Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Membaca Lagi Tragedi Kudatuli yang Diungkit PDIP Jelang Pilpres 2019
27 Juli 2018 9:31 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB
ADVERTISEMENT
Perselisihan antara Ketum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono dan Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri kembali memanas. Perseteruan jelang pendaftaran capres 2019 ini berujung pada laporan PDIP kepada Komnas HAM untuk meminta SBY menjelaskan peristiwa Kudatuli.
ADVERTISEMENT
Lalu, apa itu peristiwa Kudatuli?
Kudatuli atau Kerusuhan Dua Puluh Tujuh Juli adalah peristiwa Sabtu, 27 Juli 1996 di Kantor DPP PDI di Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat. Peristiwa yang dikenal juga sebagai Sabtu Kelabu itu adalah usaha Presiden Soeharto menggulingkan Ketua Umum PDI Megawati Soekarnoputri dari jabatannya saat itu.
Soeharto dan pembantu militernya merekayasa kongres PDI di Medan untuk menempatkan Soerjadi menjadi pemimpin partai tersebut. Namun usaha itu mendapatkan perlawanan dari pendukung Megawati. Mereka menggelar mimbar bebas di depan kantor PDI.
Mimbar bebas yang penuh kritik terhadap orde baru pun memunculkan perlawanan. Akibatnya, usaha Soeharto untuk mengambil alih kepemimpinan Megawati di PDI berujung kerusuhan.
Kerusuhan tersebut terjadi di beberapa wilayah di Jakarta. Terutama di sekitar Jalan Diponegoro, Salemba, Jakarta Pusat.
Hasil penyelidikan Komnas Hak Asasi Manusia (HAM) menyebutkan ada lima orang meninggal dunia akibat peristiwa tersebut. Selain itu 149 masyarakat sipil maupun aparat keamanan mengalami luka berat dan 136 orang ditahan. Dalam laporannya, Komnas HAM menyebut telah terjadi pelanggaran HAM pada peristiwa tersebut.
ADVERTISEMENT
Komnas HAM dalam laporannya juga menyebutkan penyerbuan tersebut dibicarakan pada Rabu (24/7) dalam sebuah rapat yang dipimpin oleh Kasdam Jaya saat itu, Brigjen TNI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Rapat tersebut dihadiri oleh Brigjen Zacky Anwar Makarim, Kolonel Haryanto, Kolonel Joko Santoso, dan Alex Widya S.
Oleh karena itu, Komnas HAM menyebut penyerbuan merupakan garapan Markas Besar ABRI bersama Alex Widya S. SBY diduga menggerakan pasukan pemukul Kodam Jaya untuk melakukan penyerbuan ke DPP PDI.
Bukti video juga menguatkan adanya keterlibatan ABRI dalam peristiwa tersebut. Pasalnya, dalam video peristiwa yang terdapat dalam laporan Komnas HAM terlihat pasukan Batalion Infanteri 201/Jaya Yudha menyerbu dengan menyamar sebagai massa PDI-Pro Kongres Medan.
Fakta serupa juga diungkap Polri dalam hasil penyidikan kasus 27 Juli 1996 di hadapan Komisi I dan II DPR RI pada 26 Juni 2000.
ADVERTISEMENT