Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
September 2013. Susilo Bambang Yudhoyono menangis. Ia sedang berada di rumah duka di kawasan Pancoran, Jakarta Selatan. SBY yang saat itu menjabat Presiden RI merasa sedih atas kepergian Munzir bin Fuad al-Musawa atau Habib Munzir.
ADVERTISEMENT
SBY memang dekat dengan Habib Munzir, pendiri Majelis Rasulullah yang memiliki pengikut cukup banyak itu, sekitar 50 ribu orang. SBY kerap menghadiri dakwah Munzir.
“Almarhum adalah sosok yang teduh dan arif. Walaupun dia ulama muda, saya sangat kagum kepadanya,” kata SBY dengan mata memerah saat berada di rumah duka ketika itu.
Di matanya, Habib Munzir ialah sosok yang bersahaja dan berpandangan jernih.
SBY cukup rutin mengikuti peringatan Maulid Nabi yang digelar Majelis Rasulullah.
“Beliau selalu menyampaikan keteladanan Rasulullah. Nasihat-nasihatnya sesuai dengan yang kami inginkan bersama, yakni Indonesia menjadi negara religius. Membawa keteduhan, menegakkan amar ma’ruf nahi munkar (mengajak pada kebaikan dan mencegah keburukan),” ujar SBY lagi.
Munzir memiliki gelar habib karena punya pertalian darah dengan Nabi Muhammad dari keturunan Husein, cucu kedua Muhammad.
ADVERTISEMENT
Bukan cuma SBY yang suka menghadiri dakwah sang Habib, tapi juga sejumlah pejabat lain seperti Fadel Muhammad dan Fauzi Bowo.
Padahal, semula pengikut Majelis Rasulullah hanya enam orang. Namun kemudian meningkat pesat. Pengikut Munzir tak cuma di Jakarta, tapi di kota-kota lain, bahkan sampai luar negeri.
Di sekitar Jakarta Bogor Depok Tangerang Bekasi (Jabodetabek) saja, jumlah majelis taklim Majelis Rasulullah mencapai 300. Selanjutnya tahun 2000, Majelis Rasulullah melebarkan sayap dakwahnya ke negara-negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, dan Thailand.
Pada 2012, Majelis Rasulullah bahkan menggelar dakwah di Australia dan Amerika Serikat. Metode dakwah yang dianggap bagus membuat para pengikut Munzir berlipat ganda.
"Semua keberhasilan dan kemajuan (Majelis Rasulullah) yang gemilang ini menurut beliau (Munzir) karena penerapan metode mengenalkan kasih sayang Allah tanpa dicampuri urusan politik,” kata Habib Nabiel bin Fuad Al-Musawa, Dewan Syuro Majelis Rasulullah yang juga kakak Habib Munzir, kepada kumparan.
ADVERTISEMENT
“Beliau hanya menjadi penyambung lidah nabi kita Muhammad SAW yang menjadi rahmat untuk sekalian alam, sehingga semua orang menerima dakwah beliau,” imbuh Nabiel.
Majelis Rasulullah, ujarnya, mengajarkan bahwa tujuan utama manusia ialah untuk beribadah kepada Allah, namun bukan berarti dengan berzikir seharian penuh tanpa bekerja.
Semasa hidupnya, Habib Munzir dalam satu pertemuan dengan Duta Besar Amerika Serikat Scot Marciel mengatakan, majelisnya menyasar kaum muda di kota-kota yang penuh tekanan seperti Jakarta. Membuka pintu bagi kaum urban yang mencari kedamaian di hati.
Saat itu Munzir dan Marciel juga membahas pentingnya toleransi dan dialog antargama. Kepada Marciel, Munzir menekankan bahwa Islam ialah agama kasih dan damai.
Habib Munzir yang lahir di Cianjur, Jawa Barat, tahun 1972, wafat pada usia 40 tahun. Kini Majelis Rasulullah bentukannya tersebar di berbagai daerah, mulai Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, hingga Papua.
ADVERTISEMENT