Mengapa Israel Ulangi Taktik Serangan Gaza di Lebanon?

27 September 2024 11:37 WIB
·
waktu baca 3 menit
Warga Lebanon yang melarikan diri dari pemboman Israel, duduk di tanah setelah menyeberang ke Suriah di perbatasan Suriah-Lebanon di Jdaidet Yabous, Suriah, Selasa, 24 September 2024. Foto: AP Photo/Omar Sanadiki
zoom-in-whitePerbesar
Warga Lebanon yang melarikan diri dari pemboman Israel, duduk di tanah setelah menyeberang ke Suriah di perbatasan Suriah-Lebanon di Jdaidet Yabous, Suriah, Selasa, 24 September 2024. Foto: AP Photo/Omar Sanadiki
ADVERTISEMENT
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres telah menegaskan dalam konferensi pers Juni lalu bahwa dunia tak akan membiarkan Lebanon menjadi 'Gaza' yang lain.
ADVERTISEMENT
Namun, banyak tokoh terkemuka Israel yang menginginkan hal tersebut. Israel pun tampaknya menerapkan strategi serangan yang sama terhadap Hizbullah seperti yang dilakukannya di Gaza terhadap Hamas.
Serangan besar-besaran yang dilakukan Israel sejak awal pekan ini telah menewaskan ratusan warga sipil di Lebanon dan melukai ribuan lainnya.
Hingga Kamis (26/9), lebih dari 700 warga Lebanon dilaporkan tewas akibat serangan Israel, sementara lebih dari 2 ribu lainnya terluka.
Aksi itu memicu gelombang pengungsian massal, mirip dengan yang terjadi di Gaza.
Menteri Luar Negeri Lebanon Abdallah Bou Habib mengatakan sekitar 500 ribu orang kini telah mengungsi, termasuk ke kamp pengungsi Palestina di Beirut selatan, seperti Shatila.
Namun, mengapa Israel mengulang taktik yang sama di Lebanon?
ADVERTISEMENT

Perbedaan Hamas dan Hizbullah

Anggota Brigade Ezz-Al Din Al-Qassam, sayap bersenjata gerakan Hamas Palestina, ambil bagian dalam parade militer di Rafah di Jalur Gaza Foto: Said Khatib / AFP
Hamas dan Hizbullah mungkin sering disebut sebagai 'proksi Iran', tetapi keduanya memiliki perbedaan mendasar.
Di Gaza, Hamas memerintah secara penuh, mengendalikan semua aspek kehidupan masyarakat. Mereka terhubung dengan dunia internasional terutama melalui bantuan kemanusiaan, seperti dari PBB.
Sementara itu, Hizbullah di Lebanon berperan sebagai bagian dari lanskap politik yang lebih luas.
Ilustrasi Hizbullah. Foto: Shutterstock
Parpol berideologi Syiah itu tidak mengendalikan pemerintah sepenuhnya, dan Lebanon memiliki hubungan yang lebih terintegrasi dengan sistem internasional, baik dalam pemerintahan maupun keuangan.
Meski berbeda, Israel tetap menganggap keduanya sebagai ancaman serius yang didukung oleh Iran.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, dalam pidatonya di depan Kongres AS Juli lalu, menyebut Iran sebagai kekuatan utama di balik Hamas dan Hizbullah, serta ancaman bagi Israel dan dunia Barat.
ADVERTISEMENT

Tuduhan Perisai Manusia

Warga Palestina memeriksa lokasi serangan Israel terhadap sebuah rumah di Nuseirat, Jalur Gaza, Senin (16/9/2024). Foto: Ramadan Abed/REUTERS
Seperti di Gaza, Israel menuduh Hizbullah menggunakan warga sipil sebagai perisai manusia.
Israel mengeklaim bahwa kelompok ini menyembunyikan perangkat keras militer di dekat area sipil, termasuk sekolah, rumah sakit, dan rumah penduduk.
Tuduhan yang sama juga dilemparkan kepada Hamas, yang menurut Israel menyembunyikan senjata di fasilitas PBB di Gaza.
Namun, berbeda dengan Gaza di mana Israel sering menyerang tanpa peringatan yang jelas, di Lebanon mereka memberi peringatan evakuasi yang samar kepada warga sebelum melakukan serangan.
"Perang kami bukan dengan Anda; perang kami adalah melawan Hizbullah," ujar Netanyahu dalam kunjungannya ke pangkalan militer pada Selasa (24/9), meminta rakyat Lebanon untuk melawan Hizbullah.

Pengulangan Taktik untuk Penyelesaian Cepat

Warga menguburkan mayat warga Palestina yang diculik militer Israel selama operasi di Gaza dan dikembalikan pada pekan ini, di Khan Younis, Jalur Gaza, Kamis, 26 September 2024. Foto: Abdel Kareem Hana / AP Photo
Menurut pengamat politik dari Arab Center Washington DC, Yousef Munayyer, Israel menggunakan taktik yang sama seperti di Gaza karena menginginkan penyelesaian cepat.
ADVERTISEMENT
Di Gaza, Hamas berhasil bertahan dari serangan Israel selama satu tahun dengan menggunakan jaringan terowongan mereka.
Hizbullah juga dilaporkan memiliki jaringan terowongan yang luas di Lebanon, dengan persenjataan yang cukup untuk bertahan.
Israel berharap dapat menghindari pertempuran darat yang berkepanjangan, seperti yang terjadi di Gaza, dengan menekan Hizbullah secara cepat dan intens.
"Ini adalah bagian dari strategi Israel untuk memberikan tekanan besar pada Hizbullah," jelas Munayyer.
Israel berharap dapat menyelesaikan konflik ini tanpa harus terlibat dalam invasi darat besar-besaran yang akan membuat mereka terjebak di Lebanon.
Namun, melihat kekuatan Hizbullah yang lebih besar dibandingkan Hamas, tantangan yang dihadapi Israel di Lebanon bisa jauh lebih berat.