Melihat Sekolah Gratis Gajahwong di Kampung Pemulung di Yogyakarta

19 Oktober 2020 14:34 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sekolah Gajahwong, sekolah gratis di Kampung Ledhok Timoho RT 50/05 Muja Muju, Kota Yogyakarta. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Sekolah Gajahwong, sekolah gratis di Kampung Ledhok Timoho RT 50/05 Muja Muju, Kota Yogyakarta. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
ADVERTISEMENT
Sekolah gratis Gajahwong namanya. Berdiri sejak 2009, dan memberi pendidikan bagi anak-anak di Kampung Pemulung di Kota Yogyakarta.
ADVERTISEMENT
Niatan sekolah ini dibangun agar anak-anak pemulung bisa mendapat pendidikan layak dan membantu mereka keluar dari jerat kemiskinan. .
Selama ini akses pendidikan sulit didapat bagi anak-anak di Kampung Ledhok Timoho RT 50/05 Muja Muju, Kota Yogyakarta. Warga di kampung yang berada di bantaran Sungai Gajahwong itu kesulitan mengakses pendidikan lantaran persoalan biaya hingga administrasi seperti tidak memiliki akte.
Persoalan-persoalan itulah yang membuat sekolah gratis bernama Sekolah Gajahwong muncul.
Sekolah Gajahwong, sekolah gratis di Kampung Ledhok Timoho RT 50/05 Muja Muju, Kota Yogyakarta. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
Faiz Fakhruddin (40) Koordinator Sekolah Gajahwong menjelaskan bagaimana sekolah ini mulai didirikan pada tahun 2009 lalu.
Sekolah ini digagas oleh warga bersama Tim Advokasi Arus Bawah (Tabah) komunitas yang selama ini mendampingi masyarakat Ledhok. Masyarakat di kampung tersebut mayoritas bekerja serabutan seperti menjadi pemulung hingga pengamen.
ADVERTISEMENT
"Kampung ini menjadi kalau orang atas menyebut kampung pemulung walaupun kondisi sekarang jauh lebih baik. Terus kita mulai punya program. Pertama, miskin tidak kumuh yaitu ada pemetaan jarak antar rumah kita arisan gotong royong. Kemudian bangun MCK tadinya di sungai sekarang MCK ada 3. Bikin tempat ibadah dan membangun sekolah 2009," kata Faiz ditemui di kampungnya, Senin (19/10).
"Awalnya sekolah Gajahwong lebih kepada bagaimana kita mencari solusi masalah masyarakat miskin kota. Kampung ini baru ada tahun 2000, seiring berjalannya waktu mulai banyak anak. Yang terjadi setiap anak melakukan hal yang sama, ayahnya pemulung anaknya pemulung, bapaknya pengamen anaknya pengamen," katanya.
Koordinator Sekolah Gajahwong, Faiz Fakhruddin (40). Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
Faiz menceritakan, anak-anak di generasi pertama kampung ini yaitu tahun 2000-2010 mayoritas tidak bersekolah. Mereka kemudian menyebar dan hidup nomaden.
ADVERTISEMENT
Ketika Sekolah Gajahwong muncul, generasi-generasi di bawahnya kemudian mulai bersekolah. Perjuangannya pun tidak mudah, pada awalnya anak-anak harus dijemput ke rumah untuk sekolah. Baru seiring berjalannya waktu sekolah diterima dan menjadi sebuah solusi.
"Intinya untuk memecahkan kemiskinan miskin kota kalau kita miskin sudah takdir sudah kutukan. Yang harus kita selesaikan anak-anak kita jangan sampai sama seperti kita. Solusinya sekolah," katanya.
Seiring berjalannya waktu, sekolah tersebut semakin berkembang. Meski sekolah tersebut gratis mereka bisa membayar 6 guru secara profesional.
Koordinator Sekolah Gajahwong, Faiz Fakhruddin (40). Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
Sumber pendanaan untuk operasional sekolah ini terdiri dari memiliki bank sampah yang bekerja sama dengan hotel dan kampus, koperasi sembako, mengembangkan peternakan kambing, menjual souvenir, membuat makanan untuk dijual di cafe-cafe, hingga membuat bazar secara online saat pandemi corona ini.
ADVERTISEMENT
"Kita punya divisi media me-manage mahasiswa mau magang penelitian di sini juga jadi narasumber seminar. Sama satu lagi donasi juga jadi sumber dana kita," ujarnya.
Sekolah dengan 58 siswa ini memiliki 4 kelas yaitu kelas Akar untuk usia PAUD, kelas Rumput untuk usia 5-7 tahun, kelas Ranting untuk usia 7-10 tahun, dan kelas Batang usia 7-10 tahun.
"2013 kita sudah 2 kelas. Ini sudah 4 kelas harapannya bisa sampai 6 bisa ideal," katanya.
Peternakan kambing di sekolah Gajahwong, sekolah gratis di Kampung Ledhok Timoho RT 50/05 Muja Muju, Kota Yogyakarta. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
Berbeda dengan sekolah formal, kurikulum di sekolah ini juga berbeda. Faiz menjelaskan kurikulum Sekolah Gajahwong merupakan kombinasi beragam kurikulum dengan menguatkan nilai kelokalan. 50 persen pembelajaran lingkungan dan sosial dengan metode tematik.
"Kita mendatangkan guru tamu juga. Juga ada trip sesuai tema yang berjalan. Selanjutnya masuk ke proyek anak membuat sesuatu yang idenya dipikir bareng bahan digunakan bersama," katanya.
ADVERTISEMENT
Kurikulum ala Sekolah Gajahwong tersebut ternyata diminati banyak akademisi mulai dari Malaysia, Australia hingga negara-negara lain. Mereka datang untuk mempelajari dan berdiskusi terkait kurikulum tersebut.
Peternakan kambing di sekolah Gajahwong, sekolah gratis di Kampung Ledhok Timoho RT 50/05 Muja Muju, Kota Yogyakarta. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
Selain itu, anak-anak yang bersekolah di Sekolah Gajahwong juga didorong untuk masuk ke sekolah formal. Mereka dibantu mengakses administrasi seperti akte, hingga dicarikan beasiswa ke sekolah-sekolah formal.
"Kita dorong masuk sekolah formal. Ada sekitar 20 sudah dorong ke sekolah formal semenjak 2013. Kalau bisa ke sekolah formal mereka tetap berada di sekolah yang ada di sini. Kelas Ranting sama Batang memang menggunakan metode pembelajaran memilih project dalam satu tahu mereka menyelesaikan 3 proyek ada sosial, lingkungan, dan art," ujar dia.
"Walaupun si anak sudah di formal tetap tarik ke sini membawa pengalaman dari luar," tambahnya lagi.
Koordinator Sekolah Gajahwong, Faiz Fakhruddin (40). Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
Faiz menjelaskan, kini masa pandemi corona membuat sistem pembelajaran diubah dari yang biasanya dilakukan Senin sampai Jumat kini dijalani dengan metode sambang. Seminggu 3 kali anak-anak ini dikunjungi guru-gurunya.
ADVERTISEMENT
"Kita sedang jalan tiga pertemuan grup kecil biar lebih efektif yang bertetangga 3 sampai 4 anak sekali pertemuan," katanya.