Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.99.1
3 Ramadhan 1446 HSenin, 03 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Menag soal Ada Kans Awal Puasa Beda: Bila Ada yang Lihat Bulan, Kenapa Ditunda?
27 Februari 2025 18:05 WIB
·
waktu baca 3 menit
ADVERTISEMENT
Menteri Agama Republik Indonesia Nasaruddin Umar merespons analisis dari peneliti BRIN yang mengatakan ada kemungkinan awal Ramadan 2025 jatuh pada 2 Maret karena di Aceh saja yang memenuhi kriteria pada 28 Februari — hari penyelenggaraan sidang isbat penentuan awal Ramadan.
ADVERTISEMENT
Hal ini berbeda dengan Muhammadiyah yang telah menetapkan awal puasa 1 Maret sehingga ada kans awal Ramadan pemerintah dan Muhammadiyah akan berbeda.
Nasaruddin mengatakan, siapa pun berhak untuk memprediksi awal Ramadan.
"Ya, semua orang bisa memprediksi [jatuhnya awal Ramadan]," kata Nasaruddin saat ditanya jurnalis di Kantor Kemenko PMK, Jakarta Pusat, Kamis (27/2).
Namun, Nasarudin menegaskan keputusan terkait kepastian awal puasa akan diputuskan setelah sidang isbat yang dilaksanakan Jumat (28/2) malam. Kemenag menggunakan metode rukyatul hilal atau melihat hilal (bulan sabit baru) secara langsung dengan mata maupun teropong.
"Keputusan rapat menentukan [awal puasa] esok. Kalau ada yang yang menyaksikan bulan [hilal], kenapa harus ditunda? Kalau tidak [ada yang melihat hilal] baru kita diskusi," ucap dia.
Analisis Peneliti BRIN
Sebelumnya, peneliti Astronomi dari BRIN Prof. Thomas Djamaluddin mengungkapkan analisisnya terkait posisi hilal pada 28 Februari 2025 untuk penentuan awal Ramadan 2025.
ADVERTISEMENT
Hilal adalah bulan sabit tipis di atas cakrawala yang muncul menjelang matahari tenggelam sebagai tanda awal bulan baru dalam kalender Hijriah.
Menurut Thomas, secara astronomis, posisi hilal belum memenuhi kriteria pada hari tersebut (28/2) di sebagian besar wilayah Indonesia. Hanya Aceh saja yang memenuhi kriteria.
"Awal Ramadan ini posisi hilal yang memenuhi kriteria itu hanya di wilayah Aceh, di wilayah lain belum memenuhi kriteria," kata Thomas dalam wawancara di kanal YouTube BRIN Indonesia, Kamis (27/2).
Kriteria yang dimaksud Thomas adalah kriteria Menteri Agama Brunei, Indonesia, Malaysia, Singapura (MABIMS) yang disepakati tahun 2021. Kriteria ini rinciannya sebagai berikut:
"Tingginya (bulan) memang sudah memenuhi kriteria lebih dari 3 derajat, tapi elongasinya hanya wilayah Aceh yang memenuhi 6,4 derajat, sedangkan wilayah lain belum," kata dia.
ADVERTISEMENT
"Nah, dalam penentuan awal Ramadan 28 Februari, tinggi bulan di Aceh 4,5 derajat, elongasinya pas 6,4 derajat. Artinya sudah memenuhi kriteria," ujarnya.
Perhitungan itulah yang menyebabkan Kemenag dalam kalender resmi menuliskan bahwa 1 Ramadan jatuh pada 1 Maret.
Meski demikian, perhitungan secara astronomis itu harus dikonfirmasi dalam pengamatan langsung (rukyatul hilal) pada Jumat, 28 Februari atau tanggal 29 Syakban 1446 H dalam sidang isbat Kemenag RI.
Sedangkan dalam slide yang disertakan dalam wawancara tersebut, Thomas menulis bahwa "Ada kemungkinan 1 Ramadan 1446 = 2 Maret 2025."
Muhammadiyah Berpuasa 1 Maret
Sementara itu, Muhammadiyah sebagai ormas terbesar kedua di Indonesia telah menetapkan 1 Ramadan jatuh pada Sabtu, 1 Maret. Muhammadiyah menggunakan metode hisab wujudul hilal, bukan metode rukyatul hilal yang digunakan dalam sidang isbat pemerintah.
ADVERTISEMENT
Hisab wujudul hilal adalah metode perhitungan astronomis yang digunakan untuk menentukan posisi bulan dan menentukan awal bulan dalam kalender Hijriah.
Sedangkan rukyatul hilal adalah metode pengamatan langsung terhadap bulan sabit (hilal) untuk menentukan awal bulan.
Muhammadiyah lebih memilih menggunakan metode hisab wujudul hilal karena meyakini lebih akurat dan dapat diprediksi dengan lebih baik.