Menimba Ilmu di Perpustakaan Masjid Nabawi

30 Agustus 2019 13:28 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana perpustakaan Masjid Nabawi. Foto: Denny Armandhanu/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Suasana perpustakaan Masjid Nabawi. Foto: Denny Armandhanu/kumparan
ADVERTISEMENT
Berbagai kegiatan bermanfaat bisa dilakukan jemaah haji ketika berada di Masjid Nabawi, Madinah. Selain ibadah di dalam masjid, jemaah bisa juga menimba ilmu dengan membaca buku-buku agama di perpustakaan Nabawi.
ADVERTISEMENT
Tidak banyak yang mengetahui letak perpustakaan ini. Selain karena luasnya Masjid Nabawi, membaca buku sepertinya bukan prioritas jemaah haji di Madinah. Tapi tidak ada salahnya jika ada waktu menyempatkan diri mengunjungi salah satu perpustakaan terlengkap di Arab Saudi ini.
Perpustakaan tersebut terletak di depan pintu 10, bagian barat Masjid Nabawi. Pengunjung naik eskalator menuju perpustakaan yang terletak di lantai paling atas masjid. Ketika masuk pintu perpustakaan, pengunjung akan disambut ribuan buku yang berjejer rapi dalam rak.
Suasana perpustakaan Masjid Nabawi. Foto: Denny Armandhanu/kumparan
Diperkirakan ada lebih dari 10 ribu buku klasik dan modern di perpustakaan tersebut. Sebagian besarnya memang berbahasa Arab, namun terdapat ruang khusus untuk buku-buku digital berbahasa asing, salah satunya Indonesia. Sayangnya ketika kumparan bertandang pekan ini, ruang buku berbahasa asing tengah direnovasi.
ADVERTISEMENT
Ada meja panjang di antara rak tempat pengunjung membaca. Terdapat beberapa komputer yang memuat berbagai judul buku digital. Kebanyakan pengunjung adalah mahasiswa, peneliti, dan beberapa jemaah.
Seperti perpustakaan pada umumnya, suasananya hening. Ada beberapa jemaah dari berbagai negara di perpustakaan itu ketika kumparan berkunjung, semuanya terpaku di depan buku.
Suasana perpustakaan Masjid Nabawi. Foto: Denny Armandhanu/kumparan
Tasman Firdaus salah satu yang berada di tengah belantara buku di perpustakaan tersebut. Jemaah asal Padang ini mengatakan, membaca buku adalah cara mengisi waktu terbaik ketika berada di kota Nabi.
"Ini saya sedang baca buku tentang pembinaan akhlak," kata Tasman yang berprofesi sebagai guru ini. Tasman menguasai bahasa Arab sehingga bisa menikmati buku tersebut.
Tidak hanya buku-buku agama, di perpustakaan tersebut juga banyak terdapat buku-buku pengetahuan lainnya seperti kesehatan, sains, atau sastra. Bagi pecinta ilmu pengetahuan, perpustakaan ini sangat menyenangkan untuk dieksplorasi.
Jemaah Indonesia di perpustakaan Masjid Nabawi. Foto: Denny Armandhanu/kumparan
Salah satunya adalah Irwandi Nashir, jemaah asal Padang lainnya. Dosen Bahasa Inggris di IAIN Bukit Tinggi ini mengatakan perpustakaan itu sangat lengkap koleksi buku-bukunya. Dia sendiri ketika itu tengah membaca buku karangan Imam Ghazali soal bahaya lisan. Ini adalah salah satu buku klasik karangan Ghazali yang wafat pada tahun 1100-an.
ADVERTISEMENT
"Buku ini tentang fitnah lisan, dan kaidah-kaidah lainnya," kata Irwandi.
Jemaah Indonesia di perpustakaan Masjid Nabawi. Foto: Denny Armandhanu/kumparan
Berdasarkan catatan sejarah, perpustakaan Masjid Nabawi itu dibangun pada tahun 1482. Namun, terjadi kebakaran yang menghancurkan sebagian Masjid Nabawi dan perpustakaannya. Banyak buku-buku langka dan Al-Quran di masjid musnah.
Barulah pada tahun 1934, pemerintah Arab Saudi kembali membangun perpustakaan tersebut. Berbagai buku berdatangan, sebagian besar adalah sumbangan dari para dermawan yang memiliki banyak koleksi.
Suasana perpustakaan Masjid Nabawi. Foto: Denny Armandhanu/kumparan
Muhammad Hassan, jemaah haji asal Bondowoso yang pernah delapan tahun belajar di Arab Saudi, mengatakan perpustakaan Masjid Nabawi adalah salah satu yang paling lengkap. Saat ditemui kumparan, murid Syaikh Alawi ini tengah membaca buku bantahan terhadap Imam al-Subki terkait pendapatnya soal Ibnu Taimiyah.
"Jadi pengarang buku ini membantah bantahan Al Subki terhadap pendapat Ibnu Taimiyah. Jadi bantahan dibalas dengan bantahan lagi," kata Hassan.
Suasana perpustakaan Masjid Nabawi. Foto: Denny Armandhanu/kumparan
Hassan mengaku sering mengunjungi perpustakaan itu ketika masih jadi santri di Saudi. Namun kini dia kesulitan mendapati buku-buku tasawuf di perpustakaan tersebut.
ADVERTISEMENT
"Dulu di sini ada buku-buku tasawuf, karangan para sufi, sekarang saya tidak menemukannya. Dulu bukunya di rak itu," kata Hassan sambil menunjuk sebuah rak.