Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.99.1
3 Ramadhan 1446 HSenin, 03 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Mengenal Mondragon Corporation, Koperasi Modern di Spanyol
12 Juli 2017 16:54 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:17 WIB

ADVERTISEMENT
Selamat Hari Koperasi Nasional.
Tapi... siapa masih ingat apa itu “koperasi”?
ADVERTISEMENT
Mungkin banyak di antara kita yang akan gagap menjelaskannya, lupa dengan definisi satu kata yang dulu kerap kita dengar di buku-buku pelajaran sekolah --pun meski sampai sekarang pun ada Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah.
Mari kita kembali dulu ke definisi. Koperasi secara harfiah memiliki arti “perserikatan yang bertujuan memenuhi keperluan para anggotanya dengan cara menjual barang keperluan sehari-hari dengan harga murah atau tidak bermaksud mencari untung.”
Tapi, lagi-lagi, siapa ingat ini, 12 Juli, adalah Hari Koperasi?
Meski tentu saja, premis yang menyatakan “koperasi sebagai soko guru perekonomian Indonesia” --sesuai ayat 1 Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi “Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas azas kekeluargaan”-- tampaknya masih diyakini sebagian masyarakat negeri ini.
ADVERTISEMENT
Bukan mitos, premis itu memang dipikirkan baik-baik dan disusun oleh para pendiri bangsa sebagai antidot alias obat penawar racun dari sistem kapitalisme --paham ekonomi dengan modal bersumber pada kantong pribadi atau perusahaan swasta, dan berciri persaingan pasar bebas.

Perlawanan terhadap kapitalisme dimaklumkan karena sistem tersebut dinilai tidak menawarkan keadilan bagi masyarakat secara keseluruhan, justru terkenal dengan karakteristiknya yang mewajarkan penindasan manusia atas manusia atau l’exploitation de l’homme par l’homme.
Namun, kelihatannya sampai saat ini sistem koperasi belum benar-benar diterapkan dan belum menjadi soko guru bagi pemenuhan hajat hidup orang banyak.
Alih-alih menjadi soko guru, koperasi justru tersingkir, kalah populer dari sistem ekonomi kapitalisme.
Upaya penerapan koperasi serasa hanya sayup-sayup terdengar sebagai “catatan kaki” dalam perputaran roda perekonomian.
ADVERTISEMENT
Sebagian orang yang masih menggenggam sistem yang diyakini lebih menguntungkan secara berkeadilan ini, seolah tengah melawan arus zaman.
Sementara gedung-gedung tinggi perwujudan kapitalisme menjulang megah mewabah di seantero kota, koperasi lebih banyak ditemui di sudut-sudut kota atau pedesaan.
Problem tersebut bukan cuma terjadi di Indonesia, melainkan global. Tak perlu naif untuk mengakui bahwa sistem ekonomi kapitalis telah membentuk cara pandang masyarakat perihal kesejahteraan.
Kesenjangan sosial yang terus melebar akibat kapitalisme diberitakan ulang-berulang, namun bersamaan dengan itu masyarakat juga seperti mau-tak mau harus menjadi sekrup dari mesin kapitalisme itu sendiri.
Secara sadar atau tidak, kapitalisme barangkali sudah dianggap sebagai takdir yang mesti ditempuh: tak ada alternatif.

Memulai kisah pengalamannya ketika berkunjung ke Mondragon Corporation, profesor ekonomi pensiunan University of Massachusetts, Richard Wolff, mengatakan:
ADVERTISEMENT
“Tentu saja ada alternatif; ada orang yang selalu melakukannya. Sadar atau tidak, secara demokratis atau tidak—setiap kelompok masyarakat memilih jalan-jalan alternatif untuk mengorganisasi produksi dan distribusi barang dan jasa yang membuat kehidupan individu dan sosial menjadi mungkin.”
Tapi, pernahkah anda mendengar Mondragon Corporation atau Koperasi Mondragon?
Mondragon merupakan nama sebuah kota di Provinsi Gipuzkoa, Spanyol, dengan populasi penduduk pada 2015 sekitar 21.933 jiwa.
Nama kota ini menjadi kesohor lantaran keberhasilan sebuah koperasi yang kemudian dikenal dengan nama Mondragon. Koperasi ini dikagumi orang-orang dari berbagai belahan dunia.
Catatan keberhasilan Mondragon dalam menerapkan struktur koperasi secara total menjadi sesuatu yang tak terbantahkan. Sejak didirikan pada 1956 oleh Jose Maria Arizmendi, Mondragon telah mencatatkan diri dalam daftar koperasi “yang patut ditiru” di dunia.
ADVERTISEMENT
Saat berkunjung ke Mondragon Corporation pada Mei 2012, Richard merasa kagum dengan koperasi yang ia sebut sebagai alternatif yang berhasil memalingkan ketergantungan terhadap perusahaan-perusahaan kapitalis.
Koperasi Mondragon terdiri dari ratusan perusahaan yang terbagi dalam empat unit, yakni industri, keuangan, retail, dan pengetahuan. Pada 2013, terdapat 111 perusahaan di bawah koperasi ini. Ini salah satu strategi dalam mempertahankan hidup koperasi, yakni dengan membangun jaringan.
Dan itu merupakan salah satu unsur terpenting koperasi, bahwa koperasi bukan milik orang per orang, konglomerat, atau tuan tanah yang menggunakan koperasi untuk mengambil keuntungan dari anggotanya.
Saat ini ada sekitar 74 ribu orang yang dipekerjakan dalam Koperasi Mondragon, dan sekitar 43 persennya merupakan perempuan. Patut dicatat bahwa tak ada pembedaan berdasarkan gender dalam koperasi Mondragon. Laki-laki dan perempuan memiliki kedudukan setara.
ADVERTISEMENT
Sekitar 80 sampai 85 persen anggota koperasi di setiap perusahaan memiliki sekaligus mengendalikan jalannya perusahaan secara kolektif.
Para anggotanya memiliki hak untuk menentukan direktur dan memberikan kewenangan untuk membuat keputusan-keputusan mengenai perusahaan, mulai dari peraturan hingga keputusan-keputusan strategis. Mereka jugalah yang berhak memberhentikan direktur.
Mekanisme yang demokratis dan transparan itu dilakukan melalui rapat umum tahunan. Hal tersebut berbeda dengan sistem pada perusahaan kapitalis—dan dengan demikian perusahaan yang jamak ditemukan—yang memiliki hierarki jelas top-down.
Dalam perusahaan yang amat kapitalistik, jarang ditemui cita rasa kekeluargaan yang membuat iklim kerja di dalamnya membuat orang memiliki tingkat tanggung jawab sosial dan partisipasi yang tinggi.
Pada Mondragon, terbuka ruang diskusi bagi para anggotanya. Merekalah yang menggerakkan dinamika perusahaan. Di sini, komunikasi yang terbangun berpola koordinasi, bukan instruksi.
ADVERTISEMENT
“Para buruhlah yang menjawab pertanyaan saya seputar pekerjaan, kewenangan, dan keuntungan mereka sebagai anggota koperasi. Saya menemukan adanya kekeluargaan dan rasa tanggung jawab untuk perusahaan secara keseluruhan; emosi yang berbeda dengan perusahaan kapitalis di mana hal itu hanya dimiliki oleh para manajer level atas dan direktur,” ujar Richard.

