Menghalau Gajah ke Rimba

10 Juni 2019 12:03 WIB
clock
Diperbarui 30 Desember 2020 17:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Edi dan Karnangun sedang berpatroli Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Edi dan Karnangun sedang berpatroli Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
Menjadi penengah di antara kawanan gajah liar dengan masyarakat di sepanjang perbatasan Taman Nasional Way Kambas (TNWK) dan desa-desa penyangganya bukan perkara mudah. Kalau tidak percaya tanya saja ke para mahout alias pawang gajah di Elephant Response Unit (ERU) di TNWK.
Bisa jadi haram hukumnya mematikan ponsel di sore hari. Sebab, di saat itulah biasanya para gajah masuk ke perladangan warga. Contohnya seperti yang terjadi di Tegal Yoso, Lampung Timur, pada Minggu (19/5) lalu.
Belum selesai para mahout menyantap menu buka puasa, telepon pintar mereka sudah berdering tiada henti, warga meminta bantuan para mahout untuk mengusir kawanan gajah yang saat itu merusak lahan garapannya. Jika sudah seperti itu, tak cukup 2-3 jam para mahout bekerja, mereka bisa semalaman berada di ladang untuk mengusir gajah kembali ke hutan dan memastikan hewan besar nan pandai itu tak kembali.
Celakanya, hal seperti itu hampir setiap hari terjadi. Sepanjang 2014-2017, menurut catatan ERU, setidaknya ada 408 konflik antara gajah dan manusia di sekitar kawasan TNWK.
Mahout Elephant Response Unit membawa petasan untuk mengusir gajah liar. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
Jejak kaki gajah yang ditemukan Mahout Elephant Response Unit. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
Mahout Elephant Response Unit menyalakan petasan untuk mengusir gajah liar. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
Mahout Elephant Response Unit saat berpatroli. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
Semalaman berada di ladang belum cukup membuat para mahout tenang di keesokan harinya.
Mereka akan patroli di sepanjang perbatasan kawasan taman nasional untuk memastikan kawanan gajah menjauh dari pinggir kawasan. Tujuannya untuk meminimalisir kawanan gajah itu kembali masuk di malam harinya.
Para mahout di ERU selalu menunggangi gajah kesayangannya masing-masing. Gajah-gajah jinak itu dipercaya mampu berdiplomasi dengan kawanan gajah liar.
Mahout Elephant Response Unit di Tegal Yoso bersiap untuk patroli. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
Gajah di Taman Nasional Way Kambas, Lampung saat berpatroli masuk hutan. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
Gajah di Taman Nasional Way Kambas, Lampung saat berpatroli. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
Gajah di Taman Nasional Way Kambas, Lampung saat berpatroli. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
Mahout Elephant Response Unit di Tegal Yoso memandikan gajah di sela patroli. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
Mahout Elephant Response Unit di Tegal Yoso memandikan gajah di sela patroli. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
Suasana di Mahout Elephant Response Unit di Tegal Yoso. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
Mahout Elephant Response Unit saat berpatroli. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan