Menkes Bicara AstraZeneca Picu Pembekuan Darah: Ada Risiko, tapi Kecil

3 Mei 2024 16:40 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menkes Budi Gunadi Sadikin saat ditemui kumparan di kantornya, Jakarta, Senin (6/2/2023). Foto: Aditia Noviansyah/kumparan Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Menkes Budi Gunadi Sadikin saat ditemui kumparan di kantornya, Jakarta, Senin (6/2/2023). Foto: Aditia Noviansyah/kumparan Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
ADVERTISEMENT
Menkes Budi Gunadi Sadikin berbicara soal pengakuan AstraZeneca yang menyebut vaksin Covid-nya bisa memicu pembekuan darah, meski risikonya minim. Apa kata Budi?
ADVERTISEMENT
"Di bidang imunologi vaksinasi, dan saya ingat juga AstraZeneca ini isu mengenai itu sudah ada dulu waktu kita zamannya pandemi Covid, seingat saya waktu itu memang ada risiko tersebut, kecil. Tapi dilihat oleh dunia medis WHO kan yang mengapprove langsung ini bilang bahwa benefitnya lebih besar dari pada risiko," kata Budi di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (3/5).
Budi menambahkan, mengingat hal itu, sehingga diberikan izin untuk untuk penyuntikan di seluruh dunia. Protokolnya di Indonesia juga harus lakukan yang sama.
"Ada independent body yang isinya ahli ahli di bidangnya namanya Itagi kita minta untuk memberikan kajian, ini vaksin vaksin yang masuk ada Pfizer, AstraZeneca, Moderna. Apalagi teknologi teknologimya baru kan yang mRNA ini kan itu seperti apa, dan kesimpulannya mereka sama dilihat benefit sama risk," katanya.
ADVERTISEMENT
"Jadi waktu itu kan kita yang terkena kan sampai ratusan juta orang yang memiliki kemungkinan untuk mati," imbuh dia.
Budi menjelaskan, tiap vaksin baru pasti ada risiko atau efek sampingnya. Sebab, manusia pun terlahir dengan sistem genetika yang berbeda-beda.
Ilustrasi Vaksin COVID-19 Astrazeneca. Foto: Shutter Stock
"Apakah ada risikonya? Ternyata memang ada karena manusia kan genetiknya beda-beda, ada beberapa yang mungkin cocok, ada beberapa yang mungkin tidak cocok," katanya.
"Dan pertimbanganmya waktu itu adalah bahwa ini benefitnya juga lebih besar untuk melindungi masyarakat secara umum dibandingkan risik0," imbuh dia.
Menkes menyebut, sampai saat ini kasus pembekuan darah akibat AstraZeneca masih perlu dicek lagi. Namun sejauh ini terjadinya di luar negeri.
"Dan alhamdulillah sampai sekarang saya cek datanya apakah ada kejadian itu di Indonesia apakah ada kejadian itu diluar negeri mungkin ada, nah besarnya berapa banyak sekali lagi tergantung dari genetik," kata dia.
ADVERTISEMENT
"Karena beda beda kan antara ras Jawa dengan ras Sumatera dengan ras Sulawesi, Kalimantan, kan beda beda, jadi responsnya kita terhadap obat yang ada," tutup Menkes.
Pengakuan AstraZeneca
AstraZeneca, mengakui vaksin COVID-19 produksi mereka, Covishield, menyebabkan efek samping langka seperti pembekuan darah dan penurunan jumlah trombosit. Ini sangat jarang terjadi: Di bawah 1 banding 10 ribu kasus.
Vaksin Covishield dibuat oleh AstraZeneca bersama Universitas Oxford, kemudian diproduksi di Institut Serum di India.
Ada lebih dari 150 negara yang memakai vaksin COVID-19 buatan AstraZeneca, Indonesia termasuk.
Sejumlah penelitian menyebut vaksin COVID-19 buatan AstraZeneca bisa melindungi dari virus corona sampai 80 persen.
Akan tetapi riset terbaru mengungkap bahwa vaksin ini bisa memicu pembekuan darah, yang berpotensi bisa berakibat fatal.
ADVERTISEMENT
Atas pengakuan tersebut, AstraZeneca digugat di Inggris sebesar 100 juta pounds atau setara Rp 2 triliun lantaran menyebabkan kematian atau cedera otak permanen.