Menlu Retno Minta Australia Transparan soal Kerja Sama AUKUS

9 Februari 2023 20:24 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Luar Negeri RI, Retno Marsudi. Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Luar Negeri RI, Retno Marsudi. Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Indonesia menekankan pentingnya menerapkan transparansi dalam pengembangan aliansi kerja sama pertahanan AUKUS yang beranggotakan Inggris, Amerika Serikat, dan Australia.
ADVERTISEMENT
Sikap terbuka dan transparan ini diperlukan, sehubungan dengan semakin meningkatnya rivalitas antara sesama negara di Asia-Pasifik yang telah mengancam stabilitas kawasan.
Pernyataan itu disampaikan oleh Menteri Luar Negeri RI, Retno Marsudi, ketika menghadiri pertemuan 2+2 dengan mitranya dari Australia, Menteri Luar Negeri Penny Wong dan Menteri Pertahanan Richard Marles di Canberra, pada Rabu (8/2) hingga Kamis (9/2).
Dalam pertemuan 2+2 tersebut, Retno turut didampingi oleh Menteri Pertahanan RI Prabowo Subianto. Salah satu agenda yang dibahas kedua pejabat yakni mengenai dinamika kawasan serta kebijakan pertahanan dan keamanan nasional.
“Pertemuan ini memiliki arti sangat penting bagi Indonesia dan Australia karena membahas isu strategis politik luar negeri serta pertahanan atau keamanan baik yang sifatnya bilateral maupun kawasan dan dunia,” tutur Retno dalam keterangan persnya, dikutip dari Youtube Kementerian Luar Negeri RI.
Infografik Aliansi AUKUS di Indo-Pasifik. Foto: kumparan
“Indonesia juga menyampaikan kembali pentingnya transparansi kerja sama AUKUS dan pentingnya komitmen kepatuhan terhadap nonproliferasi nuklir, serta mematuhi NPT [Treaty on the Non-Proliferation of Nuclear Weapons] dan IAEA Safeguards,” ucap Retno.
ADVERTISEMENT
AUKUS adalah pakta keamanan trilateral antara AS, Inggris, dan Australia yang bertujuan untuk menangkis pengaruh China di kawasan Asia Pasifik.
Dengan adanya AUKUS, Australia diberi izin untuk membangun kapal selam bertenaga nuklir, namun tindakan ini justru mengundang kekhawatiran dari negara-negara tetangganya, termasuk Indonesia.
Sementara IAEA Safeguards bertujuan untuk mencegah penyebaran senjata nuklir dengan mendeteksi secara dini penyalahgunaan bahan atau teknologi nuklir.