci otak' warga Uighur, dipaksa meninggalkan ajaran Islam, dan dipaksa ikut menganut paham komunis.
Kabar terbaru, Pemerintah Daerah Xinjiang diduga memusnahkan dokumen mengenai kamp penahanan massal warga Muslim Uighur.
Bukan cuma memusnahkan, mereka turut memperketat kontrol informasi mengadakan pertemuan rahasia membahas kebocoran dokumen rahasia mengenai kamp konsentrasi Xinjiang. Dokumen itu dibocorkan oleh media Amerika Serikat, New York Times.
Namun jubir Kementerian Luar Negeri China, Geng Shuang, membantahnya.
"New York Times benar-benar tuli dan buta pada seluruh fakta-fakta itu. Lebih buruk lagi, mereka menggunakan tambal sulam dan distorsi yang ceroboh untuk membuat kehebohan soal apa yang disebut 'dokumen internal' dan mencoreng upaya deradikalisasi dan pemberantasan terorisme. Mereka maunya apa?" kata Geng.
ADVERTISEMENT