Mata-mata MI5 Manfaatkan Status untuk Teror dan Eksploitasi Pacar

20 Mei 2022 12:29 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi pelecehan. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pelecehan. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Media Inggris melaporkan pada Jumat (20/5/2022), seorang mata-mata MI5 telah berulang kali menggunakan statusnya untuk meneror pacarnya.
ADVERTISEMENT
Agen itu menimbulkan ancaman mengerikan bagi perempuan. Bukti menunjukkan, pria tersebut adalah seorang ekstremis sayap kanan dengan sejarah kelam. Namun, pemerintah justru berupaya memblokir pemberitaan tentangnya.
Beth—bukan nama sebenarnya—bertemu dengan agen itu melalui situs kencan. Pasangan tersebut kemudian tinggal bersama di Inggris.
Agen berinisial X itu memperlakukan Beth dengan baik pada mulanya. Waktu kemudian mengungkapnya sebagai seorang misoginis dan ekstremis.
Beth mengatakan, X melakukan kekerasan seksual terhadapnya. X melindungi dirinya dengan jabatan dalam dinas keamanan Inggris.
"Saya sangat takut pada segalanya, karena bagaimana dia membuat saya berpikir, orang-orang yang terlibat dengannya, dan orang-orang yang memperkerjakannya," ungkap Beth, dikutip dari BBC, Jumat (20/5/2022).
X mengaku sebagai informan bayaran untuk dinas keamanan Inggris. X bertugas menyusup ke dalam jaringan ekstremis. Awalnya, X menyembunyikan nama aslinya dari Beth. Mengadopsi berbagai alias, X bekerja untuk MI5 bertahun-tahun.
ADVERTISEMENT
MI5 mengerahkan agen-agen dalam jaringan teroris. Lembaga kontroversial itu juga memberi wewenang kepada agennya untuk melakukan kejahatan.
Wewenang itu hanya berlaku ketika mereka tengah mengakses intelijen yang bisa menyelamatkan nyawa, menghentikan kejahatan yang lebih serius, atau memastikan keamanan agen.
Alih-alih mematuhinya, X menggunakan wewenang itu dalam kehidupan pribadi. Memanfaatkan statusnya, X menyebut Beth tidak akan pernah bisa melaporkannya kepada otoritas.
Ilustrasi pelecehan seksual. Foto: Maulana Saputra/kumparan
"Itu berarti bahwa saya tidak dapat berbicara tentang perilakunya terhadap saya, kekerasan apa pun yang saya alami, seksual atau fisik, karena dia memiliki orang-orang di posisi tinggi yang selalu mendukungnya, yang akan campur tangan dan yang akan membunuh saya bila berbicara," tutur Beth.
Beth memberanikan diri untuk merekam kekerasan X secara diam-diam. Dalam satu rekaman, agen itu terlihat menyerangnya dengan parang.
ADVERTISEMENT
Menjelang serangan, Beth terdengar mengungkap ketakutan akan dibunuh. Beth mengatakan kepada X, perlakuan terhadapnya itu tidak dapat diterima.
X lalu menyatakan dia akan sungguh membunuh Beth. Agen itu meninggalkan ruangan lalu kembali dengan parang di tangannya.
Beth lantas meneriakkan bahwa dia bisa menyerahkan bukti kepada polisi. Ancaman itu tidak membuat X mengurungkan niatnya. Dia justru melancarkan serangan dengan parang dan tinjunya.
Beth berhasil melawan serangan, tetapi diserang kembali beberapa jam kemudian. X mencoba menyayat tenggorokannya. Beth akhirnya menggigit tangan X agar berhenti.
Polisi mengunjungi rumah mereka setelah serangan itu. Namun, polisi tidak memberikan tanggapan serius.
Ilustrasi pelecehan seksual Foto: Shutterstock
MI5 membayarnya untuk menginformasikan jaringan ekstremis sayap kanan. Tetapi, bukti tidak berkata demikian. X memiliki pandangan mengkhawatirkan atas jaringan tersebut.
ADVERTISEMENT
X kerap memuji berbagai pembunuh massal supremasi kulit putih. Dia menyatakan niatnya untuk melakukan tindakan serupa. Selama penggeledahan usai serangan pun, polisi menemukan perlengkapan ekstremis. X mengoleksi barang-barang terkait Nazi.
Catatan polisi mengungkap sejumlah bukti tersebut. Dalam buku jurnal X, dia menulis tentang keinginan membunuh orang Yahudi.
Petugas setempat lantas memanggil detektif kontra-teror. Pihaknya kemudian menyita bukti dan meluncurkan investigasi terorisme terhadap X.
Pihak berwenang akhirnya menangkap dan mendakwa X. Namun, Crown Prosecution Service (CPS) membatalkan kasus tersebut.
Pihaknya bersikeras kasus itu ditutup lantaran kurangnya bukti. Penyelidikan mengungkap, barang-barang yang disita itu bahkan telah diberikan kepada MI5.
X disinyalir telah pindah ke luar negeri. Dia dikatakan bekerja untuk badan intelijen asing. Tetapi, X juga memiliki sejarah pelecehan yang mengerikan di negara itu. Ekstremismenya pun berakar jauh sebelum dia menjadi agen MI5.
Ilustrasi kekerasan terhadap perempuan. Foto: Shutterstock
Pasangan X dari negara tersebut turut angkat bicara. Ruth—bukan nama sebenarnya—mengatakan X awalnya tampak normal. Tetapi, X kemudian mulai melecehkan dan menerornya.
ADVERTISEMENT
"Dia bilang dia akan bisa membunuh saya dan putri saya juga, dan kemudian meletakkan tubuh kami di suatu tempat dan tidak ada yang akan tahu siapa saya," tutur Ruth.
Mengkhawatirkan keselamatannya, Ruth mencari bantuan organisasi medis. Dia kemudian dibawa ke tempat perlindungan. Trauma itu membungkam mulutnya untuk waktu yang lama.
Namun, seorang tenaga medis yang merawat Ruth menguatkan keterangannya. Dia menggambarkan peristiwa itu sebagai pengalaman paling mengerikan yang pernah dia temui.
Petugas medis itu mengingat buku catatan X yang menerangkan keinginannya untuk membunuh. X memiliki fantasi yang melibatkan kanibalisme terhadap anak-anak pula. Dia sempat mengancam akan membunuh dan melecehkan anak-anak perempuan yang dikenal Ruth.
Adapun tulisan lain yang memamerkan eksplotasinya terhadap perempuan. X juga menyatakan dukungan atas pemerkosaan dan pembunuhan anak perempuan.
ADVERTISEMENT
X menyusuri situs-situs untuk mencari target eksploitasi selanjutnya. Dia kerap menggunakan alias yang sama untuk pekerjaannya di MI5.
Polisi di luar negeri lantas diberitahu ancaman dari X. MI5 juga didesak untuk menyadari riwayat kekerasan dan pelecehan tersebut.
Namun, pemerintah justru membawa media yang mengungkapnya ke Pengadilan Tinggi. Pengadilan telah melarang BBC untuk membeberkan nama X.
Pemerintah menolak memberikan komentar atas badan intelijen. Inggris mengatakan, putusan pengadilan bertujuan untuk melindungi keamanan nasional.