Masjid Qiblatain, Sejarah Perpindahan Arah Kiblat dari Baitul Maqdis ke Ka'bah

15 Juli 2024 14:15 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Masjid Qiblatain di Quba, Madinah, menjadi saksi sejarah berpindahnya arah kiblat umat Islam dari Baitul Maqdis di Palestina ke Baitullah (Ka'bah). Foto: Salmah Muslimah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Masjid Qiblatain di Quba, Madinah, menjadi saksi sejarah berpindahnya arah kiblat umat Islam dari Baitul Maqdis di Palestina ke Baitullah (Ka'bah). Foto: Salmah Muslimah/kumparan
ADVERTISEMENT
Masjid Qiblatain di Quba, Madinah, menjadi saksi sejarah berpindahnya arah kiblat umat Islam.
ADVERTISEMENT
Sesuai dengan namanya, Masjid Qiblatain atau dua kiblat, merupakan satu-satunya masjid di dunia yang memiliki dua arah kiblat. Kiblat pertama mengarah ke Masjid Al-Aqsa atau Baitul Maqdis di Yerusalem (Palestina) dan kedua mengarah ke Baitullah (Ka'bah), Masjidil Haram, di Makkah.
Masjid ini terletak di Quba, tepatnya di atas sebuah bukit kecil di sebelah utara Harrah Wabrah, Madinah. Dibangun pada tahun 623 Masehi di atas lahan bekas rumah Bani Salamah. Sehingga masjid ini awalnya dikenal dengan nama Masjid Bani Salamah.
Masjid Qiblatain di Quba, Madinah, menjadi saksi sejarah berpindahnya arah kiblat umat Islam dari Baitul Maqdis di Palestina ke Baitullah (Ka'bah). Foto: Salmah Muslimah/kumparan
Dikutip dari website Kemenag, sejarah masjid ini diawali dengan kedatangan Nabi Muhammad SAW beserta beberapa sahabat ke Salamah untuk menenangkan Ummu Bishr binti al-Bara yang ditinggal mati keluarganya.
Saat itu bulan Rajab tahun 2 Hijriah. Nabi Muhammad SAW salat Zuhur berjemaah. Nabi menjadi imam salat kala itu.
ADVERTISEMENT
Dua rakaat pertama, salat masih menghadap Baitul Maqdis. Hingga kemudian malaikat Jibril menyampaikan wahyu pemindahan arah kiblat. Hal ini juga dikisahkan dalam Al-Quran Surat Al-Baqarah ayat 144.
“Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi al-Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Allah dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan.” (Al-Baqarah: 144).
Masjid Qiblatain dengan kiblat mengarah ke Baitullah (Ka'bah). Foto: Salmah Muslimah/kumparan
Begitu menerima wahyu tersebut, Rasul langsung berpindah 180 derajat, diikuti oleh semua jemaah, melanjutkan salat Zuhur menghadap Masjidil Haram.
ADVERTISEMENT
Sejak saat itu, kiblat umat Islam berpindah dari Baitul Maqdis di Palestina menuju Masjidil Haram di Makkah.
Sisa jejak kiblat mengarah Baitul Maqdis, Palestina di Masjid Qiblatain di Quba, Madinah, Foto: Salmah Muslimah/kumparan
Dalam Surat Ali Imran ayat 96 dikisahkan bahwa sejak awal kiblat salat untuk semua nabi adalah Baitullah di Makkah yang dibangun pada masa Nabi Adam AS.
“Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk tempat beribadah manusia ialah Baitullah di Makkah yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia.” (QS: Ali Imran-96)
Sedangkan Al Quds (yang kudus: Baitul Maqdis) ditetapkan sebagai kiblat untuk sebagian dari para nabi dari bangsa Israel.
Masjid Qiblatain di Quba, Madinah, menjadi saksi sejarah berpindahnya arah kiblat umat Islam dari Baitul Maqdis di Palestina ke Baitullah (Ka'bah). Foto: Salmah Muslimah/kumparan
kumparan yang tergabung dalam tim Media Center Haji (MCH) mengunjungi masjid ini pada akhir Juni 2024. Masjid dengan nuansa putih ini memang memiliki dua arah mihrab yang menonjol (arah Makkah dan Palestina). Posisinya berlawan arah 180 derajat.
ADVERTISEMENT
Masjid ini sudah direnovasi oleh pemerintah Arab Saudi dengan menfokuskan pada satu mihrab saja yang menghadap ke arah Ka'bah. Sedang mihrab yang ke arah Baitul Maqdis tetap masih bisa dilihat, tetapi hanya sebatas pengingat sejarah saja.