Mengulik Sejarah Invasi dan Keterlibatan Rusia di Negara-negara Eropa Timur

26 Februari 2022 12:30 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Prajurit naik di atas kendaraan lapis baja Rusia di Armyansk, Krimea, Jumat (25/2/2022). Foto: Stringer/AFP
zoom-in-whitePerbesar
Prajurit naik di atas kendaraan lapis baja Rusia di Armyansk, Krimea, Jumat (25/2/2022). Foto: Stringer/AFP
ADVERTISEMENT
Situasi di Ukraina makin mencekam. Sejak Rusia menginvasi Ukraina pada Kamis (24/2) kemarin, korban jiwa mulai bertumpuk.
ADVERTISEMENT
Dilansir dari Al Jazeera, Rusia meluncurkan serangan udara bertubi-tubi sejak matahari terbit, Jumat (25/2) pagi. Salah satu serangan itu menghantam daerah sipil, hingga membuat rumah sakit kewalahan dengan banyaknya jumlah korban.
Menlu Ukraina Dmytro Kuleba mengecam serangan roket yang mengguncang Kiev, ibu kota Ukraina tersebut.
“Terakhir kali ibu kota kita mengalami hal seperti ini pada tahun 1941 ketika diserang oleh Nazi Jerman,” tulisnya dalam sebuah cuitan di Twitter.
Ukraina pun mulai mendesak warganya untuk melawan saat pasukan Rusia memasuki Kiev. Dikutip dari AFP, terdengar ledakan dan tembakan di distrik utara Kiev saat pasukan Rusia mendekat.
Serangan ke Ukraina ini bukanlah invasi pertama bagi Rusia. Sejarah mencatat, negara dengan kekuatan militer terbesar kedua di dunia itu pernah beberapa kali menginvasi negara lain dan terlibat dalam peperangan. Apa saja?
ADVERTISEMENT

Prague Spring (Kebangkitan Praha)

Ilustrasi Perang Foto: Wikimedia Commons
Peristiwa Kebangkitan Praha menandai periode singkat dari masa liberalisasi Cekoslowakia. Setelah terpilih jadi Sekretaris Umum Partai Komunis Cekoslowakia pada 5 Januari 1968, Alexander Dubcek mengumumkan kebebasan berekspresi bagi pers dan merehabilitasi korban pembersihan politik selama era Joseph Stalin, tokoh politik Soviet.
Cekoslowakia bukan merupakan bagian dari Soviet. Namun, mereka punya keterkaitan dan keterikatan dengan Soviet terkait semangat komunismenya.
Lebih lanjut, Dubcek turut menginisiasi program reformasi besar-besaran seperti otonomi untuk negaranya dan revisi konstitusi yang menjamin hak-hak sipil.
Pada bulan Juni, rakyat Cekoslowakia menyerukan kemajuan yang lebih cepat menuju demokrasi yang sesungguhnya. Transformasi Dubcek ini dikecam oleh Uni Soviet dan negara-negara Pakta Warsawa lain. Sebab, mereka memandang perkembangan itu sama dengan kontra-revolusi komunisme.
ADVERTISEMENT
Tanggal 20 Agustus malam, tentara Soviet menginvasi Cekoslowakia dan dengan cepat menguasainya. Hasilnya, komunis kembali mengambil alih kekuasaan dan Dubcek digulingkan. Dubcek digantikan oleh Gustav Husak, seorang pro-Soviet yang mendirikan kembali rezim komunis otoriter.

Rusia vs Georgia

Tentara Rusia saat berlatih. Foto: AP Photo
Akar konflik Rusia-Georgia bermula pada tahun 1990-an saat keduanya baru menjadi negara merdeka setelah pembubaran Uni Soviet. Pada masa itu, perang sipil meletus di Georgia karena dua provinsi, yakni Ossetia Selatan dan Abkhazia berusaha mendeklarasikan kemerdekaan mereka sendiri. Pemisahan itu didukung oleh Rusia.
Dikutip dari History, tahun 1994, gencatan senjata mengakhiri konflik, namun ketegangan masih terasa di dua provinsi itu. Pada akhir 1990-an, NATO dan Uni Eropa memperluas jangkauannya di Eropa Timur dan Tengah, yang merupakan wilayah Soviet. Sementara Rusia tak setuju akan hilangnya batas penyangga wilayah antara Barat dan Moskow.
ADVERTISEMENT
Georgia makin bergerak ke Barat dan bergabung dengan koalisi AS. Hal ini makin terasa saat Presiden Mikheil Saakashvili yang pro-Barat terpilih tahun 2004. Ia menindak separatisme di Georgia hingga mengungkit lagi konflik yang sudah berlangsung lama di Ossetia Selatan.
Konflik memburuk pada 2006, ketika Saakashvili menuduh Putin yang saat itu jadi perdana menteri Rusia, mendukung gerakan separatis. Melihat Georgia akan bergabung ke NATO, Rusia melihat peluang untuk mengambil kendali atas Ossetia Selatan.
Pada 2008, setelah beragam provokasi, konflik meletus antara militer Ossetia Selatan dengan pasukan militer Georgia. Rusia menyerang Georgia di Ossetia Selatan dan Abkhazia. Konflik lantas berakhir dengan gencatan senjata pada Agustus 2009.

Rusia vs Armenia vs Azerbaijan

Presiden Rusia Vladimir Putin berbicara tentang otorisasi operasi militer khusus di wilayah Donbass Ukraina, di Moskow, Rusia, kamis (24/2/2022). Foto: Russian Pool/via REUTERS
Armenia dan Azerbaijan, dua negara pecahan Soviet, terlibat sengketa militer selama berminggu-minggu pada akhir 2020. Pusat sengketa itu berada di kawasan Nagorno-Karabakh yang diklaim Azerbaijan sebagai wilayah kedaulatan mereka, tetapi dikuasai etnis Armenia, etnis mayoritas di sana.
ADVERTISEMENT
Tahun 1980-an, saat anggota Uni Soviet menggugat kemerdekaan mereka, Nagorno-Karabakh memilih gabung ke Armenia. Hal tersebut memicu konflik yang diakhiri dengan gencatan senjata pada 1994. Narogo-Karabakh tetap jadi bagian Azerbaijan, namun dikendalikan oleh etnis separatis yang didukung oleh pemerintah Armenia.
Armenia punya hubungan yang baik dengan Rusia dan keduanya merupakan anggota aliansi militer Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif (CSTO). Namun, Presiden Rusia Vladimir Putin mempunyai hubungan erat dengan Azerbaijan.
Pertempuran dua negara itu berakhir November 2020 saat mereka menekan kesepakatan perdamaian yang dimediasi Rusia.

Rusia vs Chechnya

Operasi militer menumpas pemberontak di Chechnya Foto: Reuters/Denis Sinyakov
Setelah runtuhnya Uni Soviet tahun 1991, kelompok separatis di Chechnya berusaha menciptakan negara Islam yang berdaulat di bawah hukum Syariah. Chechnya merupakan negara di bawah Federasi Rusia yang terletak di utara pegunungan Kaukasus.
ADVERTISEMENT
Perang Chechnya Pertama berlangsung sejak 1994 sampai 1996 dengan intervensi pasukan Rusia. Tahun 1999, pasukan Chechnya melancarkan serangan ke negara tetangga Dagestan dan lima serangan teroris besar di Rusia. Hal ini memicu perang Chechnya Kedua. Konflik terus berlangsung hingga tahun 2013.