Mengapa Bobby Bisa Menang Pilwalkot Sementara Jokowi Kalah Pilpres di Medan?

10 Desember 2020 14:19 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pasangan calon Wali Kota Medan nomor urut dua Bobby Nasution (kiri) dan Aulia Rachman menyampaikan sambutan terkait hitungan cepat perolehan suara Pilkada Kota Medan 2020, di Medan, Sumatera utara, Rabu (9/12). Foto: Irsan Mulyadi/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Pasangan calon Wali Kota Medan nomor urut dua Bobby Nasution (kiri) dan Aulia Rachman menyampaikan sambutan terkait hitungan cepat perolehan suara Pilkada Kota Medan 2020, di Medan, Sumatera utara, Rabu (9/12). Foto: Irsan Mulyadi/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Menantu Presiden Jokowi, Bobby Nasution mengalahkan prediksi banyak pihak di Pilkada Kota Medan. Sebagai pendatang baru di politik, Bobby menang versi hasil hitung cepat mengalahkan petahana Akhyar Nasution di Pilwalkot Medan.
ADVERTISEMENT
Kemenangan Bobby berbanding terbalik dengan pengalaman mertuanya Jokowi yang dua kali kalah dalam Pilpres di Kota Medan. Bagaimana analisa akademisi Universitas Sumatera Utara (USU)?
Ketua Jurusan Ilmu Politik USU Warjio menjelaskan mengapa Bobby justru menang di Kota Medan sementara Jokowi tidak.
"Relevansinya begini, di satu sisi kinerja dari wali kota yang lama petahana (Akhyar) ini kan relatif cukup buruk. Sehingga ini kemudian memunculkan harapan baru bagi masyarakat untuk kemudian memilih calon," jelas Warjio kepada kumparan, Kamis (10/12).
Presiden Jokowi Hadiri KTT G20 Tahun 2020 secara Virtual. Foto: Lukas - Biro Pers Sekretariat Presiden
Sebagaimana diketahui, pada Pilpres 2014 Jokowi-JK takluk dari Prabowo-Hatta di Kota Medan dengan persentase: 47, 84 persen vs 52,16 Persen. Pun, pada Pilpres 2019, Jokowi-Ma'ruf juga kalah dari Prabowo-Sandi di Kota Medan, dengan persentase: 46,85 persen vs 53,15 persen.
ADVERTISEMENT
"Jadi, saya kira itu yang menjadi korelasinya, jadi tidak ada pilihan lain, ya Bobby-Aulia menjadi pilihan," imbuh dia.
Kendati demikian, Warjio tetap memberikan catatan kritisnya. Kemenangan Bobby-Aulia di Pilwalkot Medan, menurut dia, tak terlalu representatif. Sebab, tingkat partisipasi pemilih juga rendah.
"Tentu juga karena alasan pandemi. Dan Medan memang kan sudah terkenal persoalan partisipasi politik, Medan angkanya saya kira ya sekitar 40 persen tingkat partisipasi, jadi itu cukup rendah," beber Warjio.
Lebih lanjut, faktor lainnya yang menyebabkan Bobby mampu menumbangkan Akhyar adalah karena jejaring kekuasaan Jokowi dan parpol pengusungnya. Padahal, berbagai cara telah dimainkan Akhyar-Salman, termasuk meminta dukungan sejumlah tokoh seperti Ustaz Abdul Somad (UAS).
"Saya kira jejaring kekuasaan yang dimiliki Presiden Jokowi itu mengalahkan itu semua," pungkas Warjio.
ADVERTISEMENT