Menurut Keith Bradley dan Alan Gelb dalam “Cooperation at Work: the Mondragon Experience”, hubungan kerja sama yang baik antaranggota atau pekerja dalam Koperasi Mondragon dengan struktur yang egaliter, memiliki pengaruh baik pada produktivitas dan solidaritas dalam menghidupkan koperasi.
Produktivitas dinaikkan dalam dua cara: resistensi yang lebih rendah terhadap kontrol hierarkis karena hubungan kepercayaan tinggi, dan dukungan informal antaranggota pada tingkat yang setara.
ADVERTISEMENT
Bahkan disiplin ketat dipandang tidak menguntungkan dan tak diperlukan, sebab anggota terlibat secara emosional dengan perusahaan mereka.
Pada 2013 saat Spanyol didera kelesuan ekonomi dengan tingkat pengangguran mencapai 26 persen, salah satu perusahaan terbesar di bawah Koperasi Mondragon, Fagor Electrodomesticos, terpaksa ditutup.
Namun Mondragon tak melakukan pemutusan kerja, hanya memotong upah, dan anggotanya meninggalkan dividen yang disepakati bersama. Bahkan biasanya para pekerja mengajukan usul, dengan kesadaran kekeluargaan, untuk tetap mempertahankan hidupnya koperasi.
Bagi mereka, bekerja di bawah naungan koperasi jauh lebih manusiawi daripada dalam sebuah perusahaan kapitalistik.
Direktur bidang sosial di satuan unit terbesar Koperasi Mondragon, Emilio Cebrián, mengatkaan, “Kami lebih fleksibel. Di masa buruk, kami memotong biaya upah dengan memutuskannya di antara kami sendiri.”
ADVERTISEMENT
Berbeda dengan perusahaan kapitalis di mana para pekerja bisa di-PHK karena perusahaan mengalami penurunan keuntungan, Mondragon berupaya untuk tetap mempekerjakan semua anggotanya.
Setiap pengambilan keputusan dilakukan oleh pekerja sendiri, melalui dewan pekerja yang sudah dipilih, manajer yang bertanggung jawab, perwakilan-perwakilan, dan dewan direksi.

Dalam kasus Fagor, anggota kooperasi sebelumnya telah sepakat untuk memotong gaji mereka sebesar 20 persen. Selain itu, Mondragon telah memberikan 300 juta Euro sebagai upaya untuk mempertahankan para pekerja peralatan rumah tangga.
Tetapi, Dewan Umum Mondragon yang mengoordinasikan kebijakan dari berbagai perusahaan, memutuskan untuk tidak memberikan dana tambahan. Mereka menolak pengajuan dana tambahan sebesar 180 juta Euro yang diyakini Fagor akan berhasil menstabilkan bisnisnya.
Aktivis sosial Pete Dolack mengatakan keberhasilan Mondragon yang berawal dari segelintir orang di tahun 1950-an menuju statusnya sekarang—sebagai pesaing utama di berbagai industri, terletak pada kesuksesannya bersaing dengan perusahaan-perusahaan kapitalis dalam pasang surut persaingan pasar.
ADVERTISEMENT
Belum ada artikel yang sekadar, kata Pete, berisi cibiran tentang penutupan Fagor ini dari para ahli eknomi, termasuk pembahasan tentang masalah kontrol kualitas.
Kenyataanya, Fagor jatuh karena rendahnya permintaan pasar di Spanyol dan Prancis, serta persaingan yang ketat dari produk impor berupah rendah dari Asia.
Koperasi Mondragon secara keseluruhan sudah berhasil meladeni kompetisi pasar, tetapi terlalu besar untuk mampu mengintegrasikan semua pekerjanya.
“Dunia membutuhkan lebih banyak Mondragon, yang akan bekerja sama dan bernegosiasi satu sama lain,” ujar Pete.