Megawati Kritisi Sejarah: Apakah Benar Kita Dijajah 350 Tahun?

11 Juni 2021 16:37 WIB
ยท
waktu baca 1 menit
Penganugerahan gelar Profesor Megawati di Universitas Pertahanan. Foto: PDIP
zoom-in-whitePerbesar
Penganugerahan gelar Profesor Megawati di Universitas Pertahanan. Foto: PDIP
ADVERTISEMENT
Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri dikukuhkan sebagai Profesor Guru Besar Tidak Tetap bidang Kepemimpinan Strategi di Universitas Pertahanan (Unhan). Dalam sambutannya, Megawati sempat menyinggung soal penjajahan.
ADVERTISEMENT
Megawati mengungkapkan sering bertemu dengan ahli sejarah. Salah satu yang dibahas adalah soal apakah benar Indonesia dijajah selama 350 tahun.
"Saya sering ketemu ahli sejarah. Sampai saya bilang begini, 'tolong, dong, diperiksa kembali apakah benar kita dijajah 350 tahun. Kok orang yang dijajah seneng banget'," kata Megawati, Jumat (11/6).
Ilustrasi penjajahan Belanda Foto: Twitter@tukangpulas
Megawati mengaku bingung mengapa bisa sampai kesimpulan Indonesia dijajah selama 350 tahun. Namun jika lahir pada masa itu, Megawati yakin dirinya akan memberontak.
"Saya kurang tahu gimana sampai kesimpulan kita jadi bangsa terjajah [selama] 350 tahun. Saya mungkin kalau sudah lahir di sana sudah ikut berontak. Tentu Pak Prabowo juga setuju. Kok enak amat, ya," tuturnya.
Suasana acara Pengukuhan Megawati Soekarnoputri sebagai Profesor Kehormatan di Unhan, Jumat, (11/6). Foto: Youtube/PDIP
Pengukuhan Guru Besar Tidak Tetap Prof. Dr. (H.C) Hj. Megawati Soekarnoputri di Unhan, Jumat, (11/6). Foto: Youtube/PDIP
Kebenaran Indonesia dijajah 350 tahun hingga saat ini masih menjadi perdebatan. Sejarawan sekaligus Indonesianis asal Amerika Serikat, George Mc Turnan Kahin, dalam bukunya berjudul 'Nationalism and Revolution in Indonesia', ia berpendapat masa pemerintahan kolonial Belanda di Indonesia tidak berlangsung selama tiga abad lebih.
ADVERTISEMENT
Sejarawan peranakan, GJ Resink, juga mempertanyakan kebenaran Indonesia dijajah 350 tahun. Dalam tulisannya berjudul 'Raja dan Kerajaan yang Merdeka di Indonesia, 1850-1910', ia mengingatkan bahwa generalisasi "tiga ratus tahun penjajahan Belanda" perlu dilihat secara kritis jika hendak diterapkan kepada seluruh kepulauan di Indonesia.