Melihat Kembali Janji Rektor ITB yang Dukung Hak Swakelola SBM

12 Maret 2022 12:59 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana kawasan gedung Sekolah Bisnis dan Manajemen (SBM) ITB yang sepi di Kawasan Kampus ITB, Bandung, Jawa Barat, Kamis (10/3/2022). Foto: Novrian Arbi/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Suasana kawasan gedung Sekolah Bisnis dan Manajemen (SBM) ITB yang sepi di Kawasan Kampus ITB, Bandung, Jawa Barat, Kamis (10/3/2022). Foto: Novrian Arbi/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Pencabutan hak swakelola Sekolah Bisnis Manajemen Institut Teknologi Bandung (SBM ITB) menjadi akar permasalahan Forum Dosen SBM ITB dengan Rektor ITB. . Pihak rektorat berdalih bahwa kebijakan terhadap SBM diambil karena sesuai audit BPK, bahwa sistem keuangan di SBM tidak sesuai statuta ITB.
ADVERTISEMENT
Pendiri SBM sekaligus anggota Forum Dosen SBM ITB, Prof. Sudarso Kaderi Wiryono, menagih janji Rektor ITB Reini Wirahadikusumah pada debat calon rektor 2019 yang setuju bahwa otonomi diberikan kepada fakultas/sekolah lain di ITB. Lantas, seperti apa janji Reini pada pemilihan rektor 3 tahun lalu itu?
Melihat kembali debat calon rektor ITB yang diunggah channel Youtube Institut Teknologi Bandung pada 2 November 2019 lalu, Reini saat itu sempat menyebut hak swakelola yang dimiliki SBM ITB memang membuat iri fakultas/sekolah lain.
"SBM ini memang bikini iri semua ini. Katanya gajinya besar, tapi tentunya SBM juga melakukan upaya-upaya yang setimpal dengan take home pay yang mereka dapatkan," kata Reini dikutip Sabtu (12/3).
Rektor Institut Teknologi Bandung Reini Wirahadikusumah. Foto: Dok. Istimewa
Menurutnya, kesuksesan SBM harus dijadikan motivasi agar fakultas/sekolah lain lebih inovatif. Meski di sisi lain diperlukan kajian yang mendalam mana prodi-prodi unggulan yang bisa mendapatkan fasilitas dan layanan premium seperti SBM ITB.
ADVERTISEMENT
"Harus ada betul-betul kajian mana yang unggulannya sangat relevan dengan kebutuhan masyarakat saat ini dan juga subsidi silangnya harus sangat jelas, hitungan-hitungannya, RKA-nya, laporan keuangannya jangan ada 2 sistem. Tapi prodi-prodi unggulan itu kita buat secara lebih kajiannya matang," tuturnya.
"Jadi saya melihat sangat mungkin, bahkan mungkin bukan cuma sekadar satu [atau] dua, mungkin bisa banyak yang menjadi prodi unggulan sebagai ada layanan-layanan yang premium untuk ITB, yang bersifat internasional, dan sebagainya," jelasnya lagi.
Meski demikian, Reini berharap layanan dan fasilitas premium tersebut tidak mengurangi kesempatan calon mahasiswa yang ingin mengenyam pendidikan di ITB dengan biaya yang terjangkau.
"Tidak ada mahasiswa yang tidak bisa bayar. Beasiswa kita selalu lebih dari yang tersedia, bidik misi, beasiswa untuk semua. Tapi untuk yang unggulan kita coba untuk menjadi subsidi silang untuk ITB," pungkasnya.
ADVERTISEMENT