28 Ramadhan 1446 HJumat, 28 Februari 2025
Jakarta
chevron-down
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45

Mengapa Awal Puasa di Indonesia Beda dengan Malaysia, Brunei dan Singapura?

28 Februari 2025 22:12 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Anggota tim Hisab Rukyat Kemenag DKI Jakarta memantau hilal di Gedung Kanwil Kemenag DKI Jakarta, Jakarta Timur, Jumat (28/2/2025). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Anggota tim Hisab Rukyat Kemenag DKI Jakarta memantau hilal di Gedung Kanwil Kemenag DKI Jakarta, Jakarta Timur, Jumat (28/2/2025). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
ADVERTISEMENT
Perbedaan awal Ramadan antara Indonesia dan negara-negara serumpun; Malaysia, Brunei, dan Singapura terjadi tahun ini. Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar menjelaskan alasan Indonesia memulai puasa lebih awal dibandingkan tiga negara tetangga tersebut.
ADVERTISEMENT
Indonesia akan mulai berpuasa pada 1 Maret 2025, sedangkan tiga negara tersebut akan mulai berpuasa pada 2 Maret 2025. Meski empat negara ini tergabung dalam Majelis Agama Islam Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS), perbedaan 1 Ramadan bisa terjadi karena faktor astronomis.
“Saya ingin sedikit menambahkan bahwa meskipun Singapura dengan Brunei, sama-sama kita sebagai negara MABIMS, kita ada semacam himpunan Kementerian Agama di Asia Tenggara disingkat dengan MABIMS. Ini kita agak berbeda dengan Brunei Darussalam dan Singapura yang menyatakan bahwa puasa mereka itu mulai pada tanggal 2 (Maret),” ujar Nasaruddin, dalam konferensi pers sidang Isbat di Kantor Kementerian Agama, Jakarta Pusat, Jumat (28/2).
Menurut Nasaruddin, perbedaan tersebut terjadi karena perbedaan ketinggian hilal dan sudut elongasi di masing-masing negara. Posisi geografis yang berbeda turut memengaruhi kemungkinan terlihatnya hilal.
ADVERTISEMENT
“Kenapa kita lebih awal? Karena perbedaan ketinggian hilal dan sudut elongasinya yang berbeda,” jelasnya.
“Jadi antara walaupun Malaysia itu berdekatan dengan kita, Brunei berdekatan dengan kita, tapi dari garis sudut elongasi itu juga memang sedikit berbeda dan mereka belum menemukan juga hilal di sana,” tambahnya.
Selain itu, Nasaruddin menegaskan bahwa Indonesia menganut sistem wilayatul hukum dalam penetapan awal bulan hijriah.
Artinya, jika ada satu wilayah di Indonesia yang melihat hilal dan disumpah oleh Pengadilan Agama, keputusan tersebut berlaku untuk seluruh wilayah Indonesia.
“Karena kita merupakan suatu wilayah hukum. Jadi kalau ada orang yang menyaksikan bulan lalu disumpah oleh Pengadilan Agama, maka itu berlaku untuk seluruh Indonesia. Meskipun di sudut Aceh melihatnya dan disaksikan, tapi itu juga berlaku untuk seluruh, di ujung paling timur Indonesia, karena kita merupakan suatu wilayah hukum,” pungkas Nasaruddin.
ADVERTISEMENT