Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.92.0
ADVERTISEMENT
Bencana banjir Jakarta dan beberapa kota di sekitarnya mengawali pembukaan tahun 2020, Rabu (1/1). Salah satu penyebabnya yakni curah hujan yang tinggi. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengutip BMKG, menyebut curah hujan tahun ini tertinggi sejak 1996.
ADVERTISEMENT
Bencana tersebut mengakibatkan jatuhnya korban jiwa. Hingga Kamis malam (2/1), BNPB menyatakan 30 orang meninggal di wilayah Jabodetabek. Sebanyak 9 orang di antaranya merupakan warga Jakarta. Sementara, 30 ribu orang mengungsi.
“Musibah banjir kali ini menjadi tamparan bagi para penyelenggara negara untuk serius menata pembangunan daerah dengan memperhatikan lingkungan dan aspek berkelanjutan,” kata pria yang akrab disapa Bamsoet itu lewat pernyataan tertulis, Kamis (2/1).
Menurut dia, ironi jika masih ada banjir setelah 74 tahun merdeka. Apalagi di Jabodetabek yang notabene kawasan vital di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Memang, sejarah mencatat banjir Jakarta sudah terjadi sejak tahun 1621 di era penjajahan Belanda. Sampai di 6 tahun terakhir, walau sudah 4 gubernur berganti, banjir pun masih saja menjadi permasalahan di Jakarta.
kumparan membandingkan data dampak banjir Jakarta di era pemerintahan Gubernur Joko Widodo, Ahok, hingga Anies Baswedan pada 2013-2020.
Sumber data berasal dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi DKI Jakarta dan BNPB. Data dilihat saat bulan terparah banjir melanda dengan indikator rata-rata ketinggian air, jumlah kelurahan terdampak, lama banjir, jumlah warga terdampak, hingga korban meninggal.
2013
Banjir di era Gubernur Joko Widodo ini bermula sejak Desember 2012 dan mencapai puncak pada pertengahan Januari 2013. Banjir di tahun itu merupakan banjir terparah apabila melihat dampaknya dalam 7 tahun terakhir dari data BPBD.
Sekitar 1,2 juta warga terdampak dan 40 orang meninggal saat banjir. Banjir di tahun ini menyebabkan Jakarta dinyatakan dalam keadaan darurat.
ADVERTISEMENT
Istana Negara pun turut terkena imbasnya. Saat itu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Menlu Marty Natalegawa ikut nyemplung ke halaman istana yang ketinggian banjirnya mencapai selutut orang dewasa.
2014
Setahun setelahnya, banjir di Jakarta kembali terjadi dan yang terparah bulan Januari 2014. Kali ini, kelurahan terdampak bertambah 1 dibanding tahun sebelumnya. Namun warga terdampak jauh berkurang, yakni 245.950 jiwa. Sementara untuk korban meninggal mencapai 23 orang.
2015
Di tahun ini, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok sudah menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta. Korban jiwa akibat banjir lebih sedikit dari 23 jiwa menjadi 5 orang. Banjir surut dalam waktu 7 hari.
Pada tahun ini, wilayah depan Istana Negara juga ikut banjir. Dinas Pekerjaan Umum bidang Tata Air Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengungkap penyebabnya. Yakni akibat kurangnya arus listrik untuk mengoperasikan pompa di waduk Pluit.
ADVERTISEMENT
2016
Di bulan Januari 2016, curah hujan relatif rendah. Tidak ada titik banjir yang signifikan selama periode ini. Curah hujan meningkat pada bulan berikutnya hingga menggenangi 70 kelurahan. Korban terdampak makin berkurang menjadi 70.218 orang. Sementara korban meninggal mencapai 2 orang.
2017
Banjir terparah di tahun ini masih ditangani Gubernur Ahok pada Februari 2017. Dampak banjir kembali berkurang dengan korban terdampak yang hanya 19.325 di 67 kelurahan. Hanya saja, korban jiwa bertambah dari tahun sebelumnya menjadi 6 orang.
2018
Banjir di awal Gubernur Anies Baswedan menjabat ini secara statistik memiliki dampak yang paling rendah. Kelurahan terdampak banjir menurun menjadi 43. Korban jiwa yang meninggal tercatat 1 orang.
Meskipun demikian, jiwa terdampak banjir meningkat dari tahun sebelumnya menjadi 19.456.
***
ADVERTISEMENT
Belum ada data komprehensif yang bisa dibandingkan mengenai banjir di Jakarta tahun 2019. Di tahun tersebut, banjir terparah diketahui terjadi pada April 2019 dan mengakibatkan 2 korban jiwa.
Dalam Data Update Bencana Banjir atau Genangan Tahun 2019, BPBD Provinsi DKI Jakarta memberi catatan dataset tidak dapat digunakan untuk menghitung wilayah yang terdampak karena wilayah terdampak tidak dapat diakumulasikan.
Berikut rangkuman data banjir Jakarta tahun 2013-2018.