Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Menguji Klaim Ratu Elizabeth II sebagai Keturunan Nabi Muhammad
5 Desember 2017 17:37 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:13 WIB
ADVERTISEMENT
Maret 2017 lalu, The Observer menulis sebuah berita yang menyebut bahwa Ratu Elizabeth II masih merupakan keturunan Nabi Muhammad. Berita tersebut ditulis oleh The Observer dengan mengacu pada komentar direktur sebuah institut penerbit buku tentang genealogi asal Inggris, Burke Peerage.
ADVERTISEMENT
Burke Peerage mengklaim bahwa Ratu Elizabeth II merupakan keturunan ke-43 dari Nabi Muhammad. Klaim tersebut termuat dalam surat yang ditulis oleh Direktur Penerbitan Burke Peerage, Harold B. Brooks-Baker, kepada Perdana Menteri Inggris Margareth Thatcher pada 1986.
Dalam surat tersebut, Brooks-Baker meminta agar Thatcher memberikan perlindungan keamanan yang lebih baik kepada keluarga kerajaan dari ancaman teroris muslim.
“Kita tidak bisa hanya mengandalkan fakta bahwa keluarga kerajaan merupakan keturunan Muhammad dan berharap terhindar dari serangan teroris muslim,” tulis Brooks-Baker dalam surat tersebut.
Brooks-Baker kemudian menjelaskan bahwa Ratu Elizabeth II dan keluarga kerajaan memperoleh garis keturunan Nabi Muhamad melalui khalifah-khalifah Andalusia. Khalifah yang dimaksud adalah keturunan Arab yang pernah menguasai Spanyol pada tahun 756-929.
ADVERTISEMENT
Menurutnya, pendiri Dinasti Abbadid, Abu Al-Qasim Muhammad Ibnu Abbad, adalah orang yang menurunkan darah nabi kepada anggota keluarga kerajaan Inggris. Melalui skema pernikahan antar bangsawan, darah Al Qasim telah mengalir sampai ke Raja Inggris Edward IV pada abad ke-15.
Dari situ, muncullah klaim yang mengatakan kalau Ratu Elizabeth II merupakan keturunan Muhammad.
Sebelum mempercayai klaim Burke Peerage secara taklid buta, kita perlu menguji kebenaran atas informasi yang mereka sampaikan.
Untuk menguji hal tersebut, kita setidaknya bisa memverifikasi melalui tiga cara: 1) memeriksa kredibilitas Burke Peerage, 2) menguji kredibilitas direktur mereka Harold B. Brooks-Baker --orang yang bertanggung jawab atas klaim itu, dan tentu saja 3) menyelidiki garis keturunan Abu Al-Qasim Muhammad bin Abbad.
ADVERTISEMENT
Kredibilitas Burke Peerage
Burke Peerage adalah penerbit buku yang mencatat genealogi daftar keturunan bangsawan Kerajaan Inggris dan Irlandia sejak 1826. Penerbit buku pencatat keturunan ini dibuat oleh seorang genealogis bernama John Burke.
Sejak tahun 1839, Burke Peerage dipimpin oleh putra John Burke, Sir Bernard Burke. Di bawah kepemimpinannya, penerbit ini secara berkala mulai menerbitkan seri genealogi keluarga kerajaan Inggris hampir pada setiap tahun sejak 1839 sampai 1940.
Namun, seperti yang dicatat oleh Encyclopaedia Britannica, di bawah kepemimpinan Sir Bernard Burke pula, perusahaannya mulai kehilangan kredibilitas sebagai penerbit di bidang genealogi kebangsawanan.
Di era itu, Sir Bernard Burke secara fatal, telah mewariskan sejumlah data substansial yang cacat dan keliru ke para suksesornya. Data yang dimaksud meliputi: anekdot abad pertengahan yang ditampilkan sebagai fakta dan berbagai catatan editorial yang meragukan.
ADVERTISEMENT
Menurut majalah Baronage, di kalangan sejarawan, buku-buku terbitan Burke Peerage memiliki reputasi sebatas kumpulan dongeng yang bertahan selama bertahun-tahun.
Sejak saat itu, cucu John Burke, Sir Henry Burke terus mencoba membangun kembali kredibilitas institusi tersebut. Usaha ini berlangsung sampai edisi terakhir mereka, edisi nomor 105 yang terbit di 1970.
Setelah menerbitkan edisi terakhirnya, Burke Peerage menyatakan bubar dan menjual nama serta hak cipta Burke Peerage ke sejumlah perusahaan. Namun tetap saja, upaya Henry dan pemegang hak cipta selanjutnya untuk memperbaiki kredibilitas institusi mereka itu masih jauh dari kata rampung.
Sejak 1984, Burke Peerage berada di bawah kepemimpinan Harold B. Brooks-Baker. Alih-alih membaik, nama Burke Peerage justru semakin tenggelam.
ADVERTISEMENT
Contohnya adalah di tahun 1996, ketika Burke Peerage mengeluarkan pernyataan kalau Bill Clinton akan lebih berpeluang memenangi pemilu presiden Amerika Serikat dibanding Senator Bob Dole, karena Clinton memiliki darah bangsawan dari keturunan bangsawan Perancis, Robert I.
Surat kabar mahasiswa University of Harvard, The Crimson menguji klaim tersebut dan menyatakan kalau Bill Clinton sama sekali tidak memiliki darah bangsawan.
Mereka juga mengkritik logika Harold Brooks-Baker, yang menganggap bahwa faktor kebangsawanan menentukan keberhasilan seseorang untuk memenangi pemilu. Menurut mereka, Bill Clinton yang tidak mempunyai darah bangsawan, pada kenyataanya berhasil mengalahkan George Bush yang memang merupakan keturunan bangsawan.
Melihat riwayat tersebut, alih-alih memperbaiki namanya sebagai sumber riwayat keturunan bangsawan yang valid, Burke Peerage justru berkali-kali terbukti salah dan semakin menahbiskan dirinya sebagai perusahaan yang tidak kredibel.
Reputasi Harold Brooks-Baker
ADVERTISEMENT
Harold B. Brooks-Baker, sosok yang mengklaim kalau keluarga kerajaan Inggris mempunyai garis keturunan dari Nabi Muhammad, adalah seorang jurnalis yang kerap mengeluarkan komentar-komentar kontroversial. Sayangnya, komentar yang dibuatnya justru seringkali salah.
Begitulah paragraf pembuka yang ditulis surat kabar The Telegraph dalam obituari Harold B. Brooks-Baker saat ia meninggal di tahun 2005.
Oleh Telegraph, Brooks-Baker dikenang sebagai pembual. Ia mengatakan kalau Ratu Elizabeth adalah keturunan Nabi Muhammad semata-mata untuk membuat si ratu merasa aman dari ketakutannya terhadap teroris muslim.
Belum lagi, Brooks-Baker juga pernah mendorong agar Ratu Elizabeth II untuk menyerahkan jabatannya sebagai kepala Gereja Anglikan Inggris. Ia juga pernah berkata bahwa Inggris punya peluang 50 persen untuk berubah menjadi republik.
ADVERTISEMENT
Tak heran, Telegraph mengatakan bahwa komentar Brooks-Baker tentang keluarga kerajaan dibuat tanpa otoritas dan pengetahuan yang memadai.
Selain Telegraph, The Guardian juga punya julukan khusus untuk Brooks-Baker: super snob atau orang yang terlampau sok tahu.
Dalam obituari yang ditulis untuk mengenangnya, The Guardian memandang Brooks-Baker sebagai pembual yang tidak tahu malu. Ia sering mengomentari urusan tentang keluarga kerajaan tanpa berpikir dua kali, sampai memaksa sekretaris ratu mengeluarkan pernyataan pers untuk meluruskan desas-desus dari komentar Brooks-Baker.
Salah satu komentar kontroversialnya terjadi merespon pengakuan Putri Diana. Saat itu, rumor beredar bahwa Diana akan menerima 15 juta poundstreling pasca bercerai dari Pangeran Charles. Tahu apa yang Brooks-Baker katakan saat itu?
ADVERTISEMENT
“Jackie Onassis (Janda Presiden Kennedy) akan tertawa melihat uang itu. Dia akan menghabiskan uang itu sebelum sarapan,” ujarnya mengejek jumlah uang yang akan diterima putri Diana dari Kerajaan Inggris
Garis Keturunan Abu Al-Qasim Muhammad bin Abbad
Apabila kredibilitas Burke Peerage dan mendiang Brooks-Baker masih kurang meragukan, maka marilah kita melakukan verifikasi langsung terhadap isi ucapan si Brooks-Baker itu.
Sebelumnya, Brooks-Baker mengatakan bahwa Ratu Elizabeth II adalah keturunan langsung Nabi Muhammad melalui garis keturunan pendiri Dinasti Abbadid, Abu Al-Qasim Muhammad bin Abbad.
Menurut Brooks-Baker inilah silsilah yang mendasari klaim bahwa Ratu Elizabeth merupakan keturunan dari Nabi Muhammad;
Elizabeth II, Queen of the UK – putri dari
George VI, King of the UK – putra dari
George V, King of the UK – putra dari
Edward VII, King of the UK – putra dari
Victoria, Queen of the UK – putri dari
Edward, Duke of Kent and Strathearn – putra dari
George III, King of Great Britain – putra dari
Frederick, Prince of Wales – putra dari
George II, King of Great Britain – putra dari
George I, King of Great Britain – putra dari
Sophia, Electress of Hanover – putri dari
Elizabeth of Bohemia – putri dari
James I/VI, King of England, Ireland & Scotland – putra dari
Mary, Queen of Scots – putri dari
James V, King of Scots – putra dari
Margaret Tudor – putri dari
Elizabeth of York – putri dari
Edward IV, King of England – putra dari
Richard Plantagenet, Duke of York – putra dari
Richard of Conisburgh, Earl of Cambridge – putra dari
Isabella Perez of Castille – putri dari
Maria Juana de Padilla – putri dari
Maria Fernandez de Henestrosa – putri dari
Aldonza Ramirez de Cifontes – putri dari
Aldonza Gonsalez Giron – putri dari
Sancha Rodriguez de Lara – putri dari
Rodrigo Rodriguez de Lara – putra dari
Sancha Alfonsez, Infanta of Castile – putri dari
Zaida (aka Isabella) – putri dari
Al-Mu’tamid bin Abbad, King of Seville – putra dari
Abbad II al-Mu’tadid, King of Seville – putra dari
Abu al-Qasim Muhammad bin Abbad, King of Seville – putra dari
Ismail bin Qarais – putra dari
Qarais bin Abbad – putra dari
Abbad bin Amr – putra dari
Amr bin Aslan – putra dari
Aslan bin Amr – putra dari
Amr bin Itlaf – putra dari
Itlaf bin Na’im – putra dari
Na’im bin al-Lakhmi – putra dari
Na’im al-Lakhmi – putra dari
Zahra bint Husayn – putri dari
Husayn bin Hasan – putra dari
Hasan bin Ali
Silsilah di atas terkesan meyakinkan --dan apabila mengacu pada silsilah tersebut, benar saja kalau Ratu Elizabeth II merupakan keturunan Nabi Muhammad.
ADVERTISEMENT
Namun apabila diperhatikan lebih cermat, dalam silsilah tersebut tercantum nama Zaida, yang disebut putri dari penguasa Sevilla, Al-Mu’tamid bin Abbad.
Berdasarkan buku yang ditulis oleh seorang pakar Timur Tengah, Simon Barton, berjudul Conquerors, Brides, and Concubines; Interfaith Relations and Social Power in Medieval Iberia (2015), terungkap bahwa Zaida atau Isabella ternyata bukanlah anak kandung dari Al-Mu’tamid bin Abbad, melainkan menantunya.
Zaida sendiri adalah istri dari anak Al-Mu’tamid, Abu Nasr al-Fath al-Ma'mūn, yang tewas dalam serangan bangsa Berber di tahun 1091. Barton sendiri menganggap Zaida bukanlah nama asli, melainkan nama samaran. Menurutnya, sampai saat ini belum diketahui dengan jelas asal usul dari Zaida.
Sejarawan Timur Tengah lainnya, Bernard F. Reilly, dalam bukunya The Kingdom of Leon-Castilla under King Alfonso VI, 1065-11-09, mengungkap bahwa Raja Spanyol; Alfonso VI memiliki dua orang istri dan selir yang sama-sama bernama Isabel. Zaida, yang melarikan diri setelah suaminya terbunuh, adalah salah satu Isabel ini.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan penelitian yang sama, dua Isabel tersebut memiliki peran yang berbeda. Isabel pertama adalah ratu, dan Isabel kedua --alias Zaida-- hanya menjadi seorang selir.
Lewat Zaida inilah Raja Alfonso VI mendapatkan anak laki-laki satu-satunya, yaitu Sancho Alfonsez. Sancho Alfonsez sendiri tewas dalam usia 15 tahun setelah dibunuh oleh warga muslim lokal di wilayah Ucles pada tahun 1108, di tengah upayanya melarikan diri dari serangan bangsa Moor.
Fakta itu tentu saja membantah klaim silsilah yang ditulis Brooks-Baker, yang menyatakan bahwa anak Zaida dan Raja Alfonso VI adalah Sancha Alfonsez.
Pada kenyataanya, Sancha Alfonsez adalah seorang anak perempuan yang tidak dilahirkan oleh Zaida, melainkan Ratu Isabel pada tahun 1104. Sedangkan, Sancho Alfonsez adalah anak dari Zaida, yang dilahirkan 11 tahun sebelumnya, tepatnya di 1093.
ADVERTISEMENT
Dengan demikian, klaim yang mengatakan bahwa Ratu Elizabeth II adalah keturunan Nabi Muhammad secara genealogis jelas sangat meragukan.