Mengenal Skandal Partygate yang Membuat PM Boris Johnson Hadapi Mosi Tak Percaya

6 Juni 2022 21:18 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson  Kamis (2/12). Foto: Paul Edwards/Pool via REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson Kamis (2/12). Foto: Paul Edwards/Pool via REUTERS
ADVERTISEMENT
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson saat ini tengah menghadapi mosi tidak percaya. Jabatan Johnson terancam akibat keterlibatannya dalam skandal Partygate.
ADVERTISEMENT
Pemungutan suara yang akan menentukan nasib kepemimpinan Johnson ini akan dilakukan pada hari ini yaitu Senin (6/6/2022) tepatnya pukul 18.00 sampai 20.00.
Skandal Partygate terdiri dari serangkaian tuduhan bahwa sejumlah pesta terjadi di 10 Downing Street dan gedung-gedung pemerintah lainnya selama pandemi COVID-19.
Rangkaian skandal ini diungkap oleh seorang pejabat senior di Negeri Ratu Elizabeth, Sue Gray. Untuk mengetahui lebih dalam mengenai skandal Partygate, dikutip dari berbagai sumber begini rangkaiannya:

Kebijakan Lockdown COVID-19 Inggris

Suasana London Inggris saat penerapan lockdown kembali. Foto: REUTERS/Hannah McKay
Dalam menanggapi pandemi COVID-19 di Inggris, pemerintah menerapkan lockdown di seluruh negara yang dimulai pada 23 Maret 2020. Kebijakan ini meliputi perintah eksplisit bagi seluruh warga Inggris untuk tinggal di rumah. Pemerintah melarang semua perjalanan dan pertemuan sosial yang tidak penting.
ADVERTISEMENT
Beberapa aturan dilonggarkan secara bertahap pada bulan-bulan berikutnya di Inggris, yaitu mulai 13 Mei 2020. Pada saat itu, dua orang dari rumah tangga yang berbeda diizinkan untuk bertemu di luar di tempat umum, seperti taman, asalkan mereka tetap berjarak 2 meter. Enam orang diizinkan untuk bersosialisasi di luar ruangan pada Juni 2020, dan pertemuan sosial di dalam ruangan hanya diizinkan mulai 4 Juli 2020 dan hanya antara anggota dua rumah tangga.
Orang-orang berjalan melewati Winter Domes, saat lockdown kedua di Inggris. Foto: Toby Melville/REUTERS
Dengan gelombang kedua pandemi COVID-19, lockdown nasional kedua dimulai di Inggris pada 5 November 2020. Lalu, pemerintah mengenalkan sistem lockdown regional bertingkat mulai 2 Desember 2020.
London awalnya ditempatkan di Tingkat 2, tetapi kemudian status ini berubah ke Tingkat 3 pada 16 Desember 2020. 3 hari kemudian pada 19 Desember 2020, akhirnya status ibu kota berada di bawah tingkatan baru yang lebih tinggi lagi, Tingkat 4.
ADVERTISEMENT
Sosialisasi antar rumah tangga tidak diperbolehkan selama periode ini. Seluruh penduduk London diperintahkan untuk tetap berada di dalam rumah dalam pembatasan yang ketat. Perayaan Natal di London pun dibatalkan seluruhnya.

Laporan Sue Gray

PM Inggris Boris Johnson dan pasangannya, Carrie Symonds. Foto: Getty Images/Peter Summers
The Guardian melaporkan bahwa hingga saat ini Sue Gray tengah menyelidiki sebanyak 16 pesta yang melibatkan berbagai anggota pemerintahan di tengah perintah lockdown. Sementara itu, polisi dikabarkan menyelidiki sebanyak 12 pesta, PM Johnson dilaporkan menghadiri 6 dari pesta tersebut.
Laporan Sue Gray mencatat sebanyak 83 orang melanggar aturan dalam pesta-pesta ini. Banyak dari mereka dilaporkan dalam kondisi mabuk berat, berkelahi satu sama lain, dan merusak properti.
Laporan tersebut mengatakan, hal ini menggambarkan kegagalan serius untuk memenuhi tidak hanya standar tinggi yang diharapkan dari mereka yang bekerja di jantung pemerintahan, tetapi juga standar yang diharapkan dari seluruh penduduk Inggris pada saat lockdown berjalan.
ADVERTISEMENT
Gray merasa banyak orang yang akan kecewa atas perilaku semacam ini yang terjadi di jantung Pemerintah.
“Sejumlah pertemuan ini seharusnya tidak dibiarkan terjadi atau berkembang sedemikian rupa,” tulis Gray dalam laporan itu.
Gray mengungkap dirinya menerima sejumlah pernyataan yang tak mengenakkan dari staf keamanan dan kebersihan yang bekerja dalam pesta-pesta tersebut. Banyak dari mereka yang mengaku diperlakukan dengan buruk dan tanpa rasa hormat.
Dalam laporan tersebut tertulis, staf keamanan sempat tiba di salah satu acara ketika alarm keadaan darurat tak sengaja dibunyikan. Staf keamanan tersebut pun menggambarkan pesta berlangsung dengan meriah.
“Beberapa anggota staf minum berlebihan. Acara itu ramai dan berisik sehingga beberapa orang yang bekerja di tempat lain di 10 Downing Street malam itu mendengar tingkat kebisingan yang signifikan,” ucap Gray.
ADVERTISEMENT
Keesokan harinya, seorang petugas kebersihan mengatakan bahwa ada anggur merah yang tumpah di salah satu dinding dan di kotak-kotak kertas fotokopi.
Laporan tersebut menyebutkan ada pula acara lain yang melibatkan aktivitas karaoke selama berjam-jam.
“Ada konsumsi alkohol yang berlebihan oleh beberapa individu. Satu individu sedang muntah. Ada pertengkaran kecil antara dua orang lainnya," demikian tertulis dalam laporan Gray.
Pada 19 Juni 2020, diadakan sebuah acara pesta ulang tahun untuk PM Johnson. Peristiwa itu menyebabkan Johnson bersama pasangannya beserta Menkeu Rishi Sunak didenda. Polisi menyatakan, sang PM terbukti melanggar aturan lockdown.
Sebuah email yang dirinci dalam laporan Gray menjelaskan bagaimana pertemuan itu berlangsung. Pesta itu sudah direncanakan sebelumnya, meskipun tanpa sepengetahuan PM Johnson. Sejumlah orang datang ke acara tersebut untuk mengucapkan selamat ulang tahun kepada Perdana Menteri. Di sana disediakan makanan, alkohol, dan minuman ringan.
ADVERTISEMENT

Jabatan Boris Johnson di Ujung Tanduk

Perdana Menteri Inggris Boris Johnson menghadiri pertemuan dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky di Kiev, Ukraina, Sabtu (9/4/2022). Foto: Layanan Pers Presiden Ukraina/Handout via REUTERS
Di tengah gemuruh skandal Partygate dan tantangan ekonomi akibat inflasi, popularitas Johnson pun anjlok di kalangan masyarakat. Bahkan kini, ia terancam digulingkan sebagai pemimpin pemerintahan.
Politisi dari Partai Konservatif yang memerintah Inggris akan mengadakan mosi tidak percaya terhadap Perdana Menteri Boris Johnson. Mosi ini dapat mencopot Johnson sebagai pemimpin Inggris serta kepala Partai Konservatif.
Menurut keterangan salah seorang anggota Komite 1922 di Parlemen Inggris, Graham Brady, pemungutan suara mosi tidak percaya akan berlangsung pada Senin, pukul 18.00 sampai 20.00 waktu setempat.
"Perhitungan akan dilakukan sesudahnya. Pengumuman akan dilakukan pada waktu yang akan diberitahukan," kata Brady seperti dikutip dari Reuters.
Johnson sekarang harus memenangkan suara mayoritas dalam pemungutan suara anggota parlemen Partai Konservatif untuk tetap menjadi pemimpin.
ADVERTISEMENT
Jika Johnson kehilangan suara di antara 359 politisi Konservatif, ia akan digantikan sebagai pemimpin dan perdana menteri . Jika dia menang, dia tidak bisa menghadapi tantangan lain selama setahun.
Jubir Johnson mengatakan pelaksanaan voting disambut dengan baik oleh perdana menteri. Ia memaparkan, pemungutan suara adalah kesempatan mengakhiri spekulasi selama berbulan mengenai jalannya pemerintahan.
"PM menyambut baik kesempatan untuk pembahasan kasusnya di parlemen dan PM akan mengingatkan mereka untuk tetap bersatu dan fokus pada isu yang penting bagi para pemilih," ungkap jubir itu.
Penulis: Airin Sukono.