Rumah Layak untuk Aisyah Korban Tragedi Tanjung Priok

11 April 2017 8:07 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:18 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Donasi online kumparan untuk ibu Aisyah (Foto: Bagus Permadi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Donasi online kumparan untuk ibu Aisyah (Foto: Bagus Permadi/kumparan)
Tragedi Tanjung Priok 1984 menyisakan luka yang mendalam bagi Aisyah dan keluarga. Puluhan tahun mereka hidup dengan psikis tertekan dan rumah yang kini sudah jauh dari kata layak.
ADVERTISEMENT
Suami Aisyah, Wahyudi, yang dulu penuh semangat memperjuangkan keadilan, kini mengalami gangguan jiwa. Kebebasan berpendapatnya 32 tahun lalu dibungkam. Wahyudi pernah dipenjara, disiksa dan hilang karena berusaha menuntut keadilan atas tragedi berdarah September 1984.
Aisyah Tanjung Priok (Foto: Kevin Kurnianto/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Aisyah Tanjung Priok (Foto: Kevin Kurnianto/kumparan)
Selama persidangan berlangsung, Wahyudi dan Aisyah masih kerap mendapat tekanan. Aisyah mengaku pernah ditawari Rp 50 juta saat sang suaminya hendak bersaksi pada sidang lanjutan kasus Tragedi Tanjung Priok tahun 2004. Mereka diminta untuk bungkam.
"2004 itu, kita bukan cerita bohong yah. Hari itu datang kepada kita utusan, ditawarin Rp 50 juta waktu itu saat sidang kasus Priok bergulir. Kita dikasih, tapi Rp 25 juta dulu, dengan syarat kita harus bersaksi sesuai keinginan mereka. Harus begini, begitu, maunya mererka, jadi dipelintir," bebernya.
ADVERTISEMENT
Namun demi keadilan, Wahyudi dan Aisyah menolak iming-iming yang sebenarnya sangat menggiurkan bagi mereka itu. "Akhirnya suami saya enggak ambil. Kita tuh diintimidasi, saya sempat dikatai, 'kamu bukan korban'. Padahal saya anggota keluarganya yang menjadi korban," ujar Aisyah.
Aisyah Tanjung Priok (Foto: Kevin Kurnianto/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Aisyah Tanjung Priok (Foto: Kevin Kurnianto/kumparan)
Kini Wahyudi yang menderita gangguan jiwa, pergi entah ke mana dan hanya sesekali menengok keluarga, tanpa memberi nafkah. Aisyah pun harus berjuang menghidupi anak-anaknya seorang diri.
Berbagai pekerjaan telah digeluti ibu enam anak ini, dari menjadi guru di Taman Kanak-Kanak, hingga sopir ojek daring sudah dilakoninya. Kekhawatiran rubuhnya rumah sewaktu-waktu, sudah menjadi makanan sehari hari bagi Aisyah dan anak-anaknya. Mereka kini menempati rumah semi-permanen seluas sekitar 5x5 meter.
ADVERTISEMENT
"Bayangkan, kami enggak punya pintu. Kami sudah beberapa tahun tinggal di rumah enggak punya pintu," ujarnya.
Aisyah Tanjung Priok (Foto: Kevin Kurnianto/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Aisyah Tanjung Priok (Foto: Kevin Kurnianto/kumparan)
Terpuruknya keadaan tak membuat Aisyah menyerah. Saat ini dirinya tengah membangun kembali rumahnya. Aisyah yang seorang diri saat ini hanya mengandalkan pekerjaannya saat ini dan uluran dari rekan-rekannya di luar.
Bagi Anda yang terketuk hati untuk membantu meringankan beban Aisyah dan keluarga, silakan donasikan bantuan di sini: