Menkes: Pebulu Tangkis Zhang Zhi Jie Kalau Ditangani Cepat, Survive

3 Juli 2024 14:46 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pebulu Tangkis China Zhang Zhi Jie. Foto: Instagram/@badmintonasia.official
zoom-in-whitePerbesar
Pebulu Tangkis China Zhang Zhi Jie. Foto: Instagram/@badmintonasia.official
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menyinggung atlet badminton China, Zhang Zhi Jie, yang meninggal dunia setelah kolaps saat bertanding melawan Kazuma Kawano dari Jepang pada Kejuaraan Asia Junior di Yogyakarta, Minggu (30/6).
ADVERTISEMENT
Budi mengatakan bahwa jika kasus henti jantung yang dialami Zhang Zhi Jie ditangani dengan cepat, ada kemungkinan ia bisa selamat.
Hal ini disampaikan Budi dalam rapat kerja dengan Komisi IX DPR RI di Gedung Nusantara 1, Senayan, Jakarta Pusat, Rabu (3/7). Topik ini disinggungnya saat membahas sebaran akses layanan kateterisasi jantung di Indonesia.
"Ini contohnya, Pak. Rencana kita adalah semua 514 kabupaten/kota akan bisa memberikan layanan kateterisasi jantung seperti pemasangan ring. Jika orang terkena serangan jantung seperti pemain badminton kemarin itu, dan bisa ditangani dengan cepat, di bawah 4,5 jam, dia akan selamat," ujar Budi dalam rapat.
Budi menjelaskan bahwa kasus Zhang Zhi Jie merupakan contoh dari pentingnya waktu dalam penanganan penyakit jantung. Ia menyoroti bahwa mungkin belum ada yang memikirkan di mana pasien akan ditempatkan dalam waktu 4,5 jam.
ADVERTISEMENT
"Beda kasusnya dengan yang itu, Bu. Itu hanya sebagai ilustrasi, sakit jantung, serangan jantung. Jadi, jika dia ditangani dengan cepat dalam 4,5 jam, seharusnya dia selamat. Masalahnya, tidak ada yang pernah memikirkan sebelumnya di mana pasien akan ditempatkan dalam waktu 4,5 jam," sambung Budi.
Menkes Budi Gunadi Sadikin di acara Raker Kemenkes di ICE BSD, Rabu (24/4/2024). Foto: YouTube/Sekretariat Presiden
Mantan bankir tersebut juga menyinggung bahwa sebaran alat kateterisasi jantung di Indonesia belum memadai. Ia menyebutkan bahwa ketika awal menjabat, dari 514 kabupaten/kota di Indonesia, hanya 44 yang menyediakan layanan tersebut.
"Berapa kabupaten/kota yang belum punya ternyata dijawab oleh para ahli-ahli senior, salah Bapak nanyanya salah, 'Berapa kabupaten/kota yang sudah punya?' Dari 514, Bapak Ibu, hanya 44, kurang dari 10 persen," terangnya.
"Jadi, jika Bapak/Ibu punya saudara yang terkena stroke atau jantung di Ambon, yang bisa dilakukan dokternya adalah berdoa supaya ketika dibawa ke Makassar atau Manado, masih hidup untuk bisa dilakukan intervensi," tambahnya.
ADVERTISEMENT