Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Menelusuri Jalan Panjang Hilirisasi Sawit Jadi Produk Bernilai Tinggi
20 Agustus 2024 15:37 WIB
·
waktu baca 5 menitDiperbarui 8 Oktober 2024 15:34 WIB
Minyak goreng yang dipakai sehari-hari di rumah sebetulnya hanya satu dari segudang manfaat buah kelapa sawit .
Produk dari minyak sawit bisa kita jumpai hampir setiap hari, seperti dalam kosmetik, margarin, sirup obat batuk, skincare, hingga dalam bahan bakar kendaraan. Bahan-bahan dari sawit ini diproduksi dalam negeri.
Seperti yang dilakukan Apical , perusahaan pengolahan minyak sawit yang beroperasi secara global. Pabrik pemurnian atau refinery Apical menghasilkan produk unggulan berkualitas ekspor yang sejalan dengan prinsip hilirisasi yang digaungkan pemerintah.
Nah, lantas bagaimana hilirisasi dijalankan di Apical? Yuk, intip aktivitas kerja salah satu fasilitas Apical yang berada di Kota Dumai, Provinsi Riau.
Mulai dari Minyak Goreng hingga Skincare
Truk-truk membawa berliter-liter minyak sawit mentah tampak baru tiba di PT Sari Dumai Sejati (SDS), salah satu unit bisnis Apical Group, saat kumparan berkunjung pada Jumat (24/5/2024). Minyak sawit yang dibawa merupakan bahan baku untuk berbagai produk olahan.
Minyak sawit mentah (Crude Palm Oil) ini akan mengalami proses refining dan fraksinasi di salah satu refinery. Jadi, minyak dialirkan lewat pipa-pipa dan masuk ke tabung-tabung raksasa yang dibagi dalam beberapa fase.
CPO dimurnikan menjadi RBDPO atau Refined Bleached Deodorized Palm Oil. Sesuai namanya, minyak mentah telah mengalami proses penghilangan asam lemak bebas, penghilangan bau, dan proses pemucatan.
Bahan untuk membuat margarin pun dibuat di sini. Adalah stearin, yang berasal dari RBDPO. Melalui tahap fraksinasi, RBDPO awalnya dipisahkan menjadi olein dan stearin. Bahan olein sendiri diproses lebih lanjut menjadi minyak goreng, seperti pada produk Apical , yakni Minyak Goreng Camar.
“Kita ada proses pendinginan, itu teknologi dry-fractionation, yang umum juga dipakai di industri kelapa sawit. RBDPO ini didinginkan, ketika didinginkan lapisan yang beku ini (stearin),” jelas Matilda Theresia Renwarin selaku General Supervisor dari Refinery Fractionation CPO Department kepada kumparan.
Selain pengolahan CPO jadi minyak goreng, ada juga pengolahan CPO menjadi biodiesel di instalasi biodiesel plant, tak jauh dari refinery tadi. Sebagai bahan baku terbarukan, biodiesel dinilai menjadi alternatif yang lebih bersih dan berkelanjutan.
Apical memproses biodiesel melalui proses kimia transesterifikasi. Setelah melalui beberapa tahap, biodiesel siap dikirim ke perusahaan lain.
Produksi biodiesel ini mendukung program pemerintah, salah satunya adalah Program B30 yakni program penggunaan bahan bakar dengan kandungan biodiesel minyak sawit sekitar 30 persen–dan nantinya menuju program B35. Di pasaran, biodiesel memang dicampur dengan minyak solar untuk berfungsi maksimal.
Di sisi lain kompleks SDS, terdapat juga pengolahan refined glycerine dan crude fatty acid. Supervisor di Oleochemical Plant, Ryan F. Tisabuli menjelaskan, dua produk tersebut dihasilkan dari produk turunan minyak sawit (RBDPS) maupun turunan minyak inti sawit (RBDPKO).
Sirup obat batuk, aneka skincare, hingga kosmetik, merupakan beberapa produk yang mengandung refined glycerine. Sedangkan crude fatty acid diproses lebih lanjut salah satunya menjadi bahan deterjen.
“Crude glycerine ini konsentrasinya sekitar 85 persen, diumpankan ke refined glycerine plant, baru dinaikkan (konsentrasinya) jadi 99,8 persen. Kalau crude fatty acid cuma sampai (tahap) Section 1,” ujar Ryan pada kesempatan terpisah.
Masih di kawasan Dumai, tak jauh dari kompleks pabrik SDS, kumparan melanjutkan kunjungan ke PT Sari Dumai Oleo (SDO) memproduksi berbagai produk oleochemical. Misalnya, functional fat untuk bahan pakan ternak, bahan kosmetik, dan bahan baku ban dengan kualitas ekspor. Produk oleochemical Apical sendiri diekspor ke negara Eropa, Timur Tengah, bahkan sampai ke Amerika.
SDO juga menjadi tempat produksi shortening, salah satu bahan penting untuk membuat kue. Letaknya ada di Margarine & Shortening Plant. Hampir seluruh pengolahan hingga pengemasannya melibatkan mesin canggih otomatis.
Dus-dus berisi produk berbentuk pasta putih itu mayoritas diekspor ke China. Sementara produk refined oil dalam bentuk bulk diekspor ke Jepang, negara-negara Asia Tenggara, hingga ke India.
Dukung Pemerintah Lewat Bisnis Hilir
Apa yang dilakukan Apical ini sejalan dengan arahan presiden. Presiden Jokowi sejak beberapa tahun terakhir, terus mendorong hilirisasi sawit dan sektor lain untuk meningkatkan pendapatan negara.
Sejak zaman VOC Belanda, kata Jokowi, Indonesia sudah ekspor bahan mentah, namun membuat penerimaan negara sangat minim dari ekspor. Padahal potensi penerimaan besar ada di depan mata.
“Nanti CPO, perikanan, rumput laut semuanya masuk ke hilirisasi,” kata Jokowi dalam Pembukaan Mahasbha XIII KMHDI di Universitas Tadulako Palu, pada 30 Agustus 2023 lalu.
Nah, dikutip dari Indonesia.go.id, hilirisasi di industri kelapa sawit sendiri sudah berlangsung sejak 2007 dengan ragam produk hilir turunan 54 jenis. Kini pada 2024, produk hilir kelapa sawit sudah bertambah menjadi 179 jenis.
Terkait ini, Direktur Operasional Apical Group Indonesia Peter Setiabudi menjelaskan, perusahaannya turut mendukung dengan perluasan operasional dan bisnis hilir minyak sawit. Pada 2024, Apical juga membuka Apical IDEAs Center di Marunda, sebuah pusat inovasi atau R&D.
“Kami memiliki tiga dari sepuluh kilang terbesar di Indonesia yang memungkinkan kami untuk mendapatkan ekonomi skala yang signifikan. Beberapa kilang kami juga sedang dalam masa pembangunan untuk perluasan, misalnya di Padang, Sumatera Barat,” ujar Peter di kantor Apical di Jakarta, Senin (29/7).
Senior Manager Supply Chain Management Rizki Ardhi menjelaskan pentingnya keberadaan Apical di Dumai.
“Pabrik Apical di Dumai merupakan salah satu investasi strategis perusahaan yang telah menunjukkan komitmen kuat Apical dalam mengembangkan industri kelapa sawit yang berkelanjutan di Indonesia,” kata dia kepada kumparan.
Dengan total investasi Rp 22 triliun hingga 2025, pabrik Apical di Dumai tidak hanya berfungsi sebagai pusat produksi, melainkan juga menjadi katalis dalam mendorong pertumbuhan ekonomi lokal dan menciptakan lapangan kerja secara berkelanjutan.