Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Pernyataan Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar soal tak ada suara azan di Pantai Indah Kapuk (PIK) ramai dibicarakan. Ia pun memberikan penjelasan terkait pernyataannya itu.
ADVERTISEMENT
“Toleransi itu kesediaan kita untuk menerima kenyataan berbeda dari diri kita. Maka, itu mari kita menjadikan Indonesia ini menjadi kota religi. Kota religi itu, kota-kota metropolitannya itu dihiasi dengan adanya kehadiran rumah-rumah ibadah,” ujarnya di GPIB Immanuel, Jakarta pada Selasa (24/12).
Ia mengatakan bahwa yang dimaksud bukan hanya masjid. Rumah ibadah perlu ada agar masyarakat selalu ingat Tuhan.
“Kalau perkampungan masyarakat tanpa rumah ibadah, nanti kan jangan-jangan terasa kering, karena bagi kita, begitu melihat rumah ibadah langsung hati kita tergugah kan, ingat pada Tuhan kan,” ucapnya.
“Jadi itu yang saya maksudkan betapa perlunya ada suara-suara religi pada setiap sudut-sudut kota, kan kita kan negara Pancasila,” pungkasnya.
Pernyataan soal azan di PIK ini disampaikan Nasaruddin pada Rapat Pleno V Mukernas MUI di Hotel Sahid, Jakarta, Rabu (18/12).
ADVERTISEMENT
“Mestinya kita jangan biarkan daerah Jakarta ini tidak ada masjidnya. Sekitar 1.000 hektare di Pantai Indah Kapuk (PIK) tidak ada suara azan," ungkapnya seperti dikutip dari laman resmi MUI.
Selain itu, Nasaruddin juga mengatakan bahwa di PIK sangat mudah ditemukan rumah ibadah umat Buddha, namun sulit menemukan masjid.
“Jadi saya mengimbau kita semua (termasuk) MUI. Jangan pernah kita membiarkan space yang luas ini jangan sampai tidak ada simbol-simbol keislaman," ungkapnya.