Mengenal Liberty Society, Usaha Sosial di Balik Tas Daur Ulang Baliho Reborn

2 April 2024 11:23 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Baliho Reborn Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Baliho Reborn Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kantor Liberty Society dikenal sebagai perusahaan merchandise ramah lingkungan, layanan upcycle, dan Corporate Social Responsibility (CSR). Di tempat ini, baliho bekas kampanye Pemilu 2024 yang merupakan inisiasi kumparan dalam program Baliho Reborn, disulap jadi duffle bag.
ADVERTISEMENT
Lewat tangan-tangan terampil para pekerja, baliho bisa di-upcycle sehingga lebih tepat guna. Liberty Society sendiri mempekerjakan kaum marjinal, seperti masyarakat kurang mampu, pengungsi dari Afghanistan, serta para perempuan.
Selain mengerjakan tas gym dari baliho, mereka juga menjahit baju, pouch, dan merchandise lainnya dengan mendaur ulang sampah.

Lebih dari Sekadar Bisnis Sosial

Liberty Society (LS) dibangun dengan misi yang kuat untuk memberdayakan perempuan dan kaum marjinal sekaligus menerapkan konsep sustainability. CEO Liberty Society Tamara Dewi Gondo Soerijo menjelaskan, ide berawal saat pandemi COVID-19.
Dia melihat banyak generasi muda, termasuk dirinya, yang makin peduli terhadap konsep keberlanjutan. Tamara kala itu ingin sebuah brand bisa memberikan dampak positif ke lingkungan, sekaligus mengangkat derajat hidup kaum marjinal agar bisa mempunyai kehidupan yang lebih baik. Melihat banyaknya bisnis yang tutup dan perempuan yang kehilangan pekerjaan, dia berinisiatif membangun Liberty Society.
Perempuan yang membuat tas dufel dari baliho alat peraga kampanye (APK) di Training Center Liberty Society, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Kamis (21/3/2024). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
“Misi awal utamanya adalah setiap produk yang dibuat oleh komunitas tidak mampu dapat mengeluarkan mereka dari rantai kemiskinan. Lalu dari sampah yang memang berakhir di landfill kita bisa reduce itu untuk menjadi peluang,” jelasnya kepada kumparan, Kamis (21/3).
ADVERTISEMENT
Tamara bercerita, sebelumnya dia sempat menjadi volunteer di sebuah LSM yang menampung pengungsi dari berbagai negara. Para perempuan pengungsi itu, kata Tamara, sudah punya kemampuan menjahit, namun tidak diperbolehkan bekerja.
Ini menginspirasinya untuk membuat pelatihan menjahit. Hasilnya, perempuan-perempuan ini bisa menjadi mandiri dan punya kebebasan. Bahkan, ada yang menjadi tulang punggung keluarga dan mampu memberi edukasi lebih baik untuk anaknya.
“Di sini kita betul-betul lihat dari output yang mereka bisa, kita terus kembangkan produktivitas agar mereka bisa menerima UMR itu. So far dengan yang sudah kejar dari nama kita, kenaikan pendapatan itu 3-4 kali lipat. Dengan yang tadinya itu background-nya ada yang guru, ada sebetulnya anaknya diplomat dulu di Afghanistan, ada juga yang dia tuh dokter, ada juga yang punya bisnis gitu punya bisnis besar, karena perang semua tokonya tutup ke sini gak punya apa-apa,” ujar Tamara.
ADVERTISEMENT
Dia membeberkan cerita sukses salah satu perempuan asal Afghanistan yang mendapat pelatihan oleh Liberty Society.
“Ke sini bawa dua anak, sudah 7 tahun, nganggur enggak bisa ngapa-ngapain, anaknya enggak bisa sekolah. Ketika pertama kali masuk ke sini cuma latihan aja selama 4 bulan.Bulan kelima sudah bisa mendapatkan pendapatan. Terus dia balik ke kita, kita ngobrol dan dia bilang sebetulnya yang membuat dia sangat senang adalah bisa datang ke sini lepas dari depresi dia dan juga sekarang bisa menyekolahkan anaknya,” kata Tamara.
Sejumlah perempuan memilih baliho alat peraga kampanye (APK) untuk dijadikan tas dufel di Training Center Liberty Society, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Kamis (21/3/2024). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
“Sekarang dia udah pindah ke Kanada, sudah ke third country. Tapi skill-skill dan confidence yang kita buat untuk perempuan-perempuan ini sangat berdampak kepada mereka untuk menjadi ibu yang confident,” lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Dia menjelaskan, Liberty Society terus menjadi jalan atau jembatan perempuan dan pengungsi untuk mengembalikan kepercayaan diri mereka yang sempat pupus akibat pengalaman masa lalu.
Selain memberdayakan para refugees, Liberty Society juga melibatkan perempuan-perempuan lokal. Kini, Tamara menyebut sudah ada 225 orang yang mendapat pelatihan. Sebagian diserap jadi tim produksi Liberty Society, sementara lainnya mendapatkan pendapatan sendiri. Tamara menuturkan, tahun ini Liberty Society bekerja sama dengan partner sejumlah perusahaan untuk menyerap tenaga kerja.
Baliho Reborn Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Terkait dengan konsep keberlanjutan, perempuan lulusan Ilmu Komunikasi di Biola University tersebut menilai belum banyak orang yang mengapresiasi produk upcycling. Di sinilah peran Liberty Society membantu perusahaan lain–yang punya misi keberlanjutan–dari segi product branding dan desain, sehingga produk upcycling bisa bersaing di kancah ekspor.
ADVERTISEMENT
“Dan yang kita melakukan adalah memang mengangkat semua players ini, karena kita berkolaborasi dengan mereka semua, untuk bisa bersama-sama yang memang menaikkan taraf quality dan standar dari upcycling business,” kata Tamara.
“Mungkin kalau misalnya orang mengerti social enterprise, dikonotasikan dengan membeli produk karena kasihan dan membantu orang lain. Yang kita lakukan adalah kita ini menjual produk with high quality, empowering women, dan juga taking care of your waste. Jadi bergerak bersama dengan banyak komunitas on the ESG (environmental, social, governance) purposes,” pungkasnya.