Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0

ADVERTISEMENT
Pamor losmen-losmen tua sudah kalah di tengah pembangunan hotel hingga vila mewah di Bali. Pamor losmen-losmen tua ini pun makin meredup di tengah pandemi corona. Eksistensinya bak mati suri.
ADVERTISEMENT
Hal ini tampak pada Losmen Puri yang terletak di Jalan Arjuna No.3, Dauh Puri Kaja, Denpasar Utara, Bali. Penginapan ini merupakan losmen pertama di Bali, yang diresmikan pada 1955 lalu.
Menurut pengelola losmen, Anak Agung Ngurah Mahkota (56), sebelum corona, masih ada beberapa wisatawan yang tertarik mengambil potret prewedding di losmen tersebut. Biasanya, wisatawan dari Australia dan China.
Selain untuk prewedding, Losmen Puri juga masih dijadikan rujukan tempat menginap wisatawan. Rata-rata per harinya ada sekitar 10 orang yang check-in menginap 1 malam hingga sebulan.
Mereka yang menginap biasanya backpacker maupun wisatawan yang ingin merasakan suasana arsitektur bangunan tua.
Kini, hanya ada 3 orang wisatawan yang bertamu dengan masa inap singkat. Biaya prewedding dipatok Rp 350 ribu per orang, sementara biaya inap Rp 150 ribu per hari.
ADVERTISEMENT
"Memang lebih banyak pengeluaran. Ini dipertahankan hanya biar tetap berdiri saja," kata Mahkota saat ditemui di lokasi, Jumat (4/12).
Mahkota menceritakan, losmen ini didirikan ayahnya, AA Ngurah Alit dari Puri Langon Denpasar pada 1955. Pada zaman dulu, losmen ini disewakan untuk menginap para pedagang saat berjualan ke satu kota ke kota lain.
Kala itu, Bali belum menjadi destinasi wisata. Alit pun menetapkan tarif Rp 15 ribu bagi pedagang yang sedang berkunjung ke Pulau Dewata.
Sebelum meninggal pada 2013 silam, Alit sempat berpesan kepada keturunannya agar tidak merenovasi losmen tersebut. Menurut dia, bangunan losmen ini bisa jadi bukti peradaban di Bali.
Kini saat pandemi corona, berbagai cara dilakukan Mahkota agar eksistensi losmen yang dibangun mendiang ayahnya ini tak hilang. Demi bertahan, Mahkota mengurangi jumlah kamar yang beroperasi, dari 25 menjadi 17 kamar.
Dia hanya mengecat dan memperbaiki properti yang rusak untuk menjaga keawetan bangunan tersebut.
ADVERTISEMENT
"Ini memang orang tua berpesan losmen jangan diapa-apakan. Ya sampai sekarang (sama) meski hasilnya enggak seberapa," kata Mahkota.
Jika dilihat, losmen ini memiliki 2 lantai. Pada bagian depan bangunan tampak cat putih dan merah sudah memudar. Bangunan ini memiliki kusen pintu dan jendela berwarna cokelat tua dengan kaca tembus pandang.
Di bagian lobi, ditempatkan perabotan-perabotan tua. Lantai pertama mengunakan tegel, sedangkan tangga dan lantai dua menggunakan kayu.
Pada bagian kamar tersedia dua ranjang tua terbuat dari besi dan sebuah lemari tua berbahan kayu jati.