Ma'ruf soal NU Usul Presiden Dipilih MPR: Dialog, Cari yang Terbaik

28 November 2019 17:02 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wakil Presiden Ma'ruf Amin di Rakornas Indonesia Maju di Sentul, Jawa Barat, Rabu (13/11).
 Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Wakil Presiden Ma'ruf Amin di Rakornas Indonesia Maju di Sentul, Jawa Barat, Rabu (13/11). Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
ADVERTISEMENT
PBNU mengusulkan agar presiden dipilih kembali oleh MPR karena sistem pemilihan langsung lebih banyak menimbulkan dampak negatif. Wakil Presiden Ma'ruf Amin pun memberikan tanggapan atas usul ini.
ADVERTISEMENT
"Didialogkan dulu mana yang lebih bagus. Kita sedang mencari yang bagus. Kalau nanti lebih yang sekarang, ya kita pertahankan. Tapi kalau ada alternatif yang lain yang bagus, ya kita cari," kata Ma'ruf di Kantor Wapres, Jakarta Pusat, Kamis (28/11).
Wakil Presiden Ma'ruf Amin di Rakornas Indonesia Maju di Sentul, Jawa Barat, Rabu (13/11). Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
Ma'ruf meminta seluruh pihak untuk lebih dinamis dalam menyikapi isu ini. Apalagi bukan untuk yang pertama kalinya amandemen UUD 1945 dilakukan.
"Jadi tidak statis dalam menyikapi satu persoalan. Itu juga kan dalam UUD 1945 berubah lagi, amandemen lagi, amandemen lagi. Sekarang sudah 4 kali mau amandemen lagi. Jadi dinamis berpikirnya mencari yang terbaik untuk bangsa ini. Saya tidak memberi pendapat dulu. Kita bahas dulu," pungkasnya.
Diketahui, pimpinan MPR bertandang ke Kantor PBNU untuk mendiskusikan amandemen UUD 1945. Dalam pertemuan tersebut, Said mengatakan pihaknya mengusulkan agar pemilihan presiden tidak lagi dilakukan lewat pemilu langsung, melainkan dipilih oleh MPR.
ADVERTISEMENT
"Tentang pemilihan Presiden kembali oleh MPR, itu keputusan Munas NU di Kempek, Cirebon 2012," ujar Ketum PBNU Said Aqil Sirodj usai pertemuan dengan pimpinan MPR di kantor PBNU, Kramat Raya, Jakarta Pusat, Rabu (27/11).
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj menyampaikan pidato kebudayaan di Gedung Kesenian Jakarta (GKJ), Jakarta, Selasa (22/10). Foto: ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra