Megawati Pertanyakan Kebenaran Penjajahan 350 Tahun, Bagaimana Faktanya?

12 Juni 2021 11:08 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
8
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri.
 Foto: ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay
zoom-in-whitePerbesar
Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri. Foto: ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay
ADVERTISEMENT
Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri mempertanyakan kebenaran sejarah soal Indonesia dijajah 350 tahun. Pertanyaan itu terlontar saat dia dikukuhkan sebagai Profesor Guru Besar Tidak Tetap bidang Kepemimpinan Strategi di Universitas Pertahanan (Unhan).
ADVERTISEMENT
"Saya sering ketemu ahli sejarah. Sampai saya bilang begini, 'tolong, dong, diperiksa kembali apakah benar kita dijajah 350 tahun. Kok orang yang dijajah seneng banget'," kata Megawati, Jumat (11/6).
Lantas, apakah memang Indonesia tidak dijajah 350 tahun?

Awal Mula: Kedatangan Bangsa Belanda

Jatuhnya Konstantinopel ke tangan Turki Usmani pada abad ke-15 menyebabkan putusnya jalur perdagangan negara-negara barat ke dunia timur. Sejumlah negara Eropa pun mulai melaksanakan penjelajahan samudra untuk mencari jalur alternatif.
Penjelajahan itu kemudian membawa bangsa Eropa ke sejumlah tempat baru. Salah satunya berhasil tiba ke Nusantara dengan niat awal untuk berdagang. Sejarawan M. C. Ricklefs dalam Sejarah Indonesia Modern (2007) mencatat, bangsa Portugis di bawah Francisco Serrão berhasil mencapai Hitu (Ambon sebelah utara) pada tahun 1512.
Kolonial yang pernah singgah di Nusantara. Foto: Shika Arimasen Michi/kumparan
Sejumlah negara Eropa lainnya pun silih berganti datang ke Nusantara. Spanyol, misalnya, pertama kali mendarat di Maluku (Tidore) di bawah Sebastian del Cano pada tahun 1522. Kemudian bangsa Belanda di bawah Cornelis De Houtman tiba di pelabuhan Banten pada tahun 1596.
ADVERTISEMENT
Kedatangan Belanda mulanya untuk berdagang. Namun, keadaan itu perlahan-lahan mulai berubah. Tingginya persaingan perdagangan antarnegara menyebabkan salah satu negara, Belanda, berusaha menguasai sumber rempah-rempah.
Belanda, misalnya, mulai membentuk VOC atau Verenigde Oost Indische Compagnie pada 20 Maret 1602. Namun organisasi itu bukan mewakili kerajaan, tetapi merupakan kelompok-kelompok dagang.
Singkatnya, VOC kemudian mulai melakukan monopoli perdagangan hingga pada akhirnya mulai menanamkan kekuasaannya di beberapa wilayah di Nusantara.

Klaim Belanda Menjajah 350 Tahun

Sejarawan Indonesia, R. Mohammad Ali, dalam bukunya Perjuangan Feodal (1963) merujuk kedatangan Cornelis Houtman sebagai pelopor penjajahan Belanda. Dalam arti penjajahan secara umum, yaitu memeras untung yang sebanyak-banyaknya.
Apabila merujuk keterangan Ali, maka Indonesia dijajah sejak tahun 1596. Artinya, Indonesia dijajah kurang lebih 350 tahun. Hal inilah yang kurang lebih dipahami oleh masyarakat Indonesia secara umum.
Presiden Pertama Indonesia Sukarno. Foto: AFP
Selain itu, Presiden ke-1 RI, Sukarno, juga seringkali menyebut bahwa Indonesia memang dijajah selama 350 tahun. Hal itu, misalnya, dapat dilihat dalam pidato berjudul ‘Sekali merdeka tetap merdeka’ pada 17 Agustus 1946 di Yogyakarta.
ADVERTISEMENT
Berikut ini cuplikan pidato Sukarno yang kumparan kutip dari buku ‘Di bawah Bendera Revolusi’:
Sementara itu, Gubernur Jenderal Hindia-belanda Bonifacius Cornelis de Jonge juga menyinggung hal serupa. de Jonge memerintah di Hindia-Belanda sejak 12 September 1931 sampai 16 September 1936.
Dalam salah satu kesempatan, Jonge mengatakan,″Kami orang Belanda sudah berada disini 300 tahun dan kami akan tinggal disini 300 tahun lagi″

Bantahan Indonesia Dijajah 350 Tahun

Menurut jurnal berjudul ‘Sejarah Pemahaman 350 tahun Indonesia Dijajah Belanda’ (2017), pidato Sukarno sebetulnya bukanlah fakta sejarah. Melainkan sebuah propaganda politik untuk membangkitkan semangat patriotisme dan nasionalisme rakyat Indonesia.
ADVERTISEMENT
Penulis jurnal tersebut, Ulil Absiroh, Isjoni, dan Bunari, bahkan menilai bahwa semangat patriotisme Sukarno itu lebih banyak lagi dikentalkan oleh Muhammad Yamin. Dalam agenda penulisan sejarah nasional, misalnya, Yamin mendambakan penulisan sejarah yang bersifat nasionalis dan anti-kolonial.
Moh Yamin Foto: Wikimedia Commons
Namun uniknya, Yamin yang terlalu menekankan semangat nasionalis justru melebar dari penulisan historiografi Indonesiasentris yang sesungguhnya. Penulisan historiografi Indonesiasentris yang Yamin maksud, kata Ulil Absiroh, justru terjebak dalam historiografi Eropasentris seperti penjajahan 350 tahun.
Upaya meluruskan penjajahan 350 tahun itu pun mulai dikaji ulang. Sejarawan keturunan Belanda-Indonesia, Gertrudes Johan Resink, merupakan orang yang juga mempertanyakan kebenaran Indonesia dijajah 350 tahun.
Dalam bukunya berjudul ‘Raja dan Kerajaan yang Merdeka di Indonesia 1850-1910’ (1987), Resink melihat bahwa persoalan usia penjajahan terbentur pada konsep ‘Indonesia’ yang belum lahir dan konsep geografis itu sendiri.
ADVERTISEMENT
Apalagi di masa-masa itu, Indonesia hanyalah sekumpulan kerajaan-kerajaan yang memiliki kedaulatannya masing-masing.
Ilustrasi penjajahan Belanda Foto: Twitter@tukangpulas
Cara Resink membuktikan mitos penjajahan 350 tahun adalah dengan melihat arsip-arsip birokrasi Belanda. Resink pun membedah dokumen-dokumen hukum dan surat-surat perjanjian milik kerajaan-kerajaan di Nusantara.
Dalam sejumlah dokumen, orang Belanda antara 1870 dan 1910, melihat adanya kerajaan-kerajaan kecil yang berdaulat di Sumba, Sulawesi Selatan, Aceh, Langkat, hingga daerah-daerah Batak. Oleh sebab itu, menyebut Indonesia dijajah 350 tahun dinilai tidaklah tepat.
Lalu berapa lama sebetulnya Indonesia dijajah Belanda? Menurut hitung-hitungan Resink, Belanda sebenarnya hanya menjajah seluruh Nusantara selama 40 sampai 50 tahun.