Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.101.0
Mengenang Pesan Paus Fransiskus: Mulai dari Lingkungan hingga Akhiri Perang
21 April 2025 17:14 WIB
·
waktu baca 4 menit
ADVERTISEMENT
Paus Fransiskus bukan hanya dikenal sebagai pemimpin Gereja Katolik, tapi juga suara lantang dalam berbagai isu kemanusiaan.
ADVERTISEMENT
Dari mimbar Vatikan hingga medan konflik dunia, kata-katanya menjadi pengingat tentang nurani dan keberanian moral.
Kabar wafatnya diumumkan pada Senin (21/4), Paus berpulang di usia 88 tahun.
Mengutip Reuters, berikut beberapa kutipan dari masa kepausannya berdasarkan tema yang sering ia angkat:
Lingkungan
“Bumi, rumah kita, mulai tampak seperti tumpukan besar kotoran. Laju konsumsi, limbah, dan perubahan lingkungan telah begitu membebani kapasitas planet ini sehingga gaya hidup kita saat ini, yang tidak berkelanjutan, hanya dapat memicu bencana,” tulisnya dalam ensiklik Laudato Si’ pada 2015. Ia mengkritik gaya hidup konsumtif yang mendorong kerusakan ekologis.
Pada Oktober 2023, ia memperingatkan dunia “mungkin mendekati titik puncaknya,” dan bahwa upaya menyangkal perubahan iklim tak bisa lagi ditoleransi.
ADVERTISEMENT
Perang
“Perang adalah kekalahan. Setiap perang adalah kekalahan,” tegasnya pada Oktober 2023, sehari setelah konflik berdarah kembali meletus di Gaza.
Tentang invasi Rusia ke Ukraina, ia menggambarkannya sebagai “sungai darah dan air mata.”
Dalam kunjungannya ke Irak pada 2021, ia berkata: “Permusuhan, ekstremisme, dan kekerasan tidak lahir dari hati yang religius: itu semua adalah pengkhianatan terhadap agama.”
Pada Maret 2025, bertepatan dengan kepulangannya dari Rumah Sakit Gemelli setelah lebih dari lima pekan dirawat, Paus Fransiskus menyerukan agar serangan Israel di Gaza segera dihentikan.
"Saya bersedih atas dimulainya kembali pemboman hebat Israel di Jalur Gaza, dengan begitu banyak kematian dan cedera,” tulis Paus dalam pesannya, seperti diberitakan AFP.
Migrasi
Kepada Kongres AS pada 2015, Paus mengajak untuk “melihat wajah mereka, mendengar kisah mereka”.
ADVERTISEMENT
Ia mengecam pembangunan tembok dan menyebutnya sebagai bentuk kekerasan. Dalam sebuah forum di Vatikan, ia menyebut menolak pengungsi sebagai tindakan “munafik”.
“Adalah kemunafikan untuk menyebut diri Anda seorang Kristen dan mengusir seorang pengungsi atau seseorang yang mencari pertolongan, seseorang yang lapar atau haus, mengusir seseorang yang membutuhkan pertolongan saya,” tuturnya dalam pertemuan umat beriman Jerman di Vatikan pada Oktober 2016.
Kapitalisme dan Ekonomi Global
Paus Fransiskus menyoroti ketimpangan struktural dengan lantang.
“Liberalisme ekonomi yang tak terkendali hanya membuat yang kuat makin kuat, dan yang lemah makin terpinggirkan,” katanya pada 2013.
Pasar, baginya, seharusnya “melayani manusia,” bukan menentukannya.
“Semakin tidak dapat ditoleransi bahwa pasar keuangan membentuk takdir orang-orang alih-alih melayani kebutuhan mereka, atau bahwa segelintir orang memperoleh kekayaan yang sangat besar dari spekulasi keuangan sementara banyak orang sangat terbebani oleh konsekuensinya,” katanya dalam seminar tentang investasi etis di Vatikan pada Juni 2014.
ADVERTISEMENT
LGBTQ+
“Jika seseorang gay dan mencari Tuhan dengan niat baik, siapa saya untuk menghakimi?” ucapnya dalam wawancara tahun 2013.
Tujuh tahun kemudian, ia menyatakan bahwa pasangan sesama jenis “berhak atas keluarga” dan menyerukan perlindungan hukum bagi mereka. Dalam surat pribadi kepada komunitas LGBT, ia menulis: “Tuhan tidak menyangkal anak-anak-Nya.”
Perempuan
Saat wawancara 2018, ia menyebut kehadiran perempuan memperbaiki cara kerja Kuria Roma. Namun, ia menegaskan tidak membuka pintu bagi imamat perempuan, mengacu pada keputusan pendahulunya.
“Tuhan menciptakan laki-laki dan perempuan setara… Masyarakat yang tak memberi ruang bagi perempuan, tidak akan maju,” katanya pada 2022.
Aborsi dan Kontrasepsi
Paus menolak aborsi dengan kalimat tajam.
“Apakah benar menyewa pembunuh bayaran demi menyelesaikan masalah?” katanya pada 2022.
Namun, ia juga menentang anggapan bahwa Katolik identik dengan banyak anak. “Menjadi orang tua yang bertanggung jawab,” ujarnya pada 2015.
ADVERTISEMENT
Pelecehan Seksual oleh Rohaniwan
“Saya secara pribadi meminta maaf atas kerusakan yang telah dilakukan,” ujarnya pada 2014, kepada korban pelecehan seksual oleh imam Katolik.
Ia menegaskan: “Tidak ada toleransi. Jika saya sebagai imam melakukan kekerasan, maka saya membunuh.”
Kristus dan Gereja
“Oh, betapa saya menginginkan Gereja yang miskin, dan untuk orang miskin,” katanya tak lama setelah terpilih sebagai Paus pada 2013.
Ia ingin Gereja yang “terluka dan kotor karena berada di jalanan,” bukan Gereja yang steril karena terkungkung. Tentang reformasi di Vatikan, ia pernah berkelakar: “Seperti membersihkan Sphinx Mesir dengan sikat gigi.”
Ilmu Pengetahuan
ADVERTISEMENT
Ia menegaskan bahwa evolusi dan Big Bang tidak bertentangan dengan iman.
“Mereka justru membutuhkan campur tangan Tuhan.”
Tuhan, katanya, “bukan penyihir dengan tongkat sihir. Tapi Pencipta yang menuntun proses.”
ADVERTISEMENT
Tentang Dirinya Sendiri
Ditanya soal ketenaran, ia menjawab ringan. “Paus juga orang biasa—tertawa, menangis, tidur dengan tenang.”
Ia juga menyadari tanggung jawab besar di balik jubah putihnya: “Saya memikirkan dosa dan kematian saya sendiri.